Part 7 - Senang, namun gelisah

106K 7.5K 759
                                    

"Libur tlah tiba. Libur tlah tiba. Hore! Hore! Hatiku gembira." Amanda bersenandung ria sambil keluar dari kamarnya. Ini hari pertama libur semester.

Amanda memasuki ruang makan. Tatapan binarnya berubah sendu. Tidak ada orang di sana. Sepi. Tidak ada ayah atau pun ibunya yang menyambut kehadiran Amanda. Perempuan itu bahkan belum menunjukkan hasil rapor pada kedua orangtuanya.

Ditinggal sendiri? Sudah biasa!

Kedua orangtua Amanda sibuk dengan dunia mereka sendiri. Membuat Amanda sering kali merasa kesepian.

"Nak Amanda, sudah bangun?" Bu Asih keluar dari dapur. Wanita tua itu adalah asisten rumah tangga yang mendedikasikan hampir sepuluh tahun hidupnya pada keluarga Amanda.

"Mau makan apa, Nak? Tapi Ibu ke pasar dulu mau belanja. Atau kamu mau nitip sesuatu?" tanya Bu Asih, lagi.

"Mama belum pulang dari luar kota?" tanya Amanda.

"Belum. Bapak juga tadi pagi-pagi sekali sudah berangkat ke kantor."

Bibir Amanda menekuk sedih mendengar penjelasan Bu Asih. "Amanda ikut Ibu aja deh ke pasar."

"Serius nih?! Kuy, lah!"

Amanda tertawa riang. "Kuy, kita nongki-nongki di pasar biar keliatan kekinian," ajak Amanda.

Bersama asisten rumah tangganya Amanda menjelajahi pasar. Dia menelusuri lapak-lapak pedangang tanpa rasa risih. Dalam genggaman Amanda ada kue cubit yang menemaninya berkeliling pasar, hitung-hitung mengganjal rasa lapar.

Sesekali Amanda membantu Bu Asih menawar belanjaan. Karena terlalu tawar tak jarang Amanda mendapatkan tatapan tidak suka dari pedagang. Tertera jelas dari raut wajah pedagang bahwa lebih baik dagangan mereka tidak laku, daripada dibeli oleh si tukang tawar seperti Amanda.

"Aduh, Ibu lupa mau beli sayur sawi." Bu Asih menepuk jidatnya. Mereka sudah selesai berbelanja dan akan bergegas pulang. Kini keduanya hanya tinggal mencari angkutan umum kembali ke rumah.

"Nak Amanda, tunggu di sini dulu ya. Biar Ibu masuk ke dalam lagi beli sayur sawi."

"Iya, Bu."

Bu Asih bergegas pergi dari sana. Langkah kakinya bergerak tergopoh-gopoh memasuki pasar pagi itu.

Mata Amanda menelusuri area pasar dengan liar. Suasana sekitar ramai dan riuh seperti pasar pada umumnya. Pasar tradisional itu tidak begitu rapi, namun tetap terlihat bersih. Kesadaran orang pasar untuk buang sampah pada tempatnya sudah cukup tinggi di pasar ini.

Mata Amanda terkunci pada satu sosok yang berdiri di parkiran pasar. Senyumannya mengembang. Ada Arsen di sana yang tengah menenteng kantong kresek besar. Biar Amanda tebak, laki-laki itu habis berbelanjakah?

"Arsen." Amanda setengah berlari menghampiri.

Arsen menoleh tanpa ekspresi.

"Kamu habis belanja?" tanya Amana antusias.

"Iya," jawab laki-laki itu seadanya.

"Ihhh, suami idaman banget sih. Kamu ke sini sama siapa?" Senyuman Amanda semakin lebar. Paginya yang sedikit mendung berubah cerah.

"Sama dia." Arsen menunjuk seseorang di belakang Amanda dengan dagunya.

Amanda memutar kepala diikuti tubuhnya. Seorang perempuan cantik kini berdiri di hadapan Amanda. Perempuan itu tinggi semampai, berkulit bersih, hidung yang mancung, dan bibir kecil. Rambut bergelombang sepunggung perempuan itu diterpa angin pagi. Dia tersenyum pada Amanda hingga menunjukkan lesung pipi di kiri dan kanan.

Amanda [END - SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now