Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

Bab.4

113K 5.6K 79
                                    

Hening. Setelah kira-kira lima menit tidak ada jawaban, Jovanka kembali mengangkat dagu. Terlihat Max berdiri memunggunginya, menatap jendela dengan tirai terbuka. Bersikap seolah-olah tidak ada orang lain di ruangan. Ia menduga ada masalah berat yang sedang mengganggu bosnya. Apa hubungannya dengan foto-foto di tangannya? Ini yang ia belum tahu.

"Hari Sabtu, aku akan bertunangan." Max membalikkan tubuh, memandang Jovanka yang masih duduk di sofa. "Tugasmu hanya satu, menggagalkan pertunganku."

"Apaa?!" teriak Jovanka tanpa sadar. "Maksudnya bagaimana, Sir?"

Max mendekat. Duduk di sofa tepat di seberang Jovanka. "Kamu harus datang ke acara pertunanganku, gunakan segala cara untuk menggagalkannya. Lakukan secara halus dan jangan membuat banyak keributan. Kalau pihak keluarga perempuan memutuskan pertunangan saat itu juga, uang aku tambah."

Jovanka melongo. Sungguh tawaran yang aneh bin ajaib dari seorang CEO kepadanya. Merasa tidak yakin dengan apa yang ia dengar, Jovanka menepuk-nepuk kupingnya.

"Kamu enggak salah dengar," tegur Max, dengan satu alis terangkat melihat tingkah Jovanka.

"Ooh, maaf. Kirain kuping saya yang bermasalah."

Max membungkukkan tubuhnya ke depan. Menatap lurus pada wanita yang duduk dengan wajah bingung di depannya. "Kamu pasti mengira ini rencana gila dan enggak masuk akal."

Jovanka meringis. "Sedikit," jawabnya sambil mengangkat kelingking.

"Ini sama sekali tidak gila dan aku benar membutuhkan pertolonganmu. Jika tidak salah informasi, benar kamu butuh tiga ratus juta?"

Jovanka mengangguk pelan. Dalam hati bertanya-tanya bagaimana bosnya bisa tahu perihal utangnya.

"Nah, ini cara mudah melunasi utangmu."

"Kenapa harus saya, Sir?" tanyanya masih tidak yakin.

Max mengelus dagunya yang sedikit bercambang, sambil memandang Jovanka seakan-akan menimbang jawaban.

"Aku melihatmu sebagai wanita yang mudah mengulurkan tangan untuk menolong orang lain. Anggap saja aku sebagai orang tak berdaya yang membutuhkan pertolonganmu."

Jika sekarang Jovanka sedang minum, dipastikan air dalam mulutnya pasti akan menyembur keluar. Sungguh kata-kata dari Max membuat dirinya tidak hanya kaget, tetapi juga terdengar menggelikan. Seorang CEO membutuhkan pertolongannya, dan bukan hal yang remeh.

Ada apa ini?

"Hanya itu, Sir?"

Max mengangguk. "Hanya itu dan aku yakin kamu bisa. Urusan ini hanya sekadar sandiwara untuk kita berdua. Jika uang tiga ratus juta tidak cukup, aku bisa menambahkannya. Dengan catatan, pertunangan gagal."

Jovanka menelan ludah. Tawaran dari Max sungguh tidak masuk akal untuknya. "Bagaimana kalau pihak perempuan enggak terima dan—"

"Aku akan melindungimu. Tidak akan ada suatu bahaya yang akan menimpamu. Itu janjiku."

"Mereka pasti orang kaya," gumam Jojo.

"Konglomerat," tukas Max cepat.

Jovanka menggigit bibir bawahnya. Kebingungan di tempat duduknya, dan tercabik antara keinginan untuk menerima atau menolak tawaran sang CEO.

"Kalau saya menolak, apakah akan dipecat?"

Max menggeleng. "Hakmu sepenuhnya untuk menerima atau menolak tugas ini."

"Sir, bisa saya pikirkan dulu?" tanyanya sambil menunduk.

"Tentu, jawaban terakhir aku terima besok pukul lima sore. Karena kalau kamu tidak bisa, aku akan cari cara yang lain. Yang pasti acara itu harus digagalkan."

SANG PENGANTIN BAYARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang