Wattpad Original
There are 7 more free parts

Bab.1

205K 6.6K 156
                                    

PT Vendros Impersia Tbk, adalah salah satu perusahaan kontraktor bonafide di Indonesia. Saat ini, mereka sedang membangun apartemen lima gedung dengan masing-masing gedung terdiri atas 25, lantai yang diberi nama "The Green Palace".

Jovanka yang akrab dipanggil Jojo, adalah salah satu pegawai administrasi di kantor pemasaran cabang Jakarta Utara. Dikenal sebagai gadis periang dan ringan tangan, ia tidak segan melakukan pekerjaan apa pun yang membutuhkan keahliannya.

Seperti hari ini, lampu di kantornya ada yang mati. Tidak mungkin memanggil teknisi karena di luar hujan turun dengan deras dan mereka sedang berada di bangunan lain, petugas Office Boy pun tidak masuk kerja hari itu, dan para pegawai laki-laki yang ada di kantornya terlampau sibuk dengan urusan masing-masing. Mana mau tahu mereka dengan lorong yang gelap, sedangkan target penjualan sudah di depan mata. Bagi para sales, memenuhi target lebih penting dari urusan lampu mati. Memang tidak mudah menjadi sales marketing apartemen. Jovanka sering kali memperhatikan para sales yang memijat pelipis atau menyumpah-nyumpah, karena tekanan. Terlebih jika hampir berada di penghujung bulan, dan laporan sudah menanti untuk diserahkan kepada Pak Maulana, sales manager mereka.

"Gimana ini, Jo?" Irma, teman sekerjanya bertanya dengan cemas. Kepalanya terangkat, memandang lampu di atasnya. "Sebentar lagi Big Boss datang, dan kalau lihat lorong gelap begini, dia bisa marah."

Jovanka memandang lampu di atas kepalanya. Mengira-ngira jarak lampu dan lantai, mau tak mau ia harus memperbaiki penerangan jika tidak ingin Big Boss marah. Lagi pula ia hanya accounting biasa, tidak terlalu pusing dengan urusan penjualan. Melakukan sedikit perbaikan tidak akan menyita waktunya.

"Ada tangga enggak di gudang?" tanyanya kepada Irma.

"Ada, Pak Yanto OB biasa pakai."

"Ambilin, ya. Biar aku yang kerjain."

"Hah! Yakin?"

"Iya. Buruan, sana!" perintah Jojo.

Sementara temannya pergi mengambil tangga, Jovanka menyingsingkan lengan baju dan pergi ke dapur. Memeriksa bagian bawah wastafel, dan menemukan kotak peralatan di sana lalu membawanya ke tempat di mana lampu mati. Tak lama Irma datang membawa tangga—yang tidak terlalu berat—dengan sedikit kesusahan, meletakkannya di bawah lampu dan Jovanka mulai naik setelah saklar dimatikan. Beruntung hari ini ia memakai celana panjang.

"Irma ... ini, sih, bohlamnya yang mati!" teriak Jovanka dari atas tangga, sementara Irma mengawasinya dari bawah.

"Aku copot dulu, kamu ambil bohlam yang baru di dapur. Di bawah wastafel."

Irma menyahut iya lalu bergegas pergi, sementara Jovanka berdiri menunggunya di tangga. Tidak memperhatikan serombongan laki-laki yang berjalan dari lobi ke arah kantor.

Seorang laki-laki tampan mengenakan jas biru, berjalan paling depan dengan tas hitam di tangan, menghentikan langkah saat melihat ada tangga lipat terbentang di tengah jalan. Gemuruh hujan menyamarkan suara langkahnya. Tiga orang laki-laki lain yang mendampinginya, terlihat kebingungan melihatnya terdiam di bawah tangga. Mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, tatkala memandang Jovanka berdiri santai di anak tangga dengan wajah menghadap jendela kaca, dan asyik memperhatikan curah hujan yang turun deras.

Irma datang tergopoh-gopoh, lalu berhenti seketika saat melihat sosok yang berdiri di dekat tangga. Lelaki berjas biru mengulurkan tangan, meminta—tanpa kata—bohlam di tangan Irma. Memberi tanda agar Irma memanggil Jovanka. Wanita itu menelan ludah lalu bicara dengan gugup, "Jojo ... i—ini lampunya."

"Lama amat. Kamu yang naik atau aku turun?" Jovanka menunduk, dan seketika wajahnya terperangah saat melihat ada banyak orang di bawahnya. "Mr. Max," desisnya kaget.

SANG PENGANTIN BAYARANWhere stories live. Discover now