Saat ingin melepas kecupannya, Bryant malah menarik Wanda hingga terduduk di atas pangkuannya kemudian melumat bibir Wanda dalam-dalam hingga berlanjut jauh di atas meja makan. Semua dimulai dengan celemek Wanda yang dilempar turun.

***

"Ini semua gara-gara kamu," tuduh Wanda sambil mengenakan setelan baru di walk-in closet, begitu juga dengan Bryant.

Bryant terlihat santai, ia malah tengah mengeringkan rambutnya dengan hair dryer untuk beberapa menit sebelum menatanya kembali rapi ke belakang. Kemudian beralih membantu Wanda mengeringkan rambut sedangkan istrinya itu sedang merias ulang wajahnya yang sudah bersih setelah mandi tadi.

Mereka terlambat, sungguh sangat amat terlambat.

"Kenapa kamu santai sekali? Tidak takut terkena penalti?" tanya Wanda. "Aku tidak mau dengar kamu dipecat."

"Apa aku bolos saja kalau begitu?" goda Bryant. "Bukannya lebih baik bolos dengan beralasan sakit daripada datang terlambat kemudian dipecat?"

"Tetap masuk," tegas Wanda. "Karena aku juga tetap akan pergi menyelesaikan pekerjaan zaman now-ku."

"Kuantar," tawar Bryant sekali lagi.

Wanda membalikkan tubuhnya. "Lain kali, oke?"

"Oke. Tapi aku tidak tahu apakah di luar sana sudah aman, berita kita memang sudah tidak begitu terdengar lagi, tapi tidak menutup kemungkinan kamu masih diikuti wartawan." Bryant mengatakan itu semua memang bukan tanpa alasan. Keluarga mereka tertutup, tidak pernah berhasil diliput. Segala kekayaan, pekerjaan, dan kesibukan mereka hanya diketahui sampai di mana mereka perbolehkan.

Mereka sudah terbiasa untuk menghindar, berbeda dengan Wanda yang tidak tahu seberapa tertutupnya keluarga mereka dan seberapa haus wartawan di luar sana akan mereka. Wanda bagaikan celah baru bagi mereka untuk menyedot habis informasi yang tidak tergali selama ini.

"Tidak, kok," Wanda tersenyum, "selama ini mereka tidak pernah dapat informasi karena aku tidak pernah keluar dari rumah. Mereka juga pasti sudah menyerah dari jauh-jauh hari. Memang seberapa penting dirimu atau diriku sampai harus diikuti?"

Wanda mencium pipi Bryant. "Tenang saja. Atau malah sebenarnya yang harus kuhindari adalah kamu? Bisa saja kamu yang ikuti aku ke mana saja," tuduh Wanda, setelah itu ia tertawa. Ia meraih Bryant ke dalam pelukan.

"Jika aku tidak sibuk, akan kulakukan. Sayangnya aku sibuk," kata Bryant sambil balas memeluk Wanda.

"Bekerjalah yang rajin bagi bosmu," lanjut Wanda sebelum menarik Bryant untuk segera turun. Mereka harus berangkat sekarang sebelum semakin terlambat. Wanda sudah tidak enak sekali pada staf penerbitnya.

"Aku berangkat dulu," kata Wanda sambil masuk ke dalam taksi yang sudah menunggunya. Ia sudah memanggil taksi selagi menuruni tangga bersama Bryant tadi.

"Hati-hati," Bryant menatap Wanda dari jendela taksi yang terbuka, "hubungi aku sore nanti."

***

Wanda berjalan masuk ke dalam kantor penerbitnya. Ia langsung disambut oleh satpam yang membukakan pintu. Begitu juga dengan resepsionis yang langsung memeluknya hangat. "Mbak datang untuk tanda tangan novel?"

Wanda menganggukkan kepala sambil tersenyun manis ketika pelukan mereka sudah terlepas.

"Tolong tanda tangan punyaku juga setelah terbit ya, Mbak. Takut tidak kebagian edisi tanda tangan karena disebar secara acak," lanjutnya.

Wanda menggeleng. "Kamu tidak usah beli, akan kuhadiahkan untukmu."

"Makasih, Mbak!"

Wanda kembali tersenyum. "Saya naik dulu."

Wanda sudah menandatangani ribuan halaman pertama novelnya selama tiga jam, dan berakhir merasa sakit pada tengkuk. Ia juga sudah mulai lapar karena memang sudah waktunya makan siang. Wanda mengajak staf yang bertugas sebagai tim sukses novelnya untuk makan siang di restoran terdekat dan tentu saja mereka menjawab ajakan Wanda dengan senang hati.

Baru saja mereka menginjak lobi kantor, mereka mendapati puluhan
blitz kamera terarah pada mereka, tepatnya Wanda.

Di sisi lain, Bryant berangkat secepat mungkin menuju kantor penerbit yang menaungi Wanda. Berita tentang Wanda sudah menyebar di internet dua jam yang lalu dan istrinya tidak menghubunginya sama sekali? Apa sebegitu tidak bisa diandalkannya dirinya? Seburuk itu kah?

 Berita tentang Wanda sudah menyebar di internet dua jam yang lalu dan istrinya tidak menghubunginya sama sekali? Apa sebegitu tidak bisa diandalkannya dirinya? Seburuk itu kah?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Weddings' SmugglerWhere stories live. Discover now