Deven awalnya ingin berbicara padanya, namun ia langsung mengurungkan niatnya. Tepat setelahnya, putri cantik tersebut duduk di sampingnya diiringi putri Joaquine, sahabat dekat putri Anneth yang mengambil duduk di sisi kirinya, dan sisi kanan pangeran Friden.

"Jangan sungkan, meja lain penuh. Di sini aja." Pinta Charisa dengan senyumannya,

Anneth menganggukkan kepalanya, "terimakasih."

"Ah iya, biar nggak kaku-kaku amat, kenalkan, ini Putri Anneth dan Putri Joaquine, teman sekelasku dengan Nashwa." Ucap Charisa pada penghuni meja bundar yang sekarang formasi kursinya lengkap.

Meja di kantin sekolahan itu berbentuk bundar, seperti meja jamuan tamu pada umumnya, namun meja tersebut dapat memuat hingga delapan orang. Sebenarnya ada juga meja yang memuat enam, empat bahkan hanya dua orang. Tetapi, Charisa yang langsung menentukan meja yang muat delapan orang tersebut. Menurutnya, lebih menyenangkan makan dengan banyak orang.

"Halo salam kenal ya. Oh iya, gimana hari kedua kamu sekolah di sini, Cha?" Tanya Deven membuka suara, setelah semuanya sibuk dengan HP dan makanan mereka.

Charisa menatap ragu ke arah Nashwa, meminta persetujuan temannya itu. Nahswa langsung menggelengkan kepalanya. Ia sangat yakin, kalau Charisa menceritakannya, bukan hal yang tidak mungkin Deven akan mengambil tindakan.

"Tadi Lady Marsha menyindir putri Nahswa, dan hampir mengajak Charisa berantem."

Sumpah demi apapun, Charisa ingin menyumpal mulut putri Joaquine dengan tisu dihadapannya yang begitu santai mengatakan hal tersebut. Ini namanya cari mati! Mana ada pangeran Clinton pula yang duduk di seberangnya.

"Cha?!" Deven langsung bereaksi, tatapan khawatir bercampur marah terlihat jelas di matanya.

Charisa langsung menggenggam tangan Deven, meredakan emosinya yang bisa kapan saja meledak. "Cuma sindiran biasa, aku nggak ngeladenin dia kok. Dan untungnya putri Anneth langsung menengahi."

Deven lantas menoleh ke sampingnya, putri anggun itu sedang menyesap teh hangatnya. Ia hanya memberikan tatapan biasa dengan satu alis yang terangkat,

"Terimakasih, putri Anneth." ucap Deven dengan tulus, setelah mengucapkannya ia kembali menatap manik mata sahabatnya itu, mengelus lembut jemarinya.

"Jangan buat diri kamu terluka dengan sia-sia, karna aku nggak bisa jagain kamu selagi kamu di kelas."

"Uluuh-uluuhh.. Hadeuhh yang lain jadi nyamuuk," pangeran Alde menyuarakannya dengan nada sindiran,

Nahswa yang duduk disampingnya pun memberikan dua jempol tangannya, "Ah sependapat!" sahutnya sambil menaik turunkan alisnya,

"Sependapat atau sehati nih?" senjata makan tuan, kini malah pangeran Alde dan putri Nahswa yang mendapat sindiran dari pangeran Friden.

"Ganggu deh! Tuh kan, aku tuh ga suka ada mereka di meja ini, Cha!" sungut Deven mengadu,

Kekehan putri Joaquine membuat mereka menatapnya langsung, "kalian ini lucu banget, yakin cuma sahabatan?"

"Waduh pertanyaannya nggak ada kata pengantarnya. Suka nih gue!" koor Friden menyetujui,

"Gak ada habisnya kalau jelasin ke kalian," sahut Charisa sambil melilitkan pastanya, lalu memakannya.

IRREPLACEABLE (Completed √)Where stories live. Discover now