"Kamu tumben-tumbenan mau ikut campur urusan orang lain?" tanyanya langsung yang pastinya sudah dipahami Anneth.

"Dia tadi pagi nolongin aku," sahut Anneth singkat.

Joa membulatkan matanya, "Nolongin apa? Kok bisa?" cercanya,

"kalung pemberian mendiang Ibu jatuh ke toilet. Nggak tau kenapa bisa lepas dari leherku. Kamu tau sendirikan betapa jijiknya aku dengan toilet, kebetulan ada Charisa yang baru masuk toilet, aku langsung minta tolong. Tanpa mikir, dia langsung cari tongkat kecil terus ngambil kalung itu. Aku nggak kepikiran sama sekali karna panik. Anggap aja tadi itu sebuah balas budi. Dan aku juga malas denger ada yang berantem di kelas." jelas Anneth sambil merapikan alat lukisnya.

Joa tersenyum senang, baru kali ini sahabatnya itu mau bercerita panjang lebar mengenai orang lain. "Pantas aja, putri Nashwa langsung akrab dengan Charisa. Anak itu berhati mulia." puji joa yang diangguki setuju oleh Anneth.

👑👑👑

Cipratan air menyembur dengan sembarang, suara gaduh pun tidak bisa dijaga lagi. Kelas Deven sedang dalam pelajaran olahraga renang. Fasilitas kolam renang indoor yang super mewah membuat siapapun makin betah berada di sana.

Sekarang sedang ada pelatihan gaya renang, yang disusul dengan pelatihan menjaga diri dalam tekanan air. Hal tersebut sangat penting bagi pewaris tahta dalam usaha penyelamatan diri.

Deven yang memang anak jenderal keamanan kerajaan sudah terlatih sejak kecil mengenai pertahanan hidup. Ia dibebaskan pada mata pelajaran ini yang akhirnya membuatnya duduk-duduk santai sembari meminum es kelapa mudanya. Menyaksikan teman-teman sekelasnya dalam latihan sambil sesekali menyorakinya. Minta ditenggelamkan memang tingkah laku Deven.

"Bulan depan, ulang tahun Lanzwirs."

"Semua juga tau, sejak enam bulan yang lalu malah," Deven menyahut sambil memakan kelapa mudanya, tanpa menoleh pun ia tahu suara siapa itu.

"Gue mau minta izin, ngajak dia ke istana. Boleh kan?"

Deven langsung menolehkan kepalanya, "Lo tau kan resikonya gimana nanti? Trauma dia bakal muncul lagi!!" sahutnya dengan emosi yang mulai tersulut.

"Tenang Dev! Gue tau apapun yang mengancam keselamatan dia, itu jadi tanggung jawab lo. Tapi gue berani jamin, nggak bakalan gue ajak ke tempat-tempat yang jadi kenangan dia dulu. Lo bisa pegang omongan gue Dev. Kalau pun lo masih ragu, lo bisa jaga-jaga di sekitaran Istana."

Laki-laki itu menghembuskan nafasnya secara kasar, ia lalu mengusap wajahnya, "Sebelum lo ngajak dia, pastikan kalau lo sudah bisa buat dia percaya sama lo. Kapan rencananya?"

"Minggu depan. Kakek sedang ada kunjungan ke wilayah timur, ada permasalahan di pertanian. Perkiraan bakal sampe tiga hari di sana. Waktu yang pas buat ngajak dia ke istana, sebelum ulang tahun Lanzwirs nanti." Jelas Clinton, ia benar-benar harus meyakinkan Deven akan rencananya.

"Oke, gue izinin." Ucap Deven akhirnya.

Clinton tersenyum senang, ia pun menjabat tangan Deven tanda persetujuan telah dibuat. Ia hanya berharap, semua rencananya berjalan dengan lancar, tanpa ada gangguan nantinya.

👑👑👑

"Putri Anneth!! Sini!!!" Namanya juga Charisa, tidak mengenal tempat kalau sudah berteriak memanggil orang.

IRREPLACEABLE (Completed √)Where stories live. Discover now