"Hallo, Deven Christian Gwenixy. Panggil aja Deven." Sahut Deven dengan ramah. Memang pembawaan Deven yang supel membuat ia mudah membaur.

Setali dengan Charisa yang pembawaannya hampir sama dengan Deven. Baru hari pertama ia langsung mempunyai teman, yang langsung ia kenalkan dengan Deven.

"Nashwa Syafa Mahmoud, panggil saja Nashwa. Aku tau ko tentang kamu, Deven. Terdengar sampai ke wilayahku." Ucap Nashwa membuka pembicaraan.

Sehubung dengan Deven yang akan membuka mulutnya, hidangan yang mereka pesan datang. Sistem pemesanan makanan terletak pada meja yang mereka duduki. Di setiap meja terdapat layar kaca bening yang disentuh langsung mengeluarkan menu makanan yang dipilih, tinggal pilih menu yang diinginkan lalu semuanya langsung terproses cepat.

"Ah lo mesan duluan!" Charisa menyentil pelan jidat Deven.

"Ini hidangannya, silahkan menikmati."

Charisa baru saja protes pada Deven, nyatanya laki-laki itu sudah memesankan ia makanan. Makanan kesukaannya yang sedari dulu Deven ketahui. "Kok lo sweet banget sih!!"

Nashwa yang memperhatikan tingkah Deven dan Charisa tersenyum, "kalian ini pacaran ya?"

"Ha? Uhuk uhuk.. " Deven yang baru meneguk minumannya pun langsung tersedak,

"Enggak ada cinta untuk pacaran bagi kita! Kita cuma sahabatan, kok! iya kan, Cha?" ucap Deven sambil menyikut Charisa yang langsung mengangguk cepat.

"Oh iya! Dev, aku lupa ngenalin, Nashwa ini putri Sultan Mahmoud IV, dari kesultanan Zibandium." jelas Charisa seraya menatap Deven yang sibuk dengan sup dihadapannya.

Nashwa tersenyum malu, "enggak perlu dijelasin rinci gitu kali, Cha. Malu aku haha"

"Yeuu, malu tapi ketawa gitu!" sahut Charisa yang juga ikut tertawa. "Eh ayo pesan makanan kamu, aku gak mau makan makanan aku kalo makanan kamu belum datang."

"Astaga baru ingat! Yaudah bentar aku pilih menunya."

Selang Nashwa yang tengah memilih makanan. Suasana Kantin yang tadinya agak riuh, karena no rules no assistance. Iya, setiap putra ataupun putri tidak memiliki batasan aturan, mereka bebas dari penjagaan serta aturan ketat tiap kerajaan yang menuntut harus bertatakrama, sopan santun dan tenang. Hanya di sekolah ini lah mereka dapat melakukan semaunya, oleh karena itu Kingdom of Linzwirs high school menjadi sekolah favorit bagi pewaris-pewaris tahta kerajaan. Namun tiba-tiba, semua yang ada dikantin nampak diam, ada yang bahkan diam-diam mulai mengeluarkan HP mereka.

Charisa yang bingung, menatap ke arah Deven yang notabenenya adalah kakak kelasnya yang pasti sudah tahu mengapa keadaan kantin mendadak sunyi senyap seolah nafas pun tertahankan.

"Gils! Aura Pangeran Clinton memang bener-bener ya!" Nashwa menggumam pelan seraya menopang dagunya, Charisa yang selama ini hanya tau mengenai pangeran Clinton kini menajamkan penglihatannya.

"Pangeran Clinton memang jarang ke kantin. Makanya langsung diam gitu, aura dia memang bikin merindiingss" Bisik Deven di telinga Charisa dengan sedikit memuncratkan air ludahnya.

"Ah sialan lo!" Pekik Charisa ditengah senyapnya suasana.

Mata Putra Mahkota kerajaan Lanzwirs itu pun langsung mengarah pada gadis yang tengah mengumpat kesal pada laki-laki disampingnya. Ia menyipitkan pelan matanya. Dan benar yang ia lihat, itu Deven. Sahabatnya.

IRREPLACEABLE (Completed √)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon