"Hey! Hey! Ayah di sini, Charisa.. " tegur ayahnya yang tahu putrinya tengah mengadukan tindakannya pada Deven, seorang putra dari sahabat dekatnya.

"Sengaja" Sahut Charisa sambil memeletkan lidahnya lalu bersembunyi dibalik badan Deven.

"Tanda pengenal dan kartu murid." Setidaknya ada delapan orang berjejer mengelilingi mobil ayahnya, dengan senapan yang tersampir dibahu kiri mereka.

"Sstt.. Ucha! Kartu murid kamu!" Pinta Ayahnya, Charisa membulatkan matanya, ia menatap khawatir ke arah Deven.

"Kenapa, Cha?"

"KETINGGALAN!!" pekiknya nyaring lalu menatap takut ke arah Ayahnya yang balas melotot padanya.

"Ya Tuhan!" gumam Ayah Charisa lemas.

Bayangkan saja, perjalanan ke sekolah menghabiskan waktu hanya 10 menit tapi butuh waktu 25 menit untuk sampai di gerbang utama.

Deven langsung berpindah duduk ke depan, "Jam istirahat nanti, kartu murid dia akan ada. Dia murid sah di sekolah ini. Saya jaminannya." Deven menatap tegas pada penjaga gerbang utama dan semua ajudan yang menjaga gerbang.

Deven memang tidak tahu siapa mereka, namun mereka semua tahu siapa Deven. Seorang putra dari Jenderal Keamanan kerajaan Lanzwirs. Mereka semua adalah bawahan dari Ayahnya. Kalau Deven sudah mengatakan hal tersebut dengan jelas, maka itu artinya apa yang ia katakan adalah suatu kejujuran yang mutlak.

Pintu Gerbang pertama pun dibuka, sebuah gerbang besar dengan dasar besi tebal. Lalu gerbang kedua terbuka, gerbang dengan dasar baja, lalu gerbang ketiga adalah gerbang emas, dan terakhir adalah gerbang perak dengan ornamen batu berlian yang menghiasinya.

Charisa sangat yakin, berlian yang menempel pada gerbang terakhir tadi semuanya asli!

"Deven, terimakasih banyak. Kalau kamu tidak ada tadi, kami pasti harus memutar balik. Sehabis ini saya akan langsung kembali ke rumah, membawakan kartu murid Charisa." Ucap ayah Charisa,

Deven menggeleng pelan, "Sudah di perjalanan, Theo yang mengantarkannya. Paman langsung pergi ke rapat besar saja. Ayah tadi cerita saat sarapan, akan ada rapat besar dan cerita kalau paman malah mengantarkan Charisa berangkat sekolah. Jadi aku langsung menghubungi Theo untuk mengambilkannya." jelas Deven,

Ayah Charisa menepuk pelan pundak Deven, "Tidak ada kata terimakasih yang cukup untuk Andrean dan keturunannya. Kalian semua memang berjiwa penolong. Kalau begitu, Ayah pamit dulu. Pulang nanti Yezy yang jemput, ya. Ayah sayang Ucha,"

Charisa memeluk pelan Ayahnya lalu mengecup pipi lelaki kesayangannya itu setelah ayahnya mengecup lembut keningnya. "Ucha juga sayang Ayah," sahutnya sambil melambaikan tangannya.

"Sudah siap menjelajahi sekolah ini?!" Tanya Deven dengan semangat.

Charisa mengangguk cepat, "Ayo! " serunya sambil berlari pelan dalam genggaman hangat tangan Deven.

"Deven... Dulu atau pun sekarang, cuma tangan kamu yang bisa menggenggam erat tanganku tanpa melepaskannya."

👑👑👑

"Kenalin! Ini Nashwa, Dev!!" ucap Charisa dengan semangat di tengah riuhnya suasana kantin.

Memang namanya kantin, namun beda lagi kalau kantin Kingdom of Lanzwirs High School yang lebih mengarah pada restoran bintang lima dengan nuansa emas dominan yang menghiasi meja, kursi, serta langit-langit ruangan tersebut. Ditambah dengan home band yang berada ditengah-tengah kantin semakin membuat suasana kantin bukan lah kantin biasa, namun tempat makan bertaraf international. Sesuai dengan murid-murid yang bersekolah di sana.

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang