8 - Girls Day Out.....and A Boy

Start from the beginning
                                    

Iqbaal tahu semakin dia memaksa, semakin Sasha akan tidak mau. Kali ini dia harus mengalah kalau dia masih mau jalan sama Sasha. Dan tentu saja dia masih mau. Semua jadwal sudah dia kosongkan buat hari ini.

"Kamu janjian sama Zulfa dan Yori jam berapa?" Iqbaal melembutkan nada suaranya.

"Sebentar lagi jalan. Mau nonton." Sasha duduk kembali di depan cermin sambil ngeblow rambutnya lagi.

"Sampai jam berapa?"

"Nggak tahu. Emang kenapa?" nada Sasha masih ketus.

"Aku ikut, ya." Iqbaal memberikan senyum termanis supaya Sasha luluh.

"Buat apa? Cewek semua. Girls day out."

"Plus one boy." Iqbaal menggeser kursi Sasha sehingga kali ini mereka berhadap-hadapan. Wajahnya mendekat ke wajah Sasha yang masih memegang hair dryer.

Bisa nggak sih nggak bikin jantungan gini, Baal!

Sasha menggigit bibir bawahnya. Jangan luluh. Jangan luluh! "Kamu tanya aja sama Yori dan Zulfa boleh nggak kamu ikut."

"Yes! Iya." Iqbaal melepaskan kursi Sasha dan langsung mengambil ponselnya menelepon Yori. Sebenarnya buat Iqbaal permintaan kayak gini nggak jadi masalah sih buat dia. Yori dan Zulfa juga pasti nggak keberatan karena semua juga tahu kalau Iqbaal pengen deketin Sasha aja, "Boleh nih kata Yori."

"Beneran?"

"Ya iyalah. Kan kamu dengar sendiri aku nelepon dia. Dia langsung iya aja, tuh. Nggak ribet kayak kamu."

"Oh, ribet, ya." Sasha melotot ke Iqbaal, "Ya udah sana aja kamu pergi sama Yori dan Zulfa. Aku nggak jadi pergi." Sasha menaruh hair dryernya.

"Lho, kok gitu?"

"Aku anaknya ribet. Males pergi sama kamu." Sasha mendekati Iqbaal dan menarik tangannya, "Udah ya, aku mau pergi sendiri aja." Sasha menatap mata Iqbaal, "Ke Jakarta."

Sasha mengambil ponselnya, entah hendak menelepon siapa. Tapi Iqbaal tahu Sasha bisa nekat kalau udah punya kemauan. Iqbaal langsung menarik ponsel Sasha, "Jangan." Ia memasukkan ponsel Sasha ke sakunya.

Ia memegang kedua bahu Sasha dan menatap wajah Sasha, "Maafin aku ya, Sha. Aku nggak mikir dulu kalau ngomong. Mau maafin aku?" Iqbaal tersenyum manis.

Sasha menarik napas panjang. Sungguh ia lemah kalau Iqbaal sudah mulai mengalah, "Ya udah. Tapi aku nggak suka digituin, ya."

"Iya. Janji." Iqbaal menunjukkan jari simbol peace.

Sasha kembali ke tempat duduknya untuk ngeblow rambut lagi. Tiba-tiba ada telepon yang masuk dari Yori. Yori menanyakan apakah Sasha udah siap dan memastikan Sasha tidak keberatan karena ada Iqbaal. Sasha bilang kalau dia masih mengeringkan rambutnya. Tapi kemudian, Iqbaal merebut telepon Sasha, "Yor, berangkat aja duluan ama Zulfa. Nanti gue sama Sasha nyusul. Dia belum selesai, nih. Japri tempatnya di mana, ya."

"Ih, kok gitu?"

"Ya habis kamu belum selesai gitu. Kan kasihan mereka nunggu lama. Biar mereka booking tempat aja dulu. Kamu cepetan, gih."

Alasan Iqbaal cukup masuk akal makanya Sasha tidak membantah. Padahal Iqbaal melakukan itu supaya dia bisa semobil berdua dengan Sasha. Kebetulan banget Yori menelepon untuk memastikan.

Tidak ada pembicaraan apa pun setelah waktu itu. Iqbaal tidak mengkonfirmasi lagi mengenai acara mereka Jumat ini. Sasha juga tidak mau bertanya karena males nanti kelihatannya dia yang kepengen ketemu banget. Ya dia pengen ada kegiatan di waktu luangnya, tapi kan nggak seputus asa itu sampai harus ngemis ke Iqbaal juga. Toh dia bisa melakukannya sendiri kalau dia mau.

Tentang RasaWhere stories live. Discover now