LS.17

13.4K 742 14
                                    

Aurora memarkirkan motornya di halaman rumah Dania. Kemudian mereka turun dari motor dan melepas helm yang mereka pakai.

"Thanks ya, Ra." Ucap Dania.

"Santai aja kali. Kayak sama siapa aja lo." Balas Aurora.

Lalu Aurora merangkul Dania untuk masuk. Seakan itu adalah rumahnya sendiri. Meski sebenarnya iya. Rumah itu adalah pemberian Aurora untuk Dania.

Rumahnya memang tidak besar. Tapi cukup untuk Dania dan Rina tinggal. Dan rumah ini jauh lebih baik dari rumah Dania dulu.

Dania masuk kedalam kamarnya. Sedangkan Aurora berkeliaran di dapur. Dia mengambil beberapa cemilan dan minuman. Bukan beberapa. Tapi semua yang ada didalam kulkas.

Aurora membawa semua makanan itu kedepan tv. Dia menonton Film sambil makan.

Saat Dania keluar dari kamarnya, dia kaget melihat Aurora seperti orang yang tidak makan selama sebulan.

"Ck! Makan lo, Ra. Banyak, tapi kok gak gendut, ya." Kata dia sambil duduk di samping Aurora.

"Soalnya gue punya anak." Ujar Aurora.

"Anak apaan?" tanya Dania bingung.

"Anak cacing. Hahaha!" Aurora terbahak dengan ucapannya sendiri.

"Cacingan dong." Ujar Dania asal.

Dubrak!!

"Kaget Gue bangsat!!" latah Aurora. Sedangkan Dania, dia jatuh dari sofa karena kaget.

Aurora meletakkan toples keripiknya dan melihat apa yang terjadi di pintu depan.

Dia menatap nanar pada pintu rumah yang sudah roboh itu. Kemudian tatapannya berubah tajam pada pria yang ada diambang pintu.

"Santai aja kali, Om, kalo mau masuk rumah orang! Jangan pake nge-dobrak segala! Copot kan, jadinya! Sekarang siapa mau ganti rugi!?" omelnya.

Kemudian Dania datang. Sama halnya dengan Aurora, dia juga sedih melihat pintunya roboh. Apa yang akan dikatakannya pada Rina nanti?

"Siapa anak Alexander? Kau? Atau kau?" dia menunjuk Dania dan Aurora bergantian.

"Gue. Kenapa?" tanya Aurora balik.

Pria yang bernama Max itu mengeluarkan pisau dari sakunya. "Berarti dia tidak berguna." Kata dia. Lalu melempar pisau tadi kearah Dania. Dengan sigap Aurora menarik Dania menjauh. Jadinya pisau tadi menancap pada dinding di belakang Dania.

Aurora menggeram. "Sialan!!" umpatnya.

"Lo minggir, Dan." Ucapnya.

Dengan berat hati Dania menjauh. Dia terus berdoa agar Aurora baik-baik saja.

☆★☆

Carter masih berkutat dengan komputernya. Sesekali dia melirik Lara yang sedari tadi gelisah.

Lama-lama dia jengah, melihat Lara yang terus mondar-mandir seperti itu. "Bisakah kau berhenti, Lussy. Kau membuatku pusing." Kata dia akhirnya.

Lara berhenti dan duduk di sofa. "Ntah lah Carter. Aku merasakan sesuatu yang tidak enak. Dimana Aurora? Kenapa dia pulang?" nada suaranya terdengar khawatir.

Carter mengangkat bahunya acuh. "Dia pulang karena temannya yang bernama Dania itu sedang sakit." Jelasnya.

"Baiklah. Dimana alamatnya? Aku akan kesana."

Lussy Smith [Segera Terbit]Where stories live. Discover now