LS.15

14.7K 762 5
                                    

Wanita dengan Blazer hitam itu pergi dengan mobilnya keluar dari sekolah. Tujuannya gudang tua belakang sekolahnya. Jaraknya tidak jauh. Tapi dia sedang malas berjalan sekarang.

Dia memarkirkan mobilnya di depan gudang itu. Setelah mempersiapkan senjatanya, dia keluar dari mobil dan masuk ke dalam.

Wajahnya tampak tenang. Tapi matanya mengisyaratkan kematian.

Brukk!!

Dia mendobrak pintu itu kasar, membuat semua orang memandang kearahnya.

Mereka diam sejenak. Lalu salah satunya memberi perintah serang.

Wanita itu tersenyum miring. Lalu mengeluarkan dua buah pistol dari belakang Blazernya.

Dua buah peluru keluar dari tempatnya mengenai kepala dua orang.

Mereka tidak tinggal diam, masing-masing mengeluarkan pistol dan mulai menembakinya. Tapi, wanita itu seakan tidak bisa di sentuh peluru.

Yang tadinya ada 15 orang yang masih bernyawa sekarang tinggal 2. Pertarungan sekarang tidak menggunakan senjata lagi. Melainkan tangan kosong.

Sepatu hak tinggi dan rok span tidak menyulitkan wanita untuk bertarung. Dia bahkan terlihat sangat lincah.

Bugh!

"Argghh!!"

Pria itu berteriak saat wanita itu menginjak lengannya.

"Dimana bosmu?!" tanya wanita itu.

Pria itu masih tetap diam. Tidak berniat menjawab.

Karena geram, wanita itu menginjak leher pria tadi dengan sepatu hak tingginya. "Kalau begitu, pilih kematian mu. Sakit? Atau menyakitkan?" tanya dia santai. Seakan yang dia lakukan bukanlah apa-apa.

"D-di...atas." ucap pria itu lemah. Suaranya tercekat di tenggorokan karena sepatu wanita itu.

Wanita itu menarik kakinya dari leher pria tadi. Tapi bukan berarti dia membebaskannya.

Brakk!

Dia menendang perut pria itu kuat. Lalu pergi keatas.

Sedangkan seorang pria sedang panik saat ini. Dia duduk dengan gelisah di balik mejanya. Berharap anak buahnya bisa membunuh wanita Iblis itu.

Namun harapannya pupus saat melihat seorang wanita masuk kedalam ruangannya dengan wajah tenang. Seperti tidak terjadi apa-apa.

Wanita itu duduk dengan tenang di sofa yang ada di ruangan ini.

"Aku tidak ingin basa-basi. Langsung saja." Wanita itu menatapnya tajam. "Kenapa kau memerintahkan anak buahmu untuk membunuh Putriku?" tanya dia.

Keringat dingin membanjiri dahi pria itu. Wajahnya sudah pucat pasi. "B-b-brian y-yang menyuruh ku." Ucapnya terbata.

"Lalu, kenapa kau mau menurutinya?" tanya wanita itu lagi. Nada suaranya penuh penekanan.

"Maafkan aku, Sea. Aku tidak berani melawan orang seperti Brian itu. Dia punya kekuasaan di dunia Mafia. Aku hanyalah debu di matanya." Ucap pria itu takut.

Wanita itu menaikan sebelah alisnya. "Apapun alasannya, kau sudah berniat buruk pada Putriku. Sebagai Ibu, aku tidak akan tinggal diam." Ujarnya.

Pria itu langsung kicep mendengarnya. Wanita di hadapannya ini adalah bencana. Dia tidak segan-segan menghancurkan apa pun yang menghalanginya.

"Ku mohon Sea. Maafkan aku. Aku hanya mengikuti perintahnya saja. Itu karena aku tidak tau kau masih hidup. Jika aku tau, aku tidak akan berani mendekati Putrimu." Pria itu sudah memohom sambil menyentuh kaki wanita tadi

Lussy Smith [Segera Terbit]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt