LS.9

15.3K 852 2
                                    

Matahari sudah menampakkan dirinya. Tapi Aurora belum juga bangun. Karena ini hari minggu, jadi dia memilih untuk tiduran.

Namun, rencananya tidak berjalan mulus, karena Nathan meneriaki namanya dari tadi.

"Aurora sayang!! Ayo bangun!! Kita lari bareng!! Abis itu latihan sebentar!!" Teriak Nathan dari luar kamar.

Dengan malas Aurora bangun dari tidur nyenyak nya. "Iya Pa. Aurora bangun. Bentar lagi keluar kok." Sahutnya.

"Papa tunggu di bawah!!"

Setelah mengatakan itu Nathan pergi. Dia sudah siap dengan celana trainingnya. Dan juga sepatu lari kesayangannya.

Beberapa menit kemudian Aurora turun dengan wajah lesu. "Ayo Pa. Aurora udah siap." Ujarnya.

Nathan geleng-geleng kepala melihatnya. "Kamu ini ya. Kok lesu banget sih? Semangat dong. Masih muda juga." Kata dia menyindir.

"Aurora masih ngantuk Pa. Papa sih bangunin Aurora pagi banget." Keluh Aurora sambil menguap.

"Ini kan udah siang sayang. Kamu gak liat matahari udah nongol tu. Seharusnya ini udah kesiangan buat olahraga." Ujar Nathan.

"Yaudah. Ayo Pa kita mulai." Kata Aurora sambil menarik tangan Nathan.

Nathan hanya mengikuti putrinya saja.

☆★☆

"Ayo dong Pa kejar aku!! Masa gitu aja kalah!!" Teriak Aurora di depan. Sedangkan Nathan sudah kelelahan di belakang.

"Kamu sih masih muda. Nah Papa udah berumur. Capek tau. Berenti dulu sayang." Kata Nathan masih ngos-ngosan.

Aurora menghampiri Ayahnya. "Yaudah. Papa di sini aja dulu. Biar Aurora beli in minum."

Nathan mengangguk. Dia sudah sangat kelelahan. Jadi untuk berbicara saja dia susah.

Beberapa menit kemudian Aurora kembali. Dia membawa dua botol minuman. "Nih Pa."

Nathan mengambil air itu dan meminumnya. "Capek. Pulang yuk." Ajaknya.

Aurora hanya mengangguk. Lalu berjalan beriringan dengan Ayahnya.

"Pa, Aurora punya guru baru di sekolah. Cantik deh. Baik. Trus jago berantem lagi. Semalem aja dia bantuin Aurora pas di keroyok orang. Pokoknya dia jago banget deh." Puji Aurora.

"Trus?"

"Ya gak papa. Kalo Mama masih hidup pasti cantik kayak Buk Lara." Kata Aurora lagi.

Nathan memahami perasaan Aurora. Dia juga merindukan wanita itu. Wanita yang merelakan nyawanya untuk menyelamatkan mereka.

"Papa juga kangen sama Mama kamu. Kamu punya wajah yang mirip sama dia. Apalagi mata." Katanya.

Matanya membulat saat melihat ada beberapa orang yang datang dengan membawa senjata. Dia langsung membawa Aurora lari dari situ.

"Ada apa Pa?" Tanya Aurora heran.

"Kamu terus aja lari. Jangan liat ke belakang." Kata Nathan.

Aurora yang bingung hanya menuruti perintah Ayahnya.

Lalu terdengar suara tembakan dari belakang. Jantung Aurora seakan copot mendengar itu. Pasalnya bukan hanya suara. Tapi peluru itu memang mengarah pada mereka.

"Lari terus sayang. Kalau ada orang yang ngehalangi kamu, kamu hajar aja. Papa gak akan marah." Kata Nathan lagi.

Lalu Nathan menarik Aurora bersembunyi di balik dinding gudang. "Kamu jangan keluar apapun yang terjadi. Ngerti?"

Aurora mengangguk. Kemudian Nathan mengeluarkan senjata dari balik punggungnya.

"Papa mau ngapain?" Tanya Aurora bingung. "Papa segera kembali." Setelah mengatakan itu Nathan pergi.

Aurora mengintip keluar. Dia bisa melihat Ayahnya sedang adu tembak dengan orang-orang itu.

Nathan berhasil mengenai dua orang. Tinggal tiga lagi. Tapi ada yang ingin menyerang Nathan dari belakang. Aurora ingin membantunya. Tapi tidak jadi. Karena orang itu sudah keburu mati tertembak.

Tapi bukan Nathan yang melakukan itu. Ada yang membantunya.

Setelah membunuh mereka semua Nathan kembali menghampiri Aurora.

Aurora langsung memeluknya. "Papa gak pa-pa kan?" Tanya dia khawatir.

"Papa gak pa-pa. Ayo kita pulang. Disini gak aman." Kata Nathan langsung menarik Aurora pergi.

Sepanjang jalan Nathan terus waspada. Siapa tau ada orang yang ingin mencelakai putrinya.

"Papa tau gak. Tadi ada yang mau nyerang papa dari belakang. Pas Aurora mau nolongin papa tu orang udah mati duluan." Ujar Aurora heran.

"Gak usah kamu pikirin sayang. Yang penting kamu gak papa." Kata Nathan sambil merangkul Aurora.

☆★☆

"Orang-orang sialan!! Mereka sudah bergerak!! Aku harus melindungi keluarga ku. Bagaimana pun caranya!" Ucap wanita itu yakin.

Dia memasukkan kembali senjatanya ke belakang bajunya. Lalu pergi meninggalkan tubuh yang sudah menjadi mayat itu.

Taman itu sudah menjadi danau mayat sekarang. Karena bukan hanya satu dua orang yang tewas. Tapi sepuluh orang tergelatak tak bernyawa.

Mereka adalah orang yang mencoba menyakiti Nathan dan Aurora tadi.

Yang di hadapi Nathan hanya lah sebagian. Sebagian lagi sudah di bereskan olehnya.

Wanita itu akan membunuh siapa pun yang mencoba melukai keluarganya. Bahkan kadang dengan sadis. Itu ia lakukan jika dia sudah benar-benar marah.

Wanita itu dikenal dengan sebutan sea. Tapi seluruh dunia sudah menganggap dia mati karena sebuah kecelakaan.

Dia sengaja mengarang kematiannya agar keluarganya tidak di ganggu lagi oleh musuhnya. Tapi kenapa sekarang mereka mulai bergerak lagi.

☆★☆

#liza

Lussy Smith [Segera Terbit]Where stories live. Discover now