39. Perhatian

7.3K 297 36
                                    

"Lakukanlah segalanya karena Allah dan jauhilah segalanya karena-Nya , maka engkau akan bisa  menemukan manisan dalam bercinta."

"Alhamdulillahirabilalamin, keadaan Mbak Hafsya sudah semakin membaik. Sehingga hari ini Mbak Hafsya sudah boleh pulang."

"Alhamdulillahirabilalamin, terima kasih ya dok," ucap Mas Ilyas dengan senyuman.

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu ya."

"Iya dok, silahkan. Dan sekali lagi terima kasih ya dok."

Dokter Aishe hanya mengangguk dan tersenyum, yang kemudian berlalu meninggalkan ruangan tempat kami berada saat ini. Setelah sepeninggalan dokter Aishe, kami pun segera bersiap untuk segera pulang. Karena bau khas obat dari rumah sakit tersebut, membuatku semakin bersemangat untuk segera pulang dari ruangan berbau obat yang sangat mengganggu indra penciumanku itu.

Dengan kondisi jalan yang lumayan lancar, akhirnya kami bisa sampai rumah hanya dalam waktu dua jam. Sungguh aku sangat bahagia saat aku bisa melihat rumah yang bercat serba putih itu kembali. Rumah yang selama ini membuatku bisa rasakan manisnya surga di dalamnya. Bersama orang-orang yang aku sayangi di dalamnya semakin menambah lengkap kebahagiaan yang aku rasakan.

"Assalamualaikum," ucap kami saat sudah berhasil memasuki rumah.

Karena memang tak ada penghuni lain di rumah tersebut selain kita bertiga, maka kami pula yang berkewajiban menjawab salam dari kami masing-masing. Dan hal itu pun sering kami lakukan jika kita bertiga sama-sama bertamu ke rumah kami sendiri seperti saat ini.

"Alhamdulillahirabilalamin, akhirnya kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa kembali ke rumah ini," ucap Mas Ilyas penuh syukur.

"Iya Mas, alhamdulillah," sahutku

"Oh iya Hafsya, mending sekarang kamu istirahat di kamar saja ya. Aku nggak mau kalau kamu sampai kecapekan lagi," pinta Sonia.

"Jangan dulu ya, nantikan jadi kamu yang kecapekan karena harus mengurus rumah ini sendirian," negoku.

"Tidak Hafsya, insya Allah aku bisa kok. Lagian aku juga sudah terbiasa melakukannya."

"Tapi benar juga yang dikatakan Hafsya sayang, aku juga nggak mau kalau kamu ikut kecapekan. Aku pekerjakan pembantu saja ya?" tawar Mas Ilyas.

"Tidak usah Mas. Mas Ilyas percayakan sama aku?" tanya Sonia pada Mas Ilyas.

"Ya tentu sajalah aku percaya sama kamu."

"Kalau begitu kamu harus percaya kalau aku bisa mengurus semuanya dengan baik."

"Oke, tapi aku bantu kamu mengurus segalanya dulu ya hari ini."

"Tidak usah Mas. Mending sekarang kamu berangkat kerja saja ya."

"Sayang, inikan sudah telat."

"Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekalikan?"

"Kamu benar juga sayang, kalau begitu aku siap-siap dulu ya."

"Iya, sarapannya nanti dibawa ke kantor saja ya biar nggak terlalu telat."

"Tapi kamu antar Hafsya ke kamar dulu ya."

"Tidak usah Mas, aku takut semakin merepotkan Sonia saja nantinya. Dan insya Allah aku bisa sendiri," tolakku.

"Hafsya, jangan berkata seperti itu lagi ya. Kamu itu sama sekali tidak pernah  merepotkan diriku. Benarkan Mas?" mengarahkan pandangannya ke Mas Ilyas.

Mas Ilyas hanya mengangguk disetai dengan senyuman sebagai perwakilan kata iya darinya.

"Kalau begitu aku antar Hafsya ke kamar dulu ya Mas. "

Sahabatku Istri SuamikuWhere stories live. Discover now