Sahabatku Istri Suamiku

24. Jawaban Istiqarah Ilyas

"Tiada dilema yang tak terjawab jika kita mau menemui-Nya dalam Istiqarah."

Bagiku tiada yang lebih indah selain berbagi. Dan hari ini adalah hari terbaik yang pernah ada dalam hidupku. Dimana aku bisa melihat senyum mereka yang lepas tanpa adanya beban. Kadang aku berpikir, apakah suatu hari mereka akan menanyakan siapa orang tua mereka? Dengan melihat keadaan mereka, membuatku semakin ingin untuk selalu bersyukur. Sungguh aku tak menyangka bahwa di belahan bumi sana masih ada banyak lagi hamba Allah yang diuji lebih berat dariku. Setidaknya mereka pun mampu membuatku merasa lebih bersyukur karena aku masih bisa melihat wajah orangtuaku, masih bisa merasakan kasih sayangnya walau hanya sebentar.

Aku mencoba belajar dari dia yang tulus, Ustadzah Nabila dengan segala kasih sayangnya, dengan segala keikhlasannya, dan dengan segala ketulusannya mampu membesarkan mereka tanpa sebuah bingkai keluh kesah. Aku belajar dari dia yang mampu berdamai dengan keadaan, Sonia dan Ilyas, dimana sepasang anak cucu Adam ini mampu berbagi dan mencintai karena Allah. Walau Tuhan mengujinya dengan cobaan yang sangat berat, namun mereka tetap tahu bagaimana cara untuk berdamai dengan keadaan. Mereka tahu kapan mereka harus ikhlas, kapan harus bersabar, dan kapan harus bersyukur dengan diwujudkan sikap dermawannya yang tak pernah takut akan kehilangan dan kekurangan. Karena mereka hanya percaya bahwa Allah lah Yang Maha Kaya dan semua yang dimilikinya saat ini hanyalah titipan dari-Nya. Aku juga belajar dari dia yang tak takut untuk hidup, anak-anak di panti asuhan itu mengajariku agar tidak takut pada kehidupan, agar tidak takut akan cobaan di dalamnya, dan agar tidak takut dengan kegelapan dan kesedihan yang nantinya akan menimpa. Mereka mengajariku bagaimana tersenyum dengan tulus, mereka mengajariku bagaimana cara menikmati hidup, dan mereka juga mengajariku bagaimana cara tertawa lepas tanpa adanya sebuah beban yang mampu memberatkan mereka. Mungkin mereka tahu bahwa orangtua mereka sudah tiada lagi di dunia ini atau bahkan tidak menginginkan mereka ada di kehidupannya, tapi mereka sama sekali tidak berkecil hati dengan keadaanya. Bahkan merekalah hamba-hamba Allah yang mampu menjadi cahaya di dunia ini, cahaya yang mampu menyinari kehidupan orang lain yang bahkan kini cahayanya sudah sampai padaku.

Seusainya kami dari panti asuhan aku diliputi oleh perasaan dan hati yang lebih tenang, ketenangan dan kedamaian di hati yang selama ini ku cari ternyata ku temukan disana. Kini aku menjadi lebih yakin untuk menjalani hidup dan semakin mantap untuk melangkahkan kakiku di jalan kebenaran. Menapaki jejak-jejak Rasulullah di muka bumi ini dan menjalankan semua yang diperintahkan-Nya.

Karena rasa lelah yang tak terbendung, tanpa aku sadari tiba-tiba aku terlelap bersama Sonia di kursi belakang. Sedangkan Ilyas sedang mengendarai mobilnya dengan wajah yang sedang menerka-nerka. Dan Dengan sayut-sayut aku mendengar sebuah ucapan yang sangat lembut dan penuh kepasrahan.

"Ya Allah semoga yang hamba lakukan ini benar, semoga hamba tidak salah mengartikan jawaban atas istiqarah-istiqarah yang hamba lakukan selama ini, dan semoga yang hamba lakukan ini tidak menyakiti hati siapapun Ya Allah. Amin," ucap Ilyas lirih.

Walau mataku terpejam, namun aku masih bisa merasakan adanya benda hangat yang menyelimuti tubuhku dan tubuh Sonia, hingga aku sudah tidak merasakan adanya kekurangan dalam tidurku. Aku pun terlelap tanpa menyadari keadaan sekitar lagi. Memutuskan untuk berlabuh ke alam mimpi yang seakan tak membiarkanku untuk pergi.

Mesin mobil kini berhenti menderu-deru. Walau tidak menimbulkan suara, namun sukses menghasilkan getaran pada si penumpangnya. Setelah getaran itu sudah tidak terasa lagi, Sonia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Dan tiba-tiba senyumnya mengembang saat melihat tubuhku dan tubuhnya berada pada satu jas. Ia melihat ke arah Ilyas yang sedang memelihara mata merahnya akibat dari airmata yang berusaha ia tahan.