15. Gagal move on

643 38 0
                                    

Love me harder, and I'll try too

R.

Ceklek !!

Randi terpaku. Mata mereka bertemu.

"Aaaaaaaaa!!!"

Teriakan bass itu berhasil membuat Div otomatis terbangun dari tidur manisnya. Dia mengucek mata setengah sadar melihat sosok yang teiak tadi yang berdiri di samping ranjangnya.

"Ngapain lo teriak hah?!" Diva emosi dengan mata yang sayu, pertanda masih mengantuk.

Randi menyerngit heran melihat sosok didepannya. Sebelum orang itu berbalik berhadapan dengannya, dia sempat kaget ada seseorang yang sedang topless didepan ranjang Diva.

"Lo ngapain disini?" Tanya Randi pada orang itu.

Diva refleks membuka mata lebar mendengar suara bass Randi. Diva mendorong orang disampingnya yang menghalangi pandangannya ke arah pintu kamar. Diva melotot melihat Randi yang menatapnya datar kepada orang yang masih berdiri disamping ranjangnya.

"Randi lo ngapain disitu?" Pertanyaan Diva membuat Randi menoleh kepadanya.

"Lo lupa gw punya utang penjelasan malam ini?" Randi berkata dengan tenang.

"Penjelasan apa?" Diva bingung

"Gw tunggu dibawah. Lo bersihin diri dulu baru kita ngomong" Randi membalikkan badan dan menuju ruang tamu.

"Lo ngapain masih bengong disitu? Sejak kapan lo balik? Kok bisa masuk sini? Kenapa ga bangunin gw?" Diva menatap kesal orang yang duduk bengong dikursi belajarnya.

"Woiii..." Diva melempar bantal dan berhasil membuat orang itu tersadar.

"Gw bukan sasak tinju ogebb" orang itu emosi.

"Lagian lo bengong dari tadi abis teriak ga jelas" Diva merapikan rambutnya dan bersiap untuk ke kamar mandi.

"Ya ga usah maen kasar gitu. Jadi cewek tu lembut dikit. Dasar tukang pukul" orang itu kesal.

"Ehh keong! Ga usah ngatain orang. Pake tu baju. Mata gw ternodai liat badan lo" Diva melampar kaos yang nyangkut di kepala ranjangnya ke orang tersebut.

"Badan bagus gini bikin mata seger tau. Lo nya aja yang kurang asupan makanya udik" Sindir orang itu sambil memakai bajunya.

"Apanya yang seger. Yang ada mata gw berkarat ngeliat tulang belulang kayak elo" Diva ga mau kalah

"Sixpack gini lo bilang tulang belulang? Bener-bener mata lo udah harus dikarantina biar di training cara melihat yang baik dan benar" Orang itu juga ga mau kalah

"Ngaku-ngaku sixpack padahal kerempeng gitu. Yang ada otak lo yang harus dikarantina. Biar lurus ga belok mulu gegara kepedean tingkat tinggi" Diva menunjuk kepala orang itu.

"Bodo amat. Capek gw debat. Calon laki lo ntar marah lagi noh. Buruan lo ke bawah. Punya calon kok baperan, ngaret dikit ngambek, dihh apaan kek gitu" Orang itu mencibir sambil melenggang keluar kamar Diva.

Diva menepuk jidatnya. Lupa bahwa Randi menunggunya dibawah.

"Masalah lagi inimah. Gara-gara elo ngajak berantem nih" Diva sedikit teriak kearah orang yang baru saja keluar dan menutup pintu kamarnya.

"Dasar adek laknat!!" Diva teriak dan dengan langkah cepat menuju kamar mandi.

...

Randi menatap Diva yang berjalan ke arahnya. Randi mencium aroma susu bercampur vanila dari arah Diva. Randi tersenyum tipis melihat Diva yang berjalan menunduk ke arahnya. Randi tau gadis itu pasti merasa bersalah karena telat dari waktu janjian. Sangat terlihat dari wajahnya walau menunduk.

Diva's Love Story (Completed)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें