EPILOG

3.5K 474 24
                                    

"Whoa," ucap (Name) melihat ke sekitarnya dengan tatapan tak percaya, "sepertinya alasan kau bersikeras untuk tetap pergi bukan karena diancam, Ichiro."

Ichiro yang sedang memasang payung dan tikar untuk mereka beristirahat hanya bisa menghela napas panjang.

"Bukannya sudah kubilang bukan itu, Nee-san," sahut Ichiro.

"Hei, aku tidak tahu kalau tiket yang Rii berikan itu tiket pantai pribadi," sahut (Name), "hari ini cukup teduh ya," komentar (Name) melihat banyak awan dan hampir semuanya cukup menutupi sinar panas matahari.

Ichiro yang baru selesai memasang semua perlengkapan mereka pun akhirnya duduk dan melihat (Name) yang melangkah mendekati bibir pantai. Tampak kain yang melilit di pinggang (Name) yang sedikit menari karena tiupan angin.

"Kenapa kalian tetap berada di tepi pantai? Ayo kemari," ajak (Name) melambai pada tiga adiknya.

"Kami akan menyusul setelah mengganti pakaian kami," jawab Ichiro, bersama kedua adiknya menunjukkan tas mereka.

(Name) melipat kedua tangannya.

"Kenapa tidak kalian pakai sebelum memakai pakaian luar kalian?" gumam (Name) kembali menoleh ke arah laut kemudian bermain dengan ombak kecil yang datang.

'Jaga-jaga jika bertemu dengan MTC,' pikir mereka bertiga, kemudian berjalan meninggalkan (Name) sendiri.

(Name) melihat ke sekitarnya, dimana tidak ada siapapun selain dirinya, dan saudaranya.

'Pantai ini pasti punya keluarga Eastaugffe,' batin (Name), 'Rii hanya menipuku dengan tiket palsu.'

"Rasanya aneh dan bosan jika aku sendirian di pantai," gumam (Name) menendang air laut.

"Kalau begitu, kutemani agar kau tidak bosan, kuso onna."

[][][]

"Ichi-nii, sebenarnya alasanmu tetap pergi ke pantai juga bukan karena pantainya pantai pribadi, kan?" tanya Saburo saat mereka sudah keluar dari ruang ganti yang ada di pantai.

"Eh," Ichiro menoleh ke adik paling kecilnya itu kemudian terkekeh pelan, "ketahuan ya?"

"Tapi apa alasan asli Nii-san?" tanya Jiro.

Ichiro terdiam, kemudian tersenyum kecil.

"Saat menunjukkan tiket pantai itu, Nee-san terlihat bahagia—aku ingin membuatnya tetap bahagia seperti itu, walaupun harus datang ke Yokohama."

'Atau membiarkannya berteman dekat dengan mereka bertiga.'

"Ichi-nii." "Nii-san."

Mereka bertiga sampai di tempat mereka semula, tapi betapa terkejutnya mereka saat melihat kakak mereka dikerumuni oleh musuh mereka, Mad Trigger Crew.

[][][]

"Berhenti mengejutkanku seperti itu!" protes (Name) memukul pundak laki-laki berambut putih yang berdiri di depannya.

"Kau saja yang tidak menaruh curiga pada lingkungan sekitarmu," komentar Samatoki.

"Hei, ini pantai pribadi, tentu aku tidak curiga—tunggu, bagaimana kalian bisa masuk?" kaget (Name) baru sadar.

"Tanyakan itu pada Jyuto," sahut Samatoki menunjuk rekannya.

"Itu perkara mudah," sahut Jyuto, "blackmail."

"Hei, seorang polisi yang baik tidak boleh seperti itu," protes (Name).

"Pfft, polisi yang baik, katanya," ucap Samatoki mendengus lucu.

"Huh? Bukannya Iruma-san seorang polisi?" sahut (Name) sedikit heran dengan reaksi yang Samatoki berikan.

"Dia memang polisi," sahut Riou, "tapi—"

"Hai' stop stop stop," potong Jyuto tiba-tiba, "kurasa seorang lady seperti (Surname)-san tidak perlu tahu hal kecil seperti itu."

(Name) sedikit membatu mendengar marga keluarnya, dan hanya bisa tersenyum.

"Sudah lama tidak mendengar nama itu," gumam (Name)—yang tentu disadari ketiga laki-laki yang mengelilinginya.

'Tapi, aib Rii mana yang bisa membuatnya tunduk pada orang lain?' batin (Name).

"Ngomong-ngomong," ucap Samatoki menarik perhatian (Name), "tak kusangka kau punya selera pakaian yang bagus."

(Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya memeluk dirinya lalu menoleh ke arah Jyuto.

"Iruma-san, kau lihat itu kan? Sexual harassment, ciduk dia," ucap (Name) sambil menunjuk Samatoki.

"Hei! Aku hanya memujimu!"

Karena punggung (Name) menghadap ke arah pantai, jadi perempuan itu tidak menyadari kedatangan ketiga adiknya, ataupun melihat ekspresi kaget mereka.

Oh, tapi tentu Mad Trigger Crew menyadari kehadiran mereka.

Samatoki membalas tatapan benci Ichiro dengan tatapan datarnya, sebelum akhirnya sebuah seringai muncul di wajahnya.

"Hei (Name), lihat aku."

"Huh?"

[][][]

Ketiga Yamada bersaudara itu semakin panik saat melihat Samatoki memegang pundak (Name), dan mendekatkan wajahnya ke wajah (Name).

'Apa yang dia rencanakan,' pikir Ichiro langsung berlari mendekati mereka.

(Name) yang baru saja membuka mulutnya untuk bertanya apa yang Samatoki lakukan, langsung tersentak kaget karena tiba-tiba seseorang memegang pergelangan tangannya kemudian menariknya ke belakang—membuat pegangan Samatoki di pundaknya terlepas, dan (Name) langsung dihadapkan oleh ketiga adiknya yang terlihat sangat marah.

"Apa yang akan kau lakukan pada Nee-san, Samatoki?" tanya Ichiro dengan nada mengancam, juga terlihat jelas ekspresi tak suka terlukis di wajahnya.

"Samatoki-sama, kuso gaki," sahut Samatoki meraih tangan (Name) yang lain.

Diluar dugaan, Samatoki menarik (Name) dengan kuat—cukup sampai membuat pegangan Ichiro terlepas dan membuat (Name) sedikit tersandung dan mendarat tepat ke dalam pelukan Samatoki. Seringai Samatoki kembali, dan kali ini kedua tangannya melingkar di pinggang (Name).

"Apa salahnya aku berbicara pada wanitaku, hm?"

Iris (Name) melebar, juga ketiga adiknya. Sementara Jyuto hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan Riou yang memandang semua dalam diam.

'T-tunggu, apa!?'

'T-tunggu, apa!?'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Big Sister » Buster Bros!!Where stories live. Discover now