CHAPTER 14

2.4K 454 4
                                    

"Nee-san, apa terjadi sesuatu saat Nee-san hilang dulu?"

"Eh?"

(Name) berkedip beberapa kali—tersadar dari lamunannya, kemudian menoleh ke arah Ichiro yang mengerutkan alisnya. (Name) menatap lama Ichiro, sebelum akhirnya tersenyum kecil.

"Tidak terjadi apa-apa kok, saat itu aku beristirahat di hotel," jawab (Name) berbohong.

Ichiro terdiam sejenak kemudian menoleh ke luar jendela bianglala, yang kini sedang menunjukkan pemandangan Ikebukuro di sore hari.

'Aku tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya, entah kenapa,' pikir (Name) menundukkan kepalanya, merasa bersalah.

"Jika memang tidak terjadi apa-apa," gumam Ichiro melirik sejenak ke arah (Name), "apa Nee-san masih marah karena aku memakan es krimmu?"

(Name) mengangkat kepalanya dengan heran, lalu tersadar maksud Ichiro—yang tentu membuat wajahnya merah—dan langsung menggeleng dengan kuat.

"T-tidak kok!" sanggah (Name), "sebocah apa aku di matamu, Ichiro?" tanya (Name) sedikit tidak terima.

Ichiro terkekeh melihat reaksi (Name), tapi kemudian wajahnya kembali menjadi serius.

"Lalu, apa yang kau lamunkan seharian ini, Nee-san?"

(Name) membuka mulutnya, namun kemudian menutup mulutnya dan tersenyum.

"Bukan hal yang penting, Ichiro—"

Ucapan (Name) terpotong saat kedua tangan Ichiro mengentak kursi yang ada di dua sisi (Name)—membuat kereta bianglala yang mereka naiki sedikit bergoyang.

"I-Ichiro?" panggil (Name).

(Name) merasa tak nyaman dengan Ichiro sekarang.

"Ah," iris dwi warna Ichiro melebar—seolah dia tersadar, "maafkan aku, Nee-san. Hanya saja aku ...," Ichiro langsung kembali duduk di posisi awalnya.

Namun kepalan tangan Ichiro sukses menarik perhatian (Name) dan perempuan itu hanya tersenyum sedih, kemudian meletakkan tangan kanannya di atas tangan Ichiro—membuat kepalan tangan adiknya itu melemah.

"Aku tahu kau khawatir padaku, tapi aku baik-baik saja kok, sungguh," ucap (Name).

Ichiro terdiam cukup lama, sebelum akhirnya menghela napas dan mengangguk singkat.

"Baiklah jika kau bersikeras, Nee-san," ucap Ichiro, "tapi—setidaknya jawablah satu pertanyaan dariku."

"Baiklah," sahut (Name), "aku akan menjawabnya."

"Nee-san, saat kau pergi dari rumah—kemana kau selama itu? Ada dimana kau saat sakit, Nee-san?"

(Name) memandang Ichiro yang balas memandangnya dengan serius, namun terselip rasa khawatir dari sorot matanya.

"Saat itu," (Name) membuka mulutnya, "aku beristirahat di Divisi Yokohama—"

Napas (Name) tercekat saat sorot mata Ichiro berubah menjadi sorot mata tak suka, walaupun hanya berselang beberapa detik sebelum akhirnya kembali normal.

"Kenapa?" tanya Ichiro setelah terdiam beberapa detik.

"Kenapa, apa maksudmu?" tanya (Name) kembali, rasa tak nyamannya barusan kembali datang menghampirinya.

"Dari semua tempat, kenapa harus Yokohama?"

(Name) membuka mulutnya, namun tak ada yang keluar dari mulutnya.

'Apa ada sesuatu dengan Ichiro dan Yokohama?'

"Karena ambang kesadaranku hanya membawaku sampai Yokohama," jawab (Name), "dan juga aku dirawat oleh beberapa orang disana—"

Big Sister » Buster Bros!!Onde histórias criam vida. Descubra agora