CHAPTER 13

2.5K 449 11
                                    

'Semua sudah siap,' pikir (Name) saat mengunci pintu rumahnya bersama ketiga adiknya.

Setelah itu (Name) memutar tubuhnya dan berjalan menjauhi rumah, menuju ke tujuan (Name): taman bermain. Namun perhatian (Name) langsung tertuju di depannya, di mana dia melihat ketiga adiknya sedang menunggu dirinya.

 Namun perhatian (Name) langsung tertuju di depannya, di mana dia melihat ketiga adiknya sedang menunggu dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalian membeli apa?" tanya (Name) saat dia sudah dekat dengan mereka bertiga.

"Obat dan tisu, jaga-jaga jika Jiro muntah karena wahana taman bermain," jawab Saburo.

"Hei, bukannya ini untuk kau, Saburo!?" pekik Jiro tidak terima.

"Sudahlah, kalian berdua—" Ichiro tidak dapat menyelesaikan ucapannya karena tiba-tiba (Name) mendekati Jiro dan Saburo, lalu menjedotkan kepala mereka satu sama lain, dengan keras.

"Kalian ini tidak pernah bosan bertengkar ya?" tanya (Name) dengan ekspresi kecewa, "sudahlah, ayo pergi."

"Baik, Nee-san," jawab Jiro dan Saburo dengan pasrah.

Mereka bertiga pun berjalan, sementara Ichiro hanya menatap mereka dengan kagum, terutama pada (Name).

'Sudah benar-benar seperti kakak sendiri,' batin Ichiro tersenyum kecil, kemudian menyusul mereka bertiga.

[][][]

"Nee-san, apa kau suka es krim?"

"Eh?" (Name) tersentak kaget saat wajah Jiro muncul tepat di depannya.

"Es krim," ucap Jiro mengulangi, "apa Nee-san suka?"

"Ya, aku suka," jawab (Name) tersenyum sambil mengangguk.

"Bagus, karena aku membelikan ini untuk Nee-san," sahut Jiro menyodorkan es krim dengan rasa kesukaan (Name).

"Wah kau tahu—tunggu, aku tidak akan heran jika kalian tahu rasa es krim kesukaanku," komentar (Name) menerima es krim pemberian Jiro, "terima kasih, Jiro."

Jiro hanya mengangguk, kemudian berfokus pada es krim miliknya sendiri.

"Bagaimana rasanya, Nee-san?" tanya Saburo.

"Mhm, enak!" jawab (Name), "ini rasa favorit terenakku."

Mendengar jawaban sang kakak, Saburo pun menghela napas lega—membuat (Name) memandangnya dengan heran. Saburo yang menyadari tatapan (Name), langsung berdehem pelan—samar terlihat pipinya memerah.

"Asal Nee-san tahu, aku yang memilih rasa itu untuk Nee-san," ucap Saburo.

"Benarkah?" tanya (Name).

"Tapi aku yang membayarnya," sahut Jiro tidak terima, "jadi aku yang membelikan Nee-san es krim!"

"Sudah-sudah, berhentilah bertengkar seperti anak kecil," ucap (Name) melerai kedua adiknya, "kalian berdua yang memberikan ini padaku, bukan begitu Ichiro?"

"Hm? Benar," Ichiro yang sedari tadi memperhatikan hanya mengangguk singkat, "tapi sebenarnya aku penasaran bagaimana rasa es krim kesukaan Nee-san."

(Name) hanya memandang Ichiro yang meraih tangan kanannya—tangan yang memegang es krim pemberian adik mereka. Namun iris (Name) melebar saat melihat Ichiro memakan sedikit es krim miliknya.

"Oh enak," komentar Ichiro membersihkan sudut mulutnya dengan jarinya, "pantas saja Nee-san suka rasa ini."

"Eh?"

"Nii-chan, kau membuat Nee-san sedih karena Nii-chan sudah memakan es krimnya," komentar Jiro.

"Hei, aku hanya memakan sedikit," sahut Ichiro tertawa kecil, "jadi tidak apa-apa kan—Nee-san?"

"Eh, iya tidak apa-apa kok," ucap (Name) kemudian menunjuk wahana roller coaster, "ayo naik itu setelah ini," ajak (Name) kemudian.

"Habiskan dulu es krimmu, Nee-san," sahut Saburo.

"Eh, aku bisa menghabiskannya dalam perjalanan~" ucap (Name) terkekeh lalu berjalan mendahului mereka bertiga.

Pandangan (Name) berubah menjadi sendu, dengan pipinya yang sedikit memerah.

'Mengingatkanku dengan Samatoki, dan date saat itu,' pikir (Name).

Jiro dan Saburo hanya mengikuti (Name) sambil berkomentar bahwa kakak mereka itu terdengar seperti anak kecil. Sementara Ichiro hanya diam mengikuti, merasa aneh dengan sikap (Name).

'Apa benar Nee-san sedih karena kumakan es krimnya?' batin Ichiro, 'atau... ada hal lain?'

[][][]

"Sepertinya semua wahana sudah kita naiki," komentar Jiro setelah mereka berempat keluar dari wahana rumah hantu.

"Apa ada yang ingin Nee-san naiki lagi?" tanya Saburo.

Kini tiga bersaudara itu menoleh ke arah (Name), mendapati sang kakak sedang melamun.

"Nee-san?" panggil Ichiro menepuk pundak (Name).

"Ah!" (Name) berkedip beberapa kali, "hantunya tadi sangat menyeramkan, sampai membuatku penasaran seperti apa proses pembuatan kostumnya, hahaha."

Mereka bertiga saling pandang.

"Oh, dan untuk pertanyaanmu Saburo," sahut (Name), "aku ingin naik bianglala sekali lagi, pemandangan Ikebukuro sangat bagus tadi."

"Kalau begitu aku akan menemani Nee-san," ucap Ichiro, "Jiro, Saburo, bisakah kalian menyiapkan tempat kita di taman bunga nanti? Dan berjanjilah kalian tidak akan bertengkar," pinta Ichiro.

Jiro dan Saburo saling pandang, kemudian mengangguk singkat.

"Eh, kita bisa pergi berempat kan?" tanya (Name).

"Tidak apa-apa, Nee-san," sahut Saburo, "aku benci mengakuinya—tapi aku dan Jiro harus cepat mencari tempat piknik agar tidak kehabisan tempat."

Jiro hanya mengangguk menyetujui.

"Kalau begitu, aku dan Ichiro tidak perlu naik wahana bianglala, ayo cari tempatnya bersama-sama."

Namun Ichiro memegang pergelangan tangan (Name) dan menarik perempuan itu menjauh dari kedua adik mereka, menuju wahana bianglala.

"Mereka sudah mau mencari tempat berdua, dan Nee-san ingin naik bianglala, jadi tidak apa-apa meninggalkan mereka untuk mencari tempat, kan?"

(Name) menoleh ke belakangnya, melihat kedua adiknya melambai padanya. Setelah itu (Name) melihat ke arah Ichiro, yang kini sedang mengerutkan alisnya—telihat khawatir.

'Ichiro?'

'Ichiro?'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Big Sister » Buster Bros!!Where stories live. Discover now