CHAPTER 9

3K 557 71
                                    

"Salam kenal, Aohitsugi-san—namaku (Surname) (Name)."

Samatoki hanya mengangguk singkat.

"Kalau begitu aku harus pergi," ucap (Name) duduk dari posisi tidurnya.

"Kenapa kau keras kepala sekali?" heran Samatoki, "apa kau sadar kau sedang sakit? Atau karena kau sakit jadi otakmu malafungsi?"

"Tidak sopan," sahut (Name) mengembungkan kedua pipinya, "aku hanya merasa tidak enak harus berlama-lama disini karena—"

"Kau bukan berasal dari sini?" potong Samatoki.

(Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk singkat.

"Mhm, begitulah—dan aku sadar betul kalau aku sedang sakit," gumam (Name).

"Kalau begitu istirahatlah," komentar Samatoki.

"Aku sudah melakukannya dua hari ini, tapi demamku tidak sembuh juga," ungkap (Name), "jadi kupikir jika aku mendinginkan kepalaku—aku akan segera sembuh."

"Pemikiran yang aneh," komentar Samatoki kemudian berdiri dari kursi yang dia duduki, "tapi tidak ada salahnya mencoba."

(Name) berkedip beberapa kali, menatap Samatoki yang juga sedang menatapnya.

"Eh?"

[][][]

"Aohitsugi-san—"

"Samatoki, panggil aku begitu, (Name)."

Pipi (Name) memerah saat mendengar namanya keluar dari mulut Samatoki, tapi dengan cepat dia menepis perasaan itu.

"Samatoki, kau tidak harus ikut denganku, kau bisa tertular demamku," sahut (Name).

Kini mereka berdua sedang berjalan di pelabuhan Yokohama yang sepi, mengingat hari sudah sore dan sebentar lagi malam akan datang.

"Aku sudah terlanjur membantumu, jadi apa salahnya aku mengikutimu?"

"Tapi tetap saja," gumam (Name), "kau juga tidak mau aku membayar biaya hotel tempatku menginap, juga biaya dokter yang kau panggil sebelum kita pergi keluar."

"Jika kau merasa berhutang budi, lupakan—uang tidak sebanding dengan kesehatan. Dan juga, kau masih sakit dan kau tidak tahu kota Yokohama, kan?"

"Benar juga ...."

"Jadi berhentilah protes hal yang tidak berguna," ucap Samatoki menghisap rokok yang dia nyalakan saat mereka sampai di pelabuhan tadi.

"Tapi aku tetap merasa berhutang budi padamu," protes (Name).

"Astaga kenapa kau menyebalkan sekali?" heran Samatoki, "kalau begitu, sebagai gantinya—ceritakan alasan kenapa kau berada di kota yang tidak kau kenal dengan kondisi sakit?"

Iris (Name) melebar saat mendengar pertanyaan Samatoki—bersamaan dengan munculnya potongan ingatan dimana dirinya kabur dari Ikebukuro karena tidak mau menyusahkan Yamada bersaudara lebih jauh lagi.

'Dan jika diingat-ingat, niatku ingin tidak menyusahkan mereka malah berakibat menyusahkan orang lain,' batin (Name) mengerutkan alisnya.

"Sebenarnya aku kabur dari daerah asalku," ucap (Name).

"Kenapa? Apa kau dikejar seseorang?"

(Name) menggeleng, dengan senyum kecil terukir di wajahnya.

"Aku hanya tidak mau semakin menyusahkan keluarga yang menampungku selama seminggu ini karena masalahku."

(Name) menarik napas panjang, kemudian menghelanya—mengingat bagaimana Yamada bersaudara harus meluangkan waktu mereka demi merawat dirinya yang sakit.

Big Sister » Buster Bros!!Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora