CHAPTER 3

3.9K 659 30
                                    

"Ini laporan untuk bulan ini."

Harrison menerima map tebal yang (Name) berikan, membacanya dengan cepat sebelum akhirnya menutup map tersebut dan tersenyum pada (Name).

"Kerja bagus, (Nickname), kau boleh pulang sekarang."

"Tapi waktu kerjaku masih lama?" sahut (Name) mengangkat tangan kanannya untuk melihat jam yang menunjukkan pukul 2 siang.

"Tidak apa-apa, tugasmu hari ini juga sudah selesai kan?" sahut Mr. Harrison.

"Ah, terima kasih Mr. Harrison," ucap (Name) sedikit menunduk lalu memutar tubuhnya, berjalan menuju lift untuk turun ke lantai khusus ruangannya dan bersiap pulang.

"Oh, ngomong-ngomong (Nickname)."

"Ya?" tanya (Name) langsung berhenti dan menatap Mr. Harrison.

"Bagaimana rasanya tinggal bersama keluarga Yamada selama dua hari ini?"

(Name) terdiam, sebelum akhirnya senyum kecil terukir di wajahnya.

"Aku belum pernah berinteraksi bersama Yamada Saburo secara pribadi, tapi mereka benar-benar menyambutku seperti keluarga, walaupun aku baru disana dua hari" ucap (Name).

"Begitu? Baguslah, kuharap pada hari ketujuh mereka mau menerimamu sebagai kakak."

"Tapi, Mr. Harrison," (Name) sedikit mengerutkan alisnya, "Anda tidak perlu mengeluarkan uang untuk kebaikanku."

"Kenapa?" tanya Mr. Harrison, "kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri, dan hal itu juga berlaku bagi istri dan anak-anakku, yang menganggapmu sebagai keluarga kami."

Mr. Harrison kemudian tersenyum kecil.

"Tapi cepat atau lambat, kau akan bebas dan terlepas dari kami," ucap Mr. Harrison, "jadi sebelum kau benar-benar bebas, izinkan kami melakukan satu hal untukmu, yaitu menghilangkan rasa canggungmu terhadap laki-laki."

Iris (Name) melebar, sebelum akhirnya senyum kecil terukir di wajahnya.

"Terima kasih, Mr. Harrison."

[][][]

(Name) sudah sampai di rumah Yamada bersaudara [yang menjadi rumah sementaranya], dan sedang memasang apron berwarna (f/c) pemberian Ichiro saat mereka berbelanja tempo hari.

"Tapi cepat atau lambat, kau akan bebas dan terlepas dari kami."

Ucapan atasannya itu kembali terngiang di kepala (Name), dan ekspresinya berubah sedih.

'Benar, aku tidak bisa bergantung pada mereka selamanya,' pikir (Name), 'begitu juga dengan keluarga Yamada.'

Tangan (Name) perlahan mengepal.

'Karena aku takut suatu saat nanti akan sampai dimana aku takut kehilangan kehangatan mereka, seperti kehilangan Mama dan Papa.'

"Nee-san?"

"Eh!?"

(Name) langsung tersentak kaget saat suara seseorang tiba-tiba memanggil dan menepuk pundaknya. Saat (Name) menoleh ke belakang, dia melihat Saburo yang juga memasang ekspresi terkejut.

"Ah, maafkan aku mengejutkanmu, Nee-san."

"Oh, tidak apa-apa," ucap (Name), "salahku juga melamun."

"Melamun?" tanya Saburo, "apa Nee-san sedang memikirkan sesuatu?"

(Name) terdiam, kepalan tangannya sempat menguat sebelum akhirnya dengan tangan yang sama (Name) mengibaskan tangannya.

Big Sister » Buster Bros!!Where stories live. Discover now