CHAPTER 7

3.1K 540 17
                                    

"Demam Nee-san jadi semakin parah," komentar Ichiro setelah melihat hasil termometer yang sebelumnya dimasukkan ke dalam mulut (Name).

"Eh, padahal kupikir aku bisa bekerja hari ini—" suara (Name) terpotong oleh batuknya, membuat Ichiro mengelus punggung (Name).

"Bekerja apanya," komentar Ichiro mengerutkan alisnya.

"Tidak apa-apa," ucap (Name) setelah batuknya kembali tenang, "apa hari ini kau tidak bekerja, Ichiro?"

"Tidak, hari ini toko tutup," jawab Ichiro.

(Name) mengerutkan alisnya.

"Hari ini memang libur kok," ucap Ichiro menyadari ekspresi sang kakak.

(Name) hanya terdiam.

'Lagi-lagi aku merepotkan—"

"Ngomong-ngomong aku juga membawa sarapan untuk Nee-san," ucap Ichiro membuat (Name) tersadar dari pikirannya.

"Ah, terima kasih Ichiro,"

[][][]

"Apa ada sesuatu yang Nee-san inginkan?" tanya Ichiro setelah mengambil sarapan (Name) yang sudah habis.

(Name) terdiam, dan tiba-tiba merasa gugup saat mengingat salah satu hal yang ingin dia pinta pada Yamada bersaudara, tapi sungkan untuk dia katakan.

'Tidak apa-apa jika dengan Ichiro, kan?'

"Um, bisakah aku meminta tolong padamu?" tanya (Name) perlahan.

"Jangan sungkan untuk meminta tolong," jawab Ichiro tersenyum lebar.

Pipi (Name) memerah—yang mungkin tidak disadari Ichiro karena demam yang sang kakak alami—dan perempuan itu hanya menoleh ke sekitarnya dengan canggung.

"Uhh, kalau kau tidak keberatan—bisakah kau membawaku ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat untukku mandi?"

Pipi Ichiro memerah mendengar permintaan (Name)—dan sukses membuat perempuan yang sedang sakit itu menjadi panik.

"Etto, kalau kau keberatan juga tidak apa-apa. Tapi sebenarnya sejak awal sakit aku merasa banyak berkeringat dan aku merasa aneh kalau meminta pada Jiro dan Saburo—"

"Aku akan menyiapkan air hangatnya terlebih dahulu," potong Ichiro langsung berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar (Name).

"M-maaf merepotkanmu, Ichiro," gumam (Name) menatap kedua tangannya yang bertaut.

"Tidak apa-apa."

"Eh?"

"Sejujurnya, tidak apa-apa kalau Nee-san tetap merepotkan kami," ucap Ichiro.

(Name) menggeleng.

"Tidak bisa," sahut (Name), "aku tidak bisa merepotkan kalian lagi—aku sudah banyak merepotkan kalian bertiga, sejak awal aku menginap disini."

Kedua tangan (Name) yang terpaut perlahan mengepal. Ichiro yang melirik ke arah (Name) hanya bisa mengerutkan alisnya, kemudian dia kembali menoleh ke depan—menatap knop pintu kamar mandi.

"Sebenarnya, kami tidak keberatan jika direpotkan terus menerus—bergantunglah lagi pada kami, itu yang biasa dilakukan pada keluarga kan?"

Setelah itu Ichiro membuka pintu kamar mandi dan masuk ke dalam untuk menyiapkan air untuk (Name). Sementara (Name) yang syok dengan ucapan Ichiro kemudian tersadar, dan garis datar terbentuk di mulutnya.

"Keluarga, ya?"

[][][]

"Ngomong-ngomong Ichiro," panggil (Name) tiba-tiba, setelah mandi.

Setelah membawa (Name) ke dalam kamar mandi, Ichiro berjaga di kamar (Name)—takut-takut sang kakak memerlukan bantuan. Dan benar saja, (Name) meminta Ichiro untuk mengambilkan piama baru untuknya karena (Name) lupa mengambilnya saat dibawa ke dalam kamar mandi oleh Ichiro.

(Name) hanya bisa tersenyum canggung saat melihat tangan Ichiro yang memegang pakaian tidur (Name) saat menyelip dari luar kamar mandi terlihat sangat merah karena malu.

"Ya, ada apa Nee-san?" tanya Ichiro.

"Aku ingin meminta sesuatu lagi, apa tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa," sahut Ichiro meletakkan (Name) di atas kasur.

(Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya tersenyum kecil.

"Aku ingin kue," jawab (Name), "pakai uangku jika perlu—"

"Kue? Boleh, tapi apa harus sekarang?" potong Ichiro, "dan jangan khawatirkan tentang uangnya, Nee-san."

'Aku merasakan perasaan tidak enak mengenai permintaan Nee-san setelah pembicaraan kita barusan,' pikir Ichiro.

(Name) mengangguk, dengan senyum yang sama masih terukir di wajahnya.

"Ya, harus sekarang."

"Tidak bisa menunggu Jiro dan Saburo—" Ichiro menghentikan ucapannya, "baiklah, aku akan membelinya sekarang. Ada lagi yang Nee-san inginkan?"

(Name) menggeleng, dan Ichiro pun berjalan menuju pintu kamar (Name).

"Kalau begitu aku pergi dulu, Nee-san," ucap Ichiro.

"Mhm hati-hati ya Ichiro," ucap (Name) melambai pada Ichiro yang hendak menutup pintu kamar (Name), "terima kasih ...."

Ichiro mengangguk dan menutup pintu kamar (Name), dan detik itu juga senyum kecil (Name) hilang dari wajahnya.

"... dan selamat tinggal."

[][][]

"Aku pulang," ucap Ichiro setelah menutup pintu depan rumahnya.

'Semoga ini hanya perasaanku saja,' batin Ichiro bergegas melepaskan sepatunya lalu berjalan menuju kamar (Name).

Begitu sampai di depan kamar (Name), Ichiro menarik napas singkat sebelum akhirnya membuka pintu kamar sang kakak.

"Nee-san, aku sudah membeli kue yang kakak pinta—" Ichiro menghentikan ucapannya saat melihat kamar (Name) tampak rapi dan kosong.

Ichiro langsung meletakkan kue yang dia bawa di atas meja, lalu mendekati kamar mandi yang ada di dalam kamar (Name), dan mengetuknya.

"Nee-san?"

Tidak ada respons, dan tidak terdengar suara air mengalir. Tanpa pikir panjang Ichiro membuka pintu kamar mandi, mendapati kamar mandi juga kosong.

'Ini tidak seperti yang kupikirkan, kan? Nee-san pasti masih ada di rumah,' pikir Ichiro saat keluar dari kamar mandi.

Demam (Name) sedang parah, jadi berbahaya jika dia keluar dari kasurnya.

Ichiro membuka lemari pakaian (Name), dan mendapati isinya sudah kosong. Rasa panik dan cemas mulai merasuki Ichiro, membuat laki-laki itu berjalan keluar dari kamar (Name). Namun Ichiro langsung menghentikan langkahnya saat melihat secarik kertas terletak rapi di atas meja makan. Ichiro mendekati meja makan dan langsung mengambil kertas tersebut, dengan kunci rumah mereka berada di sebelahnya. Iris dwi warnanya melebar saat melihat tulisan tangan yang sudah tidak asing baginya.

Maaf sudah mau repot-repot merawatku, dan selama seminggu ini.

—(Name) (Surname)

—(Name) (Surname)

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Big Sister » Buster Bros!!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu