♥Ramon "Chapter 31"♥

Start from the beginning
                                    

      Akhirnya semua kembali diam. Dan tidak menyebutkan nama Arsya lagi. Semua fokus berdoa untuk Raya.

*****

       Alva memutuskan untuk kembali ke appartementnya saat Raya sudah dipindahkan ke ruang ICU.

"Sepi amat kaya kuburan. " gumamnya saat memasuki appartementnya sendiri.

"Eh iya. Ngomong-ngomong itu cewek udah bangun belum ya? " tanyanya menebak-nebak.

      Alva membuka pintu kamar Luna dan mendapati sang empunya tertidur di sofa.

"Wah. Ini sih udah pasti banget dia makan makanan yang udah gue kasih obat tidur lagi. Ya kali sampai jam segini belum bangun. " decak Alva heran sendiri.

      Dia memutuskan untuk menepuk-nepuk pipi Luna. Niatnya sih mau langsung tampar aja,  tapi kayanya itu terlalu jahat.

"Bangun. Kebo amat sih lu. " ucap Alva lama kelamaan kesal sendiri.

     Semakin kuat Akva menepuk pipi Luna.

"Awwhh.. " Luna ternyata bangun saat Alva hampir menamparnya untuk kesekian kalinya.

"Lo kok pukul-pukul gue sih. " gerutu Luna kesal.

"Lagian lo males banget. Jam segini udah tidur. " ucap Alva pura-pura marah.

"Gue tu tadi ngantuk banget. Gak tau kenapa. Padahal tadi malem gue tu tidur udah nyenyak banget. " ujar Luna membuat Alva berdehem untuk menghilangkan tawanya yang hampir keluar.

"Ya udah. Jangan kebo lagi lo. Pasti ini appartement belum lo bersihin kan? Cepetan bersihin." suruh Alva seenaknya kemudian dia berbalik dan menahan tawanya lagi.

"Ish. Aneh banget. Masa gue sehari tidur bisa berjam-jam. Gak kaya biasanya. " Luna ngedumel sendirian saat Alva sudah menutup kembali pintu kamarnya.

*****

      Mondy masih setia menunggu Raya di depan ruang ICU. Mereka tidak bisa masuk seenaknya saja ke ruang ICU, itu sebabnya Mondy, orang tua Raya dan orang tuanya sendiri tetap menunggu di luar. Beberapa sahabat dekatnya juga setia menunggu. Juga ada Kila dan Ifan yang baru datang.

"Sabar ya, Mon. Gue yakin Raya bakalan sadar dari komanya. Secepatnya. Lo harus selalu berdoa yang terbaik buat Raya." ucap Kila menepuk bahu Mondy beberapa kali.

"Thank's, La." jawab Mondy seadanya saja.

       Raut wajah Mondy benar-benar lesu dari tadi. Tidak ada semangat hidup di wajahnya, mungkin itu dikarenakan penyemangat hidupnya sedang berjuang agar cepat sadar.

"Kamu ke dalem gih. Temenin Raya." ucap mama Mondy.

"Iya, ma." jawab Mondy singkat kemudian beranjak pergi dengan tubuh lunglainya.

       Mondy masuk ke dalam ruang ICU dengan baju khususnya.

"Hai, sayang." sapa Mondy.

      Dia duduk di samping bankar Raya sambil menggenggam tangan Raya.

"Aku harap kamu cepet sadar. Aku tunggu kamu disini." ucapnya lagi walaupun tau bahwa Raya tak mungkin meresponnya.

"Kamu tau. Kehilangan kamu saat kamu diculik aja udah bikin aku nyaris gila. Jadi aku mohon, kamu jangan tinggalin aku lagi. Karena kalau itu terjadi, aku bener-bener akan jadi gila." Mondy terus bermonolog berharap ada yang mendengar curahan hatinya.

"Sayang, cepet bangun ya. Aku sayang kamu." bisik Mondy sambil mencium tangan Raya yang ia genggam.

"Sekarang aku tau. Gimana rasanya kamu saat nungguin aku sadar dari koma kemaren."

"Love Begins With From The Past" (HIATUS)Where stories live. Discover now