11 | Selangkah Lebih Dekat

Start from the beginning
                                    

"Gue terima kalau lo mau kabulin dua permintaan gue," kataku sambil menyilangkan tangan di depan dada. Mahesa menatapku tak yakin dengan kerutan di dahinya, nampak curiga. "Ya udah kalau gak mau." Aku mengedikkan bahu, berniat membalikkan badan ketika tangannya menahan lenganku.

"Fine," jawabnya singkat.

Aku terkekeh juga. "Permintaan kesatu, perlakukan gue sebagai Aluna yang nampung lo di hotel dan bukannya mahasiswa baru yang bisa lo suruh-suruh apalagi lo kerjain. Keberatan?"

Mahesa mengangkat kedua alisnya. "Cuma itu? Siap." Ia membuat gestur siap grak ala tentara. "Yang kedua?"

"Yang kedua buat nanti, simpan itu sebagai tabungan gue."

Dahinya sempat mengerut semakin dalam, namun ia tak menolak, hanya mengangguk sebelum kemudian mengajakku berjalan menuju mobilnya di parkiran.

Dahinya sempat mengerut semakin dalam, namun ia tak menolak, hanya mengangguk sebelum kemudian mengajakku berjalan menuju mobilnya di parkiran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namun, yang tak kuduga adalah kehadiran Radif tepat di halaman gedung fakultasku. Kami sama-sama berhenti melangkah, saling memandangi dengan bingung. Aku buru-buru melirik jam tangan, masih kurang dua jam sebelum waktu yang telah kami sepakati untuk bertemu. Mahesa di sebelahku menekuk sebelah kakinya seraya membuang napas, nampak terheran-heran sekaligus kesal kenapa Radif tiba-tiba ada di sini.

"Radif?" Aku masih meragu.

Radif mengernyit, menatapku dan Mahesa bergantian. Ia pasti terkejut, sama sepertiku ketika melihat Mahesa lagi. Lebih-lebih, aku tak menceritakan apapun tentang Mahesa yang ternyata adalah kakak tingkatku di kampus.

Aku melangkah mendekatinya, yang diikuti oleh Mahesa. "Dif, kok lo udah datang?" tanyaku, sedikit basa-basi karena wajah Radif tak menyenangkan saat melihat Mahesa.

"Sengaja, biar bisa ketemu lo lebih lama." Ia melirikku sekilas, sebelum matanya kembali membidik Mahesa yang memasukkan kedua tangannya ke dalam jaket. "Kenapa lo bisa sama orang ini lagi?"

Tadinya aku hendak menjelaskan, tapi Mahesa terlanjur mengulurkan tangan. "Mahesa Damario, kedokteran, dua tingkat di atas Aluna." Ada nada congkak dalam kalimatnya itu, sesuatu yang terasa Mahesa sekali.

Radif terdiam, cukup lama memandangi Mahesa dengan sorot mata tak yakin. Kemudian sambil tersenyum getir, ia menjabat tangan Mahesa.

"Mahesa Damario?" Ia membeo, tak menyebutkan namanya sendiri. Sebagai respon, Mahesa mengangguk mantap. "Kita ketemu lagi, dunia ternyata selucu itu." Aku tak mengerti kenapa aura Radif semakin tak bersahabat, ia yang sekarang terlihat lebih marah ketimbang saat tahu Mahesa adalah calon tunangan Geska. Sementara Mahesa sendiri tak bereaksi apa-apa, tak sedikit pun merasa terintimidasi.

"Gue ada perlu sama Aluna, bisa minggir?" Mendengar itu, kepalaku lekas tertoleh pada Mahesa. Apa-apaan dia ini?

"Kita pergi lain kali aja," kataku, buru-buru menyambar lengan Radif dan berpindah ke sisinya.

"Loh, katanya mau―"

Aku menggeleng. "Gak sekarang."

Akhirnya, Mahesa mendelik juga.

Radif tak berkomentar, setelah menatapku yang kubalas dengan anggukan pelan, ia lekas berbalik seraya menarik tanganku, membawa tubuhku menjauh dari tempat Mahesa masih terpaku.

Dari jauh, samar-samar aku mendapati Mahesa masih menatapku sampai kami berbelok di tikungan jalan.

Heyyow! Seharusnya karakter Mahesa itu 'manis' banget, tapi karena gue takut terlalu manis jadinya menggelikan(?) makanya gue bikin dia jadi agak songong, biar greget wkwkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Heyyow! Seharusnya karakter Mahesa itu 'manis' banget, tapi karena gue takut terlalu manis jadinya menggelikan(?) makanya gue bikin dia jadi agak songong, biar greget wkwkwk

Walaupun cerita ini masih tahap republish part yang udah ada, tapi aku harap pembaca baru mau ninggalin jejak:") komentar kalian bikin aku semangat hehehe

Siapa tau ada yang suka jenis tulisan aku, yuk mampir ke lapak sebelah. Kali aja cocok juga muehehehehe🤣👍🏻

"Mencintai lo masih jadi hal paling menyenangkan seumur hidup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mencintai lo masih jadi hal paling menyenangkan seumur hidup. Dan kalau Tuhan menghendaki, gue akan tetap mencintai lo setelah gue mati."
— Keenan

Bitter and Sweet, Aren't We?Where stories live. Discover now