Rankle - 14

8K 725 134
                                    

Everything will be okay, they said.
But, i don't think so.

- Tsanabila Mariska Oceana -

***

"Bu, mau ambil baju atas nama Gheava."

Setelah menerima jaket hitam yang sudah rapi dibungkus plastik bening dan menyerahkan uang, Ghea keluar dari tempat laundry dan menyerahkan jaket itu ke Denis.

"Sekarang urusan gue sama Kak Denis udah selesai. Makasih udah mau pinjamin gue jaket."

Ghea baru saja hendak melangkah pergi, tapi Denis mencekal tangannya.

"Oke, jadi nama lo... Gheava? Sama-sama." Denis membaca nota yang tertempel di plastik, cowok itu lalu memasukkan jaketnya ke dalam tas ransel. "Tapi, sekarang gue laper. Kita cari makan yuk."

Alis Ghea teratut, belum sempat mengiyakan ajakan cowok itu. Denis sudah lebih dahulu membawanya dekat dengan sepeda motor cowok itu. Pasrah, Ghea mengikuti Denis, duduk di belakang cowok itu.

Motor melaju kencang meninggalkan tempat laundry. Ghea mendekap tas ranselnya yang kali ini dia gunakan sebagai pembatas antara tubuh bagian depannya dengan punggung Denis. Lima belas menit berkendara, cowok itu menghentikan motornya di sebuah rumah makan padang.

Dalam diam, Ghea mengekori Denis. Lalu keduanya duduk di kursi kosong.

"Pak saya mau... ini," Denis menunjuk gambar yang ada di buku menu, "sama rendang. Lo mau apa Gheava?"

"Ghea," sahut Ghea membenarkan. Gadis itu lalu menggeleng. "Gue nggak makan, Kak Denis aja."

Denis mengangkat kedua alisnya. Cowok itu berdecak ringan. "Samain aja ya Pak. Tambah es teh dua."

"Siap Mas," ujar si pelayan.

"Gue bilang 'kan, kalo gue nggak makan. Gue ikut ke sini karena Kak Denis maksa. Bukan berarti gue mau makan bareng Kak Denis," protes Ghea.

Denis tersenyum simpul, cowok itu menggaruk bagian belakang rambutnya yang sudah menyentuh kerah jaket guna melampiaskan rasa gemas pada sosok di hadapannya. Dan bukannya menjawab, cowok itu malah menopang dagu di atas meja. Menatap Ghea dengan senyuman yang sulit dijelaskan.

Tentu saja yang ditatap bingung.

"Kak Denis ngapain sih?"

Masih dengan senyum yang sama, Denis menggeleng. Kesal, Ghea membuang pandangannya dari Denis.

"Ini pesanannya Mas."

Seorang pelayan datang, memecah hening dan membuat Denis menghentikan kegiatannya bertopang dagu. Si pelayan menata makanan mereka di atas meja. Setelah itu berpamit untuk pergi.

Denis jadi orang pertama yang menyuapkan nasi ke dalam mulut. Cowok itu mengunyah makanan sembari mengamati Ghea yang tak sedikitpun menyentuh, bahkan melirik makanan di depannya.

"Makan Ge."

"Gue masih kenyang," jawab Ghea tanpa menoleh sedikitpun.

Ada hembusan napas kasar yang keluar dari mulut Denis. Denis meletakkan sendoknya, dia mengambil sendok baru. Lalu, digunakan sendok itu untuk mengambil nasi dari piring Ghea. Di arahkan sendok berisi nasi dan daging sapi itu di depan wajah Ghea.

Rankle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang