Rankle - 6

9.3K 773 70
                                    

Teruntuk makhluk susah diatur bernama hati, tolong jangan salah pilih tempat untuk ditinggali.

- Tsanabila Mariska Oceana -

***

"DEMI KOLORNYA HULK!"

Langsung saja Tsana membungkam mulut Cika saat itu juga.

Gila ya, ini tuh lagi di tengah-tengah pelajaran Fisika, bisa-bisanya temannya itu teriak. Sontak aja, hampir seluruh murid di dalam kelas menatap keduanya nyalang. Hanya satu orang yang duduk di pojok kelas saja yang memilih tidak peduli.

"Yang di tengah itu, sini maju!"

Mampus!

Didengarnya, Cika berdecak sesaat sebelum akhirnya maju ke depan, diikuti dengan Tsana yang mengekori gadis berambut panjang itu.

"Berdiri di sana!" Tunjuk Pak Esa---guru Fisikanya ke samping kanan papan tulis. "Berdiri di sana sampai jam pelajaran saya habis!"

Mulut Cika terbuka dengan sempurna, sedangkan Tsana hanya menurut. Berdiri di sudut papan tulis dengan menunduk. Seumur hidup, Tsana belum pernah dihukum saat sekolah. Ya... tapi dia tidak bisa seratus persen menyalahkan Cika. Dia juga berperan dalam kejadian tadi. Kalau saja Tsana tidak bercerita kepada Cika soal Noah yang kemarin mencari dirinya. Lalu, mengantarkan Tsana pulang. Ini semua juga tidak akan terjadi.

"Na," Cika menyenggol lengan Tsana.

Tsana melirik Cika, lalu memperingatkan gadis itu untuk diam.

"Lo nggak ngibulin gue 'kan?"

Tsana menggeleng.

"Gue nggak ngira kali Kak Noah se-care itu njir! Apalagi nih ya, kalian itu 'kan ketemu baru kemarin. Nggak saling kenal juga. Jangan-jangan..."

"Apaan sih Cik, nggak usah mikir macam-macam. Kak Noah nganterin aku juga karena kamu suruh."

Boleh nggak Cika ngejitak dahi jenong Tsana yang ditutupi poni? Sumpah ya, Cika gemas dengan temannya yang satu ini.

"Ya ampun Na, gue tuh kemarin cuma main-main doang lagi ngancemnya. Dan lagi, kalo emang bener nggak ada sesuatu, bisa aja Kak Noah langsung pulang kemarin, ngapain juga susah-susah cari dan nawarin buat nganterin lo?"

Tsana menunduk dalam. Diam. Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali. Dia tidak ingin berpresepsi, hingga timbul salah arti. Akan tetapi, jika ditilik lagi, apa yang Cika katakan ada benarnya juga. Noah bisa saja pulang tanpa mencari dirinya. Menganggap ucapan Cika angin lalu. Kemudian, kisah mereka akan berakhir di UKS. Tapi masalahnya, cowok itu malah memperpanjang kisah di antara keduanya.

"Pepet aja sih Na, jarang-jarang loh, ada cowok se-care Kak Noah."

"Ishh... udah diam Cik."

Cika mengangkat bahu cuek.

Setengah jam berlalu. Pak Esa mulai merapikan meja dan buku-bukunya. "Kalian bisa kembali ke tempat duduk kalian."

Tsana orang pertama yang kembali ke tempat duduknya. Gadis itu menatap Cika yang masih berdiri di dekat kursinya.

"Pak Esa!" ujar Cika.

Pak Esa berhenti tepat sebelum kakinya melangkah melewati daun pintu.

"Munduran dikit deh."

Rankle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang