Rankle - 4

10.2K 887 101
                                    

Play Song
🎶 Garis Terdepan - Fiersa Besari 🎶

***

Egois nggak? Kalau aku ingin menjadi satu-satunya orang yang paling bisa menenangkan dimasa sulitmu?

- Noah Assagav Putra -

***

Dering ponsel menghentikan langkahnya. Tsana terdiam menatap nomor asing yang muncul di layar ponselnya. Dalam ragu, dia angkat panggilan itu dalam dering ke lima.

"Hal---"

"Lagi di mana? Kak Noah cariin Bila loh. Katanya minta dianter pulang? Tapi di kelas udah nggak ada. Kakak udah nungguin di depan gerbang nih, panas."

Bila...

Tsana diam, kakinya melangkah mendekati kursi panjang di halte. Mendudukkan diri. Sebelumnya, tidak ada yang memanggil Tsana dengan panggilan itu. Selain itu, ada hal lain yang mengusik pikirannya. Noah tak perlu repot-repot mencari dia untuk sekedar mengantar Tsana pulang. Tsana lebih senang jika Noah hanya menggap ucapan Cika sebagain angin lalu.

"Bila?"

"Eh, iya Kak. Itu... Kak Noah nggak perlu nganterin aku pulang. Aku bisa pulang sendiri kok Kak. Beneran deh. Nggak usah nanggepin ucapan Cika."

"Bukan gitu, cuma... Kak Noah kan udah janji dalem hati buat anterin Bila. Bener kata Cika, Kak Noah harus tanggungjawab 'kan? Juga, gimana nanti kalo kepala Bila mendadak pusing lagi? "

Dalam hidup Tsana, selain Cika, ada Mamanya yang begitu peduli padanya. Tidak pernah ada orang lain yang seperhatian ini sebelumnya. Apa lagi, keduanya baru bertemu dihari yang sama. Bukan, Tsana bukannya merasa risih akan sikap Noah. Hanya saja... dia takut, takut jika hatinya akan jatuh dan meminta balasan. Tsana tak ingin berharap pada masa depannya yang pekat.

"ShareLoc ya."

Tsana menggigit bibir bawahnya. Bimbang.

Tiga kali tarikan napas, akhirnya Tsana menekan menu share location di aplikasi whatsapp-nya. Dia menunggu dengan gusar. Sebenarnya halte tempatnya duduk ini tak jauh dari sekolah. Hanya berjarak sekitar seratus meter dari gerbang sekolahnya. Jujur, Tsana belum siap kalau harus bertemu lagi dengan Noah. Apalagi setelah dua insiden yang mereka alami hari ini. Kamar mandi dan lapangan basket.

Apa Tsana tidak bisa lebih sial lagi daripada ini?

"Bila?"

Gadis itu menoleh ke sumber suara. Seorang cowok berambut hitam lurus yang sebagian menutupi dahi itu berlari kecil ke arahnya. Entah intruksi dari mana, Tsana berdiri dari duduknya.

Tanpa permisi, Noah langsung duduk tepat di samping Tsana berdiri.

"Bentar ya, Kak Noah capek," keluh cowok berkulit putih itu. Tsana bahkan sempat berpikir, apa cowok ini sering ke klinik kecantikan? Atau dia menggunakan skincare khusus? Putihnya ituloh... bikin Tsana minder jadi cewek!

"Kenapa?" suara Noah kembali terbuka.

Mata Tsana mengerjap. Apa dia tertangkap sedang memandangi cowok itu?

Rankle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang