Rankle - 1

18.9K 1.2K 177
                                    

Aku cuma mau satu, kamu.

- Noah Assagav Putra -

***

"Nih cakep nih. Mantan gue sih, tapi kalo lo suka, ambil aja."

Noah hanya melihat gambar yang ditunjukkan orang di sebelahnya malas. Kemudian cowok itu melanjutkan mengikat tali sepatunya.

"Gue bingung sama selera lo."

Diam, tidak ada sahutan dari Noah.

Jona, cowok yang sedaritadi Noah cuekkan bangkit dari posisi tidurannya. Matanya mengawasi Noah yang seolah tidak menganggapnya ada. Jona bercedak singkat.

"Lo masih ngambek?"

"Woy!"

"Bangke gue didiemin."

"Lo ngambek?"

"Noa---"

"Jo diem deh, gue lempar pakek buku ntar tau rasa," ujar Noah malas.

"Oh... gue tau, lo masih marah gara-gara kejadian di Anyer itu? Pas gue nyuruh lo buat nem---fuck!"

Jona, cowok itu mengusap dahinya yang terkena lemparan buku. Bukan Noah pelakukanya. Noah bahkan tak kalah terkejutnya dari Jona saat melihat ada buku melayang dan mendarat tepat di dahi orang yang baru saja dia ancam akan dia lempar dengan buku.

"LO BERDUA BUDEG YA? GUE UDAH PANGGIL DARI TADI! HARI INI GUE PIKET, AWAS AJA KALO GUE TELAT GARA-GARA KALIAN!"

Suara melengking itu bersumber dari depan pintu kamar Noah. Membuat kedua cowok yang ada di dalam kamar itu spontan menoleh ke arah pintu.

Di sana, berdiri seorang gadis yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya---atasan kemeja putih dan rok wiru berwarna merah kotak-kotak. Rambut hitamnya dikuncir kuda. Pandangannya kepada Noah dan Jona seolah ingin menguliti keduanya jika tidak segera beranjak dari tempat mereka.

Melihat tatapan yang begitu tak bersahabat, Noah segera berlari ke arah rak bukunya. Mengambil cepat bukunya dan sesegera mungkin dia masukkan ke dalam tas. Dia juga mengambil dasinya, kemudian dia pasang asal di leher.

Sedangkan Jona yang menyaksikan hanya bisa meringis dan menggerutu pelan. "Kalo kembar emang punya telepati gitu ya? Gak jadi ditimpuk Adeknya, gue ditimpuk Kakanya yang sekaligus pacar gue sendiri. Untung sayang."

***

"Ge, lo seriusan mau keluar dari ekskul cheerleaders?"

Ghea, gadis berambut ikal panjang yang hampir menyentuh pinggang yang hari ini dia kepang itu hanya bisa menunduk saat pertanyaan itu terlontar dari bibir Ira, sahabat sekaligus teman sebangkunya.

"Ge!"

"Papa gue bilang, gue mesti ngurangin kegiatan ekskul gue mulai sekarang. Buat persiapan ke univ."

Ira hanya bisa melongo mendengar alasan yang benar-benar tidak masuk di akalnya. Mungkin Ira akan menerima alasan itu kalau Ghea mengatakannya satu tahun ke depan---tepat saat keduanya kelas tiga SMA. Mereka bahkan baru kelas dua SMA. Bukankah masih terlalu dini memikirkan tentang masuk ke perguruan tinggi?

Rankle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang