5. Brondong kampret.

6.9K 381 9
                                    

Panggilan Ru gw ganti yakkk...

Btw, yang baca 100+ masa 35 vote aja harus nunggu lama banget sih? Kalian udah gk minat sama ceritanya? Kalau iya. Ku pikirin lagi dah buat gk lanjut ceritanya. Sedih aku tuh. Yg mengapresiasi cerita ini cuma sedikit.

Seenggaknya sebelum baca klik bintang. Karna buat cerita part ini itu aku sambil sakit, jadi walaupun gk enak di baca ya maklumi





Elsa POV

"ituloh Bi.. Lonya jangan gerak terus"

"Sakit Tan.. Aduh"

Aku dan Biru sekarang berada di mobil dan Aku sedang mengantarnya pulang.

Sedangkan motor Biru di tinggal ke sekolah.

Sedari tadi Biru mengeluh entah badannya yang gak enak, pusinglah untung gk ngeluh mual.

Kalau sampai ngeluh mual, fix dia hamil. Haha

Kalau ada lampu merah, Biru pasti membawa tanganku ke kepalanya dan memintaku menekan pelipisnya.

Sesekali aku mengomel karena Biru yang tak bisa diam. Memang badannya mulai demam. Dan itu yang membuatnya tak bisa diam.

Mendengar rintihannya membuatku risih sekaligus jadi tak fokus menyetir.

"kenapa tiba-tiba sakit sih? Lo kepikiran ngajak gw nonton jadi sakit gini?"
Ujarku memincing curiga.

Masa sakit karna ngajak aku nonton sih?

"Gak usah ngarang! Mana gw tau bakal sakit. Di sini Tan.. sakit"
Ujarnya ngomel sambil mengintruksi tanganku ke belakang kepalanya.

Awalnya dia memanggilku Tan risih, tapi lama kelamaan juga aku terbiasa.

"Ke dokter mau?"
Ajakku dan tanganku fokus menyetir lagi karena lampu berubah jadi hijau.

"Gak usahlah. Di buat tidur juga enakan"

Tolaknya dengan meletakkan lengannya menutupi matanya.

Aku mengusap pipinya sekilas dan fokus menyetir.

***

Sampai di depan Rumah Biru, aku mengklakson agar pagarnya di buka. Dan satpam tergopoh-gopoh membuka pagar saat melihatku.

Saat sudah ku parkir mobilku, aku turun dan menuju pintu yang ada di samping Biru.

Aku membawa tasnya dan membantunya turun.

Satpam yang melihatku kesusahan akhirnya mendekat.

"Den Biru sakit?"
Tanya satpam dengan logat sundanya yang masih kental.

"Iya nih Pak. Bantuin saya bawa tasnya ya. Biar saya yang bantu Biru jalan"

"Ah iya non"
Ujar satpam yang masih terlihat tak enak kepadaku.

Bisa di bilang aku memang jarang ke rumah Biru, karena Abi yang memang melarangku.

Biasalah bapak satu itu kadang terlalu protectiv padahal Abi juga pernah muda. Kalau di ingatkan umi tentang masa lalunya dengan Abi. Baru dah Abi kicep tak bisa membantah.

Maka dari itu aku tak begitu akrab dengan pegawai di rumah Biru.

Dan sekarang aku menggandeng Biru untuk jalan. tak benar-benar membantu sebenarnya, Aku hanya menggenggam tangannya yang terasa panas masuk ke dalam rumah.

Saat sudah duduk di sofa, Biru merebahkan kepalanya di pangkuanku

"Mama kamu mana?"
Tanyaku sambil mengambil hp yang ada di dalam tas utuk mengabari orang rumah.

Masa Sekolah 2✅Where stories live. Discover now