31: Rasa Musim Panas Terakhir

2.2K 453 164
                                    

|

❤🌞🍉

T i g a
p u l u h
S a t u

|


Kaki keduanya melangkah dan sampai pada sebuah kotak besar berwarna merah. Saking besarnya, benda itu menutup seluruh wajah Jennie yang sedang mengangkat kotak tersebut sebelum diletakkannya pada ubin rumah.

Jemari Vante menarik penutup kotak dan membukanya pelan.

Di sana benar-benar ada kotak berisi makanan. Tapi tidak hanya itu. Nasi kotak itu hanya salah satunya. Mata Vante bolak balik, bergerak cekatan seperti tangannya yang mengeluarkan semua barang dari dalam sana.

Foto-foto pemandangan di Daegu, beserta snack yang sering Vante kudapi di Daeguㅡdengan notes lucu bertuliskan; "Aku tahu kau suka camilan ini. Aku belikan tapi jangan makan terlalu banyak. Nanti sakit."

Sebuah gantungan es krim yang ditempeli catatan, "Jennie bilang kau jajan es krim banyak sekali. Tapi karena aku takut es krimnya meleleh dan merusak hadiah yang lain, jadi aku belikan keychain saja, ya."

Ah... ini benar-benar tulisan Irene Bernice.

"Itu kotak P3K, jangan demam lagi."

"Bubur instan. Karena aku tak suka bubur buatanku," Vante membacanya pelan. Kemudian menggeleng. Tidak. Buburmu bubur terbaik yang pernah kumakan.

"Buku pelajaran. Biar kau pintar seperti presiden dan tidak hanya bicara sulap ini, sulap itu."

Dan... gerakannya terhenti. Manik Vante terpaku pada sebuah ipod asing berwarna merah dengan stiker kelinci. Tidak ada catatan di sana. Lantas jarinya mulai bergerilya membenahi isi ipod tersebut.

Dan matanya menemukan sesuatu.

"VVVVV and IIIII.mp3".

Selain indera pendengaran, Vante juga mempersiapkan hati sebelum menekan tombol play pada audio tersebut.

"Aku bersusah payah mencari barang kuno ini untukmu, lho. Di dalamnya sudah kuisi banyak lagu keren. Didengar sampai aku pulang, ya.

Aku sayaaaaaaang sekali padamu. Danㅡ Aduh, Jennie keluar dulu! Ah... rekamanannya jadi harus diulang...

Ini bagaimana mana hapusnya, sih? Aduh... duh.. Ini pencet apa, sih..."


Vante terkekeh, menatap benda pipih berwarna merah itu seperti orang bodoh. Matanya berkaca-kaca, sebenarnya. Tapi ia tidak mau menangis. Bukan dia sekali. Sangat bukan.

"Lupakan yang tadi. Aku lanjutkan saja.

Aku tidak mau ngomong panjang lebar. Aku malu. Nanti kita bicara yang banyak saat aku kembali.

Aku sayang kamu. LaluㅡAstaga, Jennie Bernice. Kenapa lagi? Apa kau baru saja menumpahkan ramen yang baru kumasak? Adik nakal!"

"Oke, maafkan aku karena rekamannya berantakkan sekali. Tapi itu inti pesannya. Jaga diri dengan baik.

Kau bagian terbaik dalam hidupku.

Aku sangat sayang padamu.

Maaf aku tidak banyak menunjukkannya. Mungkin aku tidak terbiasa, tapi aku akan berusaha menunjukkannya lain waktu. Aku janji.

✔ Summer Flavor | salicelee.Where stories live. Discover now