4: Rasa Bersalah (Bagian Satu)

2.7K 610 16
                                    


|

❤🌞🍉

E m p a t

|




Pemuda tersebut melepas tudung hoodie, membiarkan helai rambutnya ditiup angin malam. Ia menarik masker hitamnya turun, menampakkan sinkron fitur wajah yang menawan.

Tanpa bersuara, Vante menatap punggung kecil milik Irene yang semakin menjauh dari tempatnya berpijak

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


Tanpa bersuara, Vante menatap punggung kecil milik Irene yang semakin menjauh dari tempatnya berpijak.

Diliriknya isi kantung dengan seulas senyum. Sebenarnya ia tidak benar-benar sedang sakit. Dehaman dan suara serak yang dari tadi ia keluarkan, semua hanya kebohongan belaka.

Jika kalian bertanya bagaimana dia bisa berada di sana; awalnya dia hanya mau beli minuman pelepas dahaga sehabis jogging malam. Kebetulan, ia muncul di momen saat ia merasa bisa menebus sedikit kesalahannya. Meski dengan catatan, Irene tidak tahu identitas bahwa pahlawan berjaket hitam tadi ialah dirinya.

Memutuskan kembali berjalan pulang, tiba-tiba pria itu merasakan seseorang tanpa sengaja menyenggolnya.

Itu Irene, lagi.

Gadis itu berlari tergesa-gesa menuju halte dengan ponsel di telinga kanan dan tanpa sadar menyenggolnya. Irene sendiri tak tahu siapa yang disenggol olehnya karena masih sibuk dengan lawan bicara di telepon.

Irene hanya membungkuk, meminta maaf sebagai formalitas tanpa membuat kontak mata. Terlihat super sibuk dan sedang terburu-buru mengejar keterlambatan, dengan ponsel yang ditempel di telinga.

"Manager Kang, saya on the way kesana. Maaf telat!"

Ah, jadi, rumor itu benar.

Kosa kata 'tidak punya waktu' yang beredar di fakultas ekonomi itu bukan sekadar melebih-lebihkan. Irene memang benar-benar sibuk mengejar pekerjaan sana-sini.

Bahkan saat jarum jam sudah mendekati angka 11 malam, Irene masih naik bus, berangkat menuju tempat kerjanya yang lain.

Begitu Irene berbalik sejenak untuk meminta maaf yang sungguhan, pria itu buru-buru menarik masker guna menutupi wajahnya.

Ia tak ingin dikenali, karena ia yakin jika gadis itu tahu, Irene pasti akan mendampratnya habis-habisan. Ditambah lagi, gadis itu habis terkena sial dan dia malah berlagak pahlawan dengan mengganti uang yang hilang itu.

Kembali sibuk sana-sini, Irene berlari menuju bus yang baru saja sampai di depan halte. Awalnya, Vante ingin langsung pulang dengan taksi, tapi entah rasa apa yang telah mengontrolnya, ia memilih mengikuti Irene.

"Tujuan lima, ya, pak," Irene berkata kepada sopir begitu melangkahkan kaki masuk ke dalam bus. []

_________

[Cerita Summer Flavor sudah tamat. Sebagai pembaca yang budiman, harap tetap meninggalkan jejak 👍]

✔ Summer Flavor | salicelee.Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ