8: Rasa Tak Biasa (Bagian Satu)

2.7K 572 32
                                    


|

❤🌞🍉

D e l a p a n

|



Dean keluar dari perpustakaan dan berjalan ke kantin bersama Irene sehabis selesai kelas. Kelas dan jurusan mereka berbeda. Dean berasal dari departemen seni jurusan musik. Mereka berdua sesekali bertemu saat jam istirahat mereka cocok.

Karena sudah 4 hari Dean bolos kelas, ia tidak tahu banyak mengenai gosip hangat di kampus. Sampai akhirnya ia masuk dan teman sekelasnya menanyakan hal yang membuat alisnya berkerut. Mereka bertanya soal gadis yang sering bersamamu itu, alias, Irene.

Dean akhirnya tahu kenyataannya. Insiden itu. Irene tidak bercerita sepenuhnya semalam.

"Irene," potong Dean disela Irene menyantap nasi.

"Hm?"

"Kau yakin tidak ada lagi yang harus kau ceritakan padaku?"

"Seperti?"

"Apapun yang kau sembunyikan."

Sebenarnya, Dean sadar bahwa Irene punya hak untuk menyembunyikan apa yang ingin disembunyikan. Tapi Dean merasa ini tidak adilㅡfakta bahwa teman-teman di departemen musik mengetahui insiden yang sebenarnya, tapi tidak dengan dirinya. Ia tidak tahu apa-apa. Dan hal itu membuatnya iri.

"Jadi, kau sudah dengar soal itu." Irene dengan ambigu bersuara.

"Kenapa dia menciummu?" Dean terdengar tidak suka.

"Tidak seperti itu. Itu gosip."

Karena Dean tak bisa menahan diri, ia pun akhirnya mengucapkan nama itu, "Jadi siapa Vante?"

Tepat sebelum Irene ingin membalas, tiba-tiba saja seorang laki-lakiㅡbersurai hitam dengan poni yang menutup dahiㅡduduk di sebelah Irene. Pria itu meletakkan makanannya, bergabung satu meja dengan Dean dan Irene, seolah-olah akrab dengan keduanya.

Dean berusaha mencerna pemandangan yang membuatnya alisnya terangkat penuh tanda tanya.

"Jadi, Irene Bernice, kapan kau mulai berangkat ke Daegu?" pria asing itu berkata ramah pada Irene.

"Maafㅡ" Dean menyela, berusaha berbicara dengan intonasi yang paling sopan, meski prasangka mulai bergumpal menjadi kabut di kepalanya. "Tapi kau siapa?"

"Jawaban dari pertanyaanmu."

Siapa lagi kalau bukan suara Vante. Dean mengangkat sebelah alis dengan keki.

Sementara Vante, pemuda itu mengumbar senyum miring yang tipis, membalas tatapan Dean.

Sembari kedua pria itu saling bertukar tatapan yang sulit diartikan, Irene mendapat tensi ketegangan. Daripada menunggu aksi Vante yang tak pernah bisa ia prediksi, Irene memutuskan untuk menarik Vante pergi dari kantin.

|
○○○
|


"Santai dong, Nona. Agresif banget," maksud Vante merujuk pada tangan putih Irene yang tengah mengenggam pergelangan tangannya. Ia ditarik ke suatu tempat yang sepi.

"Cerewet. Apa maumu?"

"Kau akan ke Daegu, kan?"

"Iya. Disebabkan olehmu. Dan kau tidak pergi karena kau bayar denda," sindir Irene galak.

✔ Summer Flavor | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang