"Apartemen Grand Spark," ulang Tony sambil mulai mengendarai mobil mendahului dua mobil lainnya.

Tony memarkirkan mobil di basement gedung apartemen lalu berjalan dengan langkah lebar menuju lift di lobi. Ia harus lebih cepat dari wartawan itu dalam mengamankan Wanda.

Langkah kaki Tony semakin lebar saat berhasil mengenali Wanda dari kejauhan. Memang benar orang yang mengikuti Wanda adalah wartawan karena Tony mengenalnya dengan baik. Wartawan yang selama ini selalu ada di sekitar kaum papan atas dan ya... wartawan paling menyebalkan tahun ini. Wartawan dengan ambisi paling besar di bidangnya, Jeremi.

Di saat Jeremi menyembunyikan dirinya di balik pilar besar hotel sambil memperbaiki letak topi dan masker, Tony segera menarik Wanda pergi dari sana. Mereka berdua berjalan keluar dari gedung apartemen lalu memutar masuk melalui tangga menuju basement.

"Siapa Anda? Apa yang Anda lakukan?" tanya Wanda sambil berontak melepas cengkraman tangan Tony pada pergelangan tangannya, sedangkan tangannya yang lain sibuk memeluk tas tangan dan blazer.

"Saya Tony," jawab Tony sambil membukakan pintu mobil untuk Wanda.

"Oh, Anda. Bukannya urusan saya dengan kalian sudah selesai? Apa lagi yang Anda butuh dari saya?" tanya Wanda tanpa berniat masuk. Ia merapatkan tubuh pada mobil agar jika dipaksa masuk pun, Wanda memiliki pegangan.

"Anda diikuti oleh wartawan, sebaiknya Anda masuk terlebih dulu agar kita bisa segera pergi dan terhindar dari masalah," Tony menunjuk bagian dalam mobil, memberi tanda kepada Wanda untuk segera masuk.

"Ternyata itu bukan dugaan saya saja. Saya merasa ada seseorang yang mengikuti saya," kata Wanda sambil menundukkan kepala masuk ke dalam mobil. Begitu masuk, Wanda memantapkan tatapan pada punggung Tony, "Saya akan dibawa ke mana?"

Tony memasang sabuk pengaman lalu balas menatap Wanda dari kaca utama, "Saya akan membawa Anda kembali ke hotel." Ketika Wanda ingin memotong ucapannya, Tony kembali melanjutkan kalimatnya dengan lebih tegas, "berada di dekat Pak Bryant lebih baik, setidaknya untuk beberapa waktu ke depan Anda berdua akan terhindar dari berita yang tidak mengenakkan."

Wanda berpikir sejenak lalu menganggukkan kepala tanda setuju, "Tentu, bagaimanapun saya dikenal oleh beberapa orang sebagai istrinya, jadi lebih aman berada di dekatnya."

Tony tersenyum tipis mendengar keputusan Wanda lalu mengemudikan mobil kembali ke hotel. "Tentu, Anda benar-benar memiliki pemikiran yang terbuka sehingga mudah bagi Anda untuk mendengarkan saran orang lain," puji Tony.

Tony kira, Wanda tidak akan mengajaknya berbicara karena sibuk memandang keluar melalui jendela. Ternyata saat mobil berhenti di lampu merah, Wanda membuka bibirnya lalu bertanya dengan nada yang agak segan namun terdengar menuntut, "Apa yang terjadi dengannya?"

Tony mengangkat kedua alisnya lalu menatap Wanda dari kaca utama, "Siapa?" Pertanyaan itu keluar dari bibir Tony bukan karena ia berpura-pura tidak tahu mengenai orang yang ditanyakan oleh Wanda tapi Tony benar-benar tidak tahu. Pertanyaan Wanda terlalu ambigu. Siapa yang Wanda tanyakan?

"Calon istrinya," jawab Wanda setelah terdiam beberapa saat.

"Lebih bijaksana jika Pak Bryant yang menjelaskan ke Anda nanti."
Kalimat itu mengakhiri perbincangan mereka. Sesekali Wanda terlihat ingin bertanya namun selalu diurungkannya.

***

Wanda mengamati Tony yang berdiri tepat di depannya. Tony berperawakan tinggi dan berbahu lebar, meskipun tidak berotot cenderung kurus malah. Tony menekan bel beberapa kali lalu menempelkan kartu hotel. Hal itu membuat Wanda mengernyit. Untuk apa Tony menekan bel jika ia memiliki kunci kamar hotel? Sungguh aneh.

Weddings' SmugglerWhere stories live. Discover now