"Kalau begitu," jawab Bryant santai. Ia menaruh kedua tangan di belakang punggung, membiarkan Wanda lepas dari genggamannya sehingga bisa berjalan mundur selangkah dari dirinya. "Satu langkah lagi maka fakta bahwa Anda memasukkan amplop senilai lima puluh ribu di pesta mewah para pejabat tinggi negara akan menyebar?"

Wanda membuka mulutnya, ingin membantah semua omongan Bryant namun tidak bisa. Wanda menutup matanya lalu mencoba untuk berpikir lebih cepat lagi dari biasanya. Ia menghembuskan napas kasar, lalu memantapkan tatapannya pada Bryant, "Anda." Ditajamkan tatapannya, "Bukannya yang ada dalam situasi di ujung tanduk adalah Anda? Tidak sepantasnya Anda mengancam saya."

Bryant tertegun, namun masih tetap menjaga ekspresinya. "Saya? Saya tidak sedang ada di ujung tanduk, tapi Anda sendiri." Bryant mengangkat kedua bahunya lalu tersenyum tipis.

"Saya juga tidak sedang berada di ujung tanduk. Silakan ungkapkan apa yang baru saja Anda gunakan untuk mengancam saya, karena itu tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap diri saya. Tidak akan ada yang percaya dan tidak akan ada yang peduli karena saya bukan orang berkedudukan tinggi serta penting di mata masyarakat. Benar-benar tidak ada ruginya."

Benar. Wanda mencoba menenangkan pikirannya. Ia hanya akan malu satu hari, setelah itu tidak akan lagi. Atau yang paling parah, tidak bisa tidur satu minggu. Tapi tidak apa, setelah itu tidak akan ada orang yang mengenalnya lagi, semua berita tentang dirinya akan dilupakan begitu saja. Benar. Benar. Benar tidak penting.

Bryant mengangkat sebelah alisnya. "Anda yakin?"

"Tentu, saya yakin seratus persen. Malah yang akan malu adalah Anda, pengantin pria tanpa pasangan," ancam Wanda, setelah itu ia tersenyum tipis tanpa memiliki niat untuk memprovokasi.

"Kalau begitu, saya akan mengatakan semuanya," kata Bryant santai, "saat ini juga. Bukannya pada akhirnya kita akan sama-sama malu, hm?"

"Silakan."

Setelah dipersilakan seperti itu oleh Wanda, Bryant tetap tidak membuka mulutnya sama sekali. Ia terdiam di posisinya saat ini, mengabaikan pembawa acara yang meminta mereka untuk duduk.

"Supaya kita tidak sama-sama malu, kita harus saling tolong-menolong dalam menjaga rahasia satu sama lain," kata Bryant setelah mendapatkan jalan keluar yang lebih baik, negosiasi. Sepertinya ia akan rugi lebih banyak jika beritanya muncul di permukaan. Bukan sepertinya, tapi pastinya, pastinya ia akan rugi.

"Anda memerlukan bantuan saya?" tanya Wanda sambil menunjuk dirinya sendiri, "setelah Anda menuduh saya suka menyusupi pernikahan orang asing?"

"Saya tidak pernah berkata seperti itu," kata Bryant, pura-pura tidak tahu.

"Jika Anda berpura-pura tidak tahu, maka saya juga akan berpura-pura tidak tahu," kata Wanda cepat. Selamat tinggal kecemasan!

"Iya, kita hanya akan duduk diam selama dua jam ke depan. Setelah itu saya akan melupakan apa yang saya lihat dan tahu tentang Anda, dan akan sangat berterima kasih," kata Bryant.

"Tentu, berterima kasihlah dengan melepaskan saya setelah dua jam ke depan. Dan berpura-puralah tidak mengenal saya," sahut Wanda. "Setelah itu, segera cari istri Anda. Good Luck! "

Bryant membimbing Wanda duduk di atas sofa, setelah itu mereka ada dalam pikiran masing-masing. Sibuk menstimulasi apa yang akan terjadi selanjutnya pada diri mereka.

"Apa yang sedang dia lakukan?" tanya Wanda saat melihat Tony tengah berbisik pada pembawa acara. Mereka berdua terlihat sangat serius membuat Wanda merasa gugup. Ia takut ada hal yang ia tidak ketahui atau setujui akan terjadi dan berakhir merugikannya.

"Dia sedang melakukan hal yang harus dia lakukan," jawab Bryant acuh. "Tidak usah khawatir," tambahnya.

"Seperti apa?" tanya Wanda lagi. Kali ini bola matanya bergerak mengikuti pembawa acara yang sedang berjalan menuju bagian tengah panggung, tepatnya di depan mereka berdua.

Pembawa acara berdeham lalu berkata, "Apakah para tamu yang kami hormati merasa bosan?"

Kerutan muncul di kening Wanda. Bagaimana bisa seorang pembawa acara menciptakan suasana seperti itu? Wanda tidak pernah melihat seorang pembawa acara menanamkan pikiran negatif pada tamu. Astaga!

"Saya ingin meminta raja dan ratu kita untuk membantu menghibur Anda sekalian," lanjutnya sambil membalikkan badan untuk bertatapan dengan Wanda dan Bryant. Senyum di wajah pembawa acara itu benar-benar lebar serta tulus.

Wanda segera menatap Bryant. Ia menggunakan tatapannya untuk menanyakan maksud dari perkataan pembawa acara. Dasar pria yang hanya ingin untung sendiri!

"Seperti ini." Jawaban Bryant atas pertanyaannya tadi benar-benar terlambat dan tidak membantu apa-apa. Wanda benar-benar menyesal karena sudah memutuskan untuk membantu pria tak tahu diri ini. Niat membantu bukannya untung malah buntung.

"Saya tidak mau." Wanda melipat kedua tangan di depan dada, menolak membantu Bryant, lagi.

"Saya pastikan ini adalah permintaan tolong saya yang terakhir. Saya tidak akan merepotkan Anda lagi. Membantu tidak boleh setengah-setengah," kata Bryant sambil meraih telapak tangan Wanda yang kaku dan dingin. "Demam panggung?"

Wanda hanya mendengus lalu ikut berdiri, ia sengaja menginjak kaki Bryant untuk mengurangi rasa kesalnya.

"Injaklah sampai Anda merasa puas," pasrah Bryant. Ia akan melakukan satu hal gila lagi, yaitu mengalah, agar wanita di sampingnya setuju.

"Saat ini, saya akan memberi pertanyaan singkat kepada pasangan pengantin. Saya yakin Anda sekalian yang datang malam ini bingung karena pengantin wanita yang begitu cantik ini tidak pernah terekspos bersama pengantin pria," jelas pembawa acara panjang lebar. Kedua tangannya bergerak ke sana kemari membuatnya terlihat sangat lugas dan menikmati pekerjaannya malam ini.

Bryant menguasai situasi dengan cepat sekali seperti saat ini. Bryant sudah mengambil alih mic yang diserahkan pembawa acara. "Anda sudah mewakili para pembawa acara infotainment untuk mewawancarai saya," canda Bryant lalu tertawa ringan setelahnya. "Setelah ini, saya tidak perlu klarifikasi lagi."

Pembawa acara serta para tamu tertawa dan bertepuk tangan girang mendengar candaan Bryant.

"Kalau begitu, malam ini saya akan berubah dari pembawa acara pesta pernikahan menjadi pembawa acara gosip," gurau pembawa acara. "Seperti yang Anda sekalian inginkan," tambahnya sambil mengedipkan mata menggoda.

Bryant tersanjung dengan kemampuan pembawa acara yang disewanya. Dia begitu lihai membawa acara, tidak kaku sama sekali. Dia juga pandai menguasai situasi dan menangani dengan sangat amat cepat.

Bryant beralih menatap Wanda sesaat sebelum kembali menghadap depan. "Lebih baik saya biarkan istri saya mengenalkan dirinya sendiri terlebih dulu karena hanya dia yang tahu seberapa banyak yang bisa dia katakan kepada kalian," Bryant menyerahkan mic pada Wanda. Hal itu ia lakukan karena ia tidak tahu nama wanita di depannya ini! Untung saja solusi datang dengan cepat dan tepat.

Wanda segera memutar otaknya sambil menerima mic lambat-lambat. Apa ia harus mengatakan nama aslinya? Tidak, kan? Tapi nama apa yang harus ia lontarkan? Ia tidak bisa menggunakan nama tengahnya lagi karena itu adalah nama pena-nya! Wanda Elka Pangestu.

Wanda mengintip raut Bryant sebelum mendekatkan mic pada mulutnya. Saat bibirnya terbuka, Bryant memeluk pinggangnya erat lalu berbisik di telinganya, "Katakan nama samaranmu agar tidak bisa dilacak dengan mudah."

"Nama saya Wanda," kata Wanda cepat dan langsung mengembalikan mic pada Bryant.

"Nama saya Wanda," kata Wanda cepat dan langsung mengembalikan mic pada Bryant

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Weddings' SmugglerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang