Bagian 79 (Suluk)

Start from the beginning
                                    

Rambut sampai basah begini masa' gak keliatan habis mandi? batin Yoga.

Jawaban itu seolah tidak membuatnya puas. Ustaz Umar bertanya lagi, "Maksud saya, kamu sudah MANDI TAUBAT?"

Sekarang kening Yoga mengernyit. "Memang ada bedanya?"

Seketika sepasang mata Umar membesar, lalu memicing curiga. "Kamu ngerti mandi taubat, 'kan? Sama seperti mandi wajib, tapi bedanya cuma di niatnya aja."

Yoga terdiam sesaat, lalu kembali bertanya, "Beda mandi wajib sama mandi keramas biasa, apa ya?"

Ustaz Umar mendadak berdiri dari kursinya, membuat Yoga terkejut. Pria itu menatapnya seolah tak percaya dengan pertanyaannya barusan. "Kamu ... kamu gak ngerti mandi wajib? Serius?"

Walau ragu, Yoga perlahan mengangguk.

.

.

Tangan Ustaz Umar mencengkeram siku Yoga. Mereka berdua berjalan dengan cepat di koridor ke arah kamar mandi. Ustaz Umar berjalan lebih cepat darinya, hingga Yoga harus setengah berlari menyamai kecepatannya.

Yoga kesal sekali dengan cara pria ini memperlakukannya, seolah dia anak SD. "Ustaz, gak perlu menyeret saya, 'kan? Saya juga bisa jalan sendiri!"

Mendadak pria di depannya berhenti berjalan. Saat menoleh, ekspresinya nampak jengkel.

"Saya sungguh tidak percaya ini! Bagaimana bisa kamu gak ngerti apa itu mandi wajib?? Apa tidak ada yang mengajarimu?? Lalu, gimana kamu selama ini? Maksud saya --"

Yoga menunggu kelanjutan kalimatnya, yang kemudian diucapkannya dengan setengah berbisik, "maksud saya, setiap kamu selesai berhubungan dengan istrimu, trus apa kamu gak mandi wajib??"

Mendengar kata 'istri' disebut, lawan bicaranya melengos kesal. "Aku gak punya istri."

"HAHH??" setelah reaksi terkejut itu, Ustaz Umar nampak berpikir sejenak, lalu bertanya dengan hati-hati. "Maksudmu, kamu sudah cerai dengan istrimu?"

Cara pria ini menyebut kata 'cerai' membuat Yoga tercenung. Dari nada suaranya, seolah dia seperti sedang merasa senasib. Walau Yoga tidak yakin, tapi, apa pria ini pernah bercerai sebelumnya?

Yoga menggelengkan kepala. "Enggak. Aku belum pernah menikah."

Pernyataan itu agaknya membuat Umar terkejut.

Laki-laki dengan tampang seperti dia, belum pernah menikah??

Dia melangkah mendekati Yoga. Mereka sudah berdiri persis berhadapan. Yoga memundurkan tubuhnya saat Ustaz Umar mengamati wajahnya dari dekat dengan wajah menyelidik.

"Apaan sih??" tanya Yoga mulai risih.

Jemari Umar mengusap dagu. Masih sambil memicingkan mata, pria itu bertanya padanya dengan serius, "kamu ... bukan gay 'kan, ya?"

Pertanyaan itu sontak membuat kabel kesabaran di otak Yoga bagai terkena setrum. "SAYA INI LAKI-LAKI NORMAL!!"

Ustaz Umar menghela napas, lalu melanjutkan kegiatannya menyeret Yoga ke arah kamar mandi.

"Kenapa sih saya harus mandi ulang, Ustaz?? Kalau saya mandi ulang, nanti bisa-bisa gak ada waktu untuk salat Tahajud. Keburu masuk waktu Subuh!"

"HARUS! Niat itu adalah awalnya! Kalau kamu mau akhir yang baik, berusahalah membuat awal yang baik!"

ANXI (SEDANG REVISI)Where stories live. Discover now