Bryant melangkah masuk ke dalam gedung hotel lalu berdiri di depan pintu lift. Ia membiarkan Tony menekan tombol, memanggil lift untuk segera menjemput dan membawa mereka menuju lantai tujuan. Sesampainya di lantai tujuan, Bryant melangkahkan kakinya dengan pasti keluar dari lift menuju kamar di mana pengantin wanitanya sedang dirias.

Pintu terbuka dan Bryant langsung dihadapkan dengan pemandangan Selena yang sedang dirias. Riasannya tampak belum selesai. Selena juga belum mengenakan gaun pengantinnya melainkan gaun tidur tipis dan sandal bulu.

"Datang untuk memeriksa kehadiranku?" ejek Selena. "Kukira kau memiliki keyakinan yang cukup tinggi bahwa aku akan hadir."

Selena mengibaskan telapak tangannya, memberi tanda kepada penata rias dan staf lainnya untuk keluar dari kamar.

"Kau juga, Tony," kata Bryant kepada Tony, sehingga saat ini hanya dirinya dan Selena yang tersisa di dalam kamar.

"Ke mana perginya kepercayaan dirimu?" tanya Selena. Ia mendekatkan wajahnya pada kaca rias untuk menyisir pelan bulu matanya yang tebal dan lentik.

"Kukira kau tidak akan hadir," kata Bryant, mengabaikan tuduhan Selena. "Nyatanya kau ada di sini."

"Tenang saja, aku akan pergi satu detik sebelum pesta dimulai," ujar Selena sambil memperhatikan kuku jari tangannya yang terlapis cat kuku bening dengan beberapa permata kecil berkilauan di atasnya, lalu diakhiri dengan menyentuh cincin bermatakan berlian merah muda yang memeluk sempurna jari manisnya.

"Tidak perlu repot-repot menghabiskan waktumu." Bryant menatap Selena dari atas hingga bawah. "Kau menghabiskan terlalu banyak persiapan untuk hal yang tidak akan kau jalani."

"Kepanikanmu," Selena menatap Bryant sambil meraih lipstick merah dan dipulaskannya saat itu juga, "Itu yang ingin kucapai. Suatu kehormatan bagiku untuk bisa membuatmu panik."

"Tidak sama sekali."

Selena bangkit dari kursi yang didudukinya kemudian berjalan mendekati gaun pengantinnya yang sudah dipajang rapi di maneken, "Kita belum tahu pasti, mungkin saja efek ini akan terasa di lain kesempatan bukannya sekarang."

Bryant terkekeh ringan. "Bersiap-siaplah, sebentar lagi resepsinya akan dimulai."

"Sudah kukatakan, aku tidak akan hadir," kata Selena sekali lagi, masih dengan ketenangan yang sama, "hadir atau tidak, semua tetap sama, kita tidak tercatat sebagai suami istri. Tidak ada yang berbeda."

Baru saja Bryant menyentuhkan tangannya pada gagang pintu, Selena kembali berbicara. Dan kali ini, Selena berhasil menghentikannya untuk sesaat, "Aku harap akan ada wanita yang bisa membuatmu sadar bahwa kau tetaplah manusia yang akan merasa kehilangan cepat atau lambat."

"Kuharap begitu adanya."

"Love always comes with fear, remember."

Bryant menutup pintu yang ada di belakangnya, meninggalkan Selena sendiri. Bryant mengedarkan pandangannya sambil berbicara kepada para staf yang menunggu di luar kamar sedari tadi, "Segera masuk dan lanjutkan pekerjaan kalian."

"Sudah tenang, bukan?" tanya Bryant pada Tony, "Selena ada di sini."

"Iya. Anda benar," Tony menganggukkan kepalanya. "Saya antar Anda ke kamar."

"Kalau begitu, silakan jalan di depan," ketus Bryant sambil mempersilakan Tony untuk berdiri di depannya.

Tony berjalan mendahului Bryant, menunjukkan kamar tempat Bryant beristirahat sementara waktu menunggu pesta dimulai. "Anda dibuat kesal oleh Nona Selena?" tanyanya tanpa melihat ke belakang dan terus berjalan.

Weddings' SmugglerWhere stories live. Discover now