Still You

123 20 21
                                    


"Mau gabung?" Ucap Mona seraya melayangkan senyum ejekkan untuk kedua insan yang sedari tadi terpampang kaku didepan mereka.

"Ga..gabung?" Sahut Chen gagap.

Mona kembali meraut bibir Jeon tanpa mempedulikan kedua mahkluk yang sedang menatap mereka berdua. Jeon pun menikmati perlakuan kekasihnya itu. Ia membalas setiap tautan itu dengan lihai. Suara decakan dari pertukaran saliva semakin menggema. Apalagi namanya jika bukan sebuah ejekkan bagi teman mereka itu.

"Iblis kalian" Ucap Nay yang matanya mulai memanas saat melihat perlakuan mereka itu.

Namun kedua mahkluk yang disebut iblis itu tidak mau berhenti, mereka makin menjadi. Mereka sengaja memancing dari emosi kedua temannya itu. Chen kemudian memalingkan wajahnya dan mengarahkan pandangannya pada suatu tempat berharap matanya menemukan pemandangan yang menyejukkan.

"Hentikkkkaaaannn!" Teriak Nay. Kali ini kedua insan yang disebut iblis itu berhasil memancing emosi kedua temannya.

Kedua insan yang sedari tadi bertaut bibirpun berhenti. Mereka tertawa terbahak-bahak seperti memenangkan sebuah game couple.

"Nay sebaiknya kita pergi, kalau kelamaan disini otakku bisa keluar dari dalam kepala" Kata Chen seraya meraih pergelangan Nay untuk segera pergi menghilang.

"Astaga ampunnnnn!" Ucap Jeon cepat sambil mencegah kedua insan itu agar tidak pergi.

"Oke...oke maafkan kami" Sambung Mona seraya merangkul kedua temannya itu.

Kejadian ini sering terjadi beberapa kali. Mereka sudah sering melihat adegan panas itu dan hal itu menjadi tidak asing lagi menurut mereka hanya saja Chen dan Nay selalu merasa terpojok dan kaku setiap kali melihat perlakuan dari kedua insan itu.

Tapi hal itu semata-mata hanyalah sebuah candaan untuk dinikmati. Mereka sudah bersahabat sejak lama dan sudah saling mengenal satu sama lain.

"Bagaimana kabar kalian disana?" Kali ini Jeon beralih pada pertanyaan yang serius.

"Yah begitulah" Sahut chen.

"Kau sudah menemukan teman ayahmu itu?" Tanya Mona seraya menatap Chen.

"Aku sudah mencarinya tapi tetap saja nihil." Jawab Chen dengan nada lemah.

"Lalu bagaimana dengan kau dan adikmu?" Tanya Mona lagi.

"Aku sudah sempat bertemunya sekali, tapi dia tidak mau pulang!" Jawab Nay

"Memangnya apa yang bagus dari dimensi itu sampai-sampai ia tidak mau pulang" Sergah Jeon.

"Entahlah." Sahut Nay.

Chen dan Nay sepertinya sedang mengalami hal yang sama. Mereka mulai merasa kewalahan untuk bisa menemukan apa yang mereka cari. Mereka tinggal pada dimensi itu sudah cukup lama setelah mengalami kejadian yang pahit juga seperti orang-orang yang ada pada dimensi mereka itu.

"Oiya, bagaimana dengan Rudolf, apa dia masih mengganggu kalian?" Kali ini Nay yang bertanya.

"Dia tidak menganggu kita lagi. Tapi sekarang Dia punya tujuh buah kalung" Jawab Jeon.

"Tapi aku dan Mona berniat untuk mengambil kalung milikku yang sekarang ada padanya" Lanjut Jeon.

"Hah, Tu..tujuh?" Sahut Nay gagap.

"Kau ingin mengambil itu kembali? memangnya kau bisa melawan dia?" Tanya Chen kemudian.

"Iya dia sudah berhasil mengumpulkan tujuh buah kalung, dan sekarang dia sudah lebih kuat dari sebelumnya. Oleh karena itu kita sudah menyusun rencana! Aku dan Mona akan mengawasi Rudolf sementara Jino dan Def akan mencari kalung yang lainnya" Jelas Jeon.

One Soul (END)Where stories live. Discover now