JUL

728 48 10
                                    

Aku tidak bisa. Situasi ini begitu membodohiku. Bagaimana bisa aku mempercayai hal itu begitu saja. Naluriku berkata bahwa dia itu adalah sebuah petunjuk, tapi tidak ada sedikit fakta yang mendukung firasatku saat itu.

Melanjutkan perjalanan adalah pilihan terbaik saat ini. Aku kemudian berdiri didepan halte berharap ada bus yang segera lewat.

"Sial. padahal tadi itu sudah berfungsi" Batinku menyesal setelah memikirkan tindakkan bodoh yang kulakukan beberapa menit yang lalu. Aku tau semua orang mungkin membuang-buang waktu pada hal yang belum pasti, tapi karena itu terlalu menarik perhatian akhirnya kita terlena.

Setelah bus berhenti didepan halte aku segera masuk dan menempelkan BusCard. Aku sempat melihat ada beberapa orang didalam namun aku segera menundukkan wajah karena tdak ada niat untuk menyapa siapapun yang ada didalam bus itu.

Beberapa menit berlalu. Bus berhenti dihalte berikutnya dan memuat beberapa penumpang. Seorang memilih duduk berseblahan denganku. Aku tidak menatapnya dan hanya fokus memandangi ruko-ruko yang berjajar diluar sana.

"Mau ke Brisbane?" Ucap seorang pria yang duduk disampingku.

"Tidak" Jawabku singkat.

"Lalu mau kemana?"

"Tidak tau"

"Tapi kau tau kemana arah bus ini kan?" Tanyanya lagi yang seakan membangkitkan rasa panas ditelingaku. Aku tidak ingin bercakap dengan siapapun tapi orang yang disampingku ini seperti ingin mewawancaraiku.

Aku kemudian menatap pemilik wajah itu dengan tatapan malas sambil menggelengkan kepala. Orang itu sepertinya tidak mengerti dengan maksudku bahwa aku sedang memintanya untuk berhenti bertanya. Aku memperhatikan bibirnya dan feelingku benar. Dia bertanya lagi. Namun belum sempat dia mengeluarkan kata, aku berpaling dan kembali menatap keluar jendela.

"Aku dulu terlihat sepertimu. Orang yang kehilangan arah. Apa kau mau ikut denganku?" Sekarang dia makin lancang. Serasa gumpalan tangan ini ingin kusandarkan pada wajahnya itu dan meninggalkan warna merah dimatanya. kali ini aku tidak menjawabnya.

"Aku pastikan kau akan terhibur" Lanjutnya lagi yang saat ini benar-benar membuat kekesalanku memuncak. "Tolong diamlah" Aku hanya bisa membalas ucapannya itu dalam batinku.

Aku masih berdiam dan tidak menghiraukan tawarannya itu. Jika dia mengeluarkan satu kata lagi, aku akan bertindak. Dan tampaknya dewa penyelamat mendengar batinku. Beruntunglah.

Setelah beberapa saat berlalu, bus berhenti. Aku melihat beberapa penumpang turun. "Sepertinya tempat ini menarik" Gumamku saat memperhatikan keadaan diluar dari dalam bus. Sebaiknya aku turun disini saja. Tapi belum sempat aku berdiri, orang yang disampingku tampaknya menyadari gerak-geriku untuk turun. Sudah kuduga. Dia bersuara lagi.

"Kau bisa mengunjungi tempat ini. Kalau kau mau" Katanya sambil menyodorkan sebuah kartu nama padaku. Tentunya aku makin merasa risih dengan kehadirannya disampingku. Aku masih dengan sikap dinginku. Acuh. Masa bodoh. Dan tidak memperdulikannya. Malahan aku segera berdiri dari tempat duduk dan beranjak melewatinya.

Namun dengan cepat dia mengikuti pergerakanku saat itu juga. Mungkin hanya beda sepersekian detik setelahku dia juga berdiri dan bersuara lagi. "Kebetulan kita turun bersamaan" Entahlah dia ini manusia atau alien. Tidak ada pilihan lain, akupun menatapnya kesal. Aku menyalurkan semua perasaan kacau itu padanya dan memastikan makian sempurna dariku akan segera mendarat sempurna didalam telinganya jika dia tidak berhenti saat itu juga.

One Soul (END)Where stories live. Discover now