I'm Lost

236 32 17
                                    

Keesokan harinya aku bangun dari tidurku. Cahaya yang begitu silau menembus sudut ruang kamar. Aku mengumpulkan tenaga lalu berdiri dari ranjang. Feelingku benar. Manusia itu tidak ada, pastilah dia bangun duluan. Aku beranjak ke kamar mandi tapi tatapanku tiba-tiba tertuju pada secarik kertas di atas meja.

"Kau bisa menggunakan ini. Jangan sungkan" Pesan singkat yang ditulis dikertas itu rupanya dari Si pemilik kamar. Aishhh betapa memalukan. Akupun mempercepat langkahku dan mandi secepat kilat.

Dan tidak membuang-buang waktu lagi aku langsung bergegas. Untunglah badan kita hampir seukuran jadi aku bisa mengenakan pakaiannya itu. Saat hendak keluar kamar, tiba-tiba suasana berubah. Siapa lagi kalau bukan kedatangan pahlawan kesiangan.

"Menyerah saja selagi kau masih bisa kembali" Katanya yang kali ini hanya dalam sekejap mata sudah berada di depanku. Arwah makhluk ini lama kelamaan bisa buatku mati berdiri.

"Aku mengharapkan kedatanganmu tadi malam, bukan pagi ini" Jawabku malas.

"Aku akan mengatakan yang sejujurnya. Jadi lebih baik kembali saja dan kita hadapi dia sama-sama" Tegasnya yang sekarang mulai memegang erat tanganku.

"Kau pikir semudah itu? Aku tidak mau kehilangan lagi. Ingat itu"

Aku kemudian beranjak pergi meninggalkannya. Saat ini aku malas mendengar ocehan apapun. Aku akan tetap fokus sambil mencoba menghibur diri dengan mengingat sekilas kata-katanya waktu itu dikala hujan deras.

~~

Flashback,

"Apapun yang terjadi tetaplah lakukan semua kemauanmu. Jangan fokus pada sebuah bendungan, tapi fokus pada apa yang didalam bendungan. Jika kau mengumpulkan air lebih banyak, kau pasti bisa melewati bendungan itu nantinya" Katanya sambil memelukku erat.

"Dimasa yang akan datang kau mungkin akan kehilangan orang-orang yang kau cintai, oleh karena itu belajarlah dari sekarang mencintai sepenuh hati selagi kehilangan itu belum menerpamu" Lanjutnya lagi lalu melepaskan pelukkannya.

Aku akui, tidak ada yang bisa menentang takdir. Semua yang kita lalui bagaikan uap, sebentar kelihatan lalu lenyap. Dalam hati aku tak kuasa melihat bendungan air mata dari sosok wanita yang aku cintai. Dia penyemangat sekaligus penasehat sempurna dalam hidupku. Rambutnya yang mulai memutih membuatku merasa bahwa hari-hariku bersamanya sedikit lagi akan berakhir. Namun aku percaya, masih ada kehidupan baru diluar sana. Sebut saja didunia lain atau pada dimensi lain.

~~

Lima tahun sudah aku tidak melihat beliau. Sebenarnya aku tidak menyebut hal itu sebagai sebuah perpisahan hidup tapi mau tak mau aku harus menerima kenyataan. Disanalah letak kepastian itu sebuah kenyataan yang tidak dapat diubah lagi, tidak ada andai kata, atau seandainya atau jika saja atau berbagai andaian lainnya yang tentu saja tergolong pada ketidakpastian.

Merelakan itu sulit tapi aku berusaha membawa logikaku pada masa depan. Jika aku tetap berada pada masa yang ku sebut 'masa lalu' aku tidak akan pernah sampai pada 'masa depan'. Life must go on begitulah kata pepatah yang kudengar dalam sebuah drama teater.

Kehidupan penuh dengan kontroversi yang selalu saja menghadirkan konflik batin didalam diri seseorang, oleh karena itu kadang kita hanya perlu patuh pada sebuah aturan dan tidak menyimpang agar kau tidak berada dalam ruang lingkup sanksi.

Dan inilah alasanku untuk berada ditempat asing ini, aku sedang menghindari sanksi itu. Cukup sekali saja aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana sanksi itu memulai sebuah kisah kehilangan. Dan aku ingin itu hanya sekali dan tidak akan ada kisah kehilangan berikutnya.

"Barangkali kau enggan pergi dari rumah ini?" Jul bersuara dari sana membuyarkan semua kemelut kehidupan yang sedari tadi aku pikirkan.

"Rupanya tidurmu nyenyak" Katanya lagi dengan nada meremehkan.

One Soul (END)Where stories live. Discover now