Kim

227 32 11
                                    

Situasi ini benar-benar seperti drama. Bagaimana tidak dalam sebuah drama selalu saja ada kejadian yang meneggangkan. Ada orang yang hanya terdiam kaku, ada yang terlihat santai, ada yang bersikap gugup dan ada juga yang dalam keadaan tercengang.

"Ini temanmu yang kau maksudkan itu?" Ucap Jul sambil mengedipkan mata saat berada tepat dibelakang kekasihnya itu. Aku melihat kedipan mata itu.

Seperti yang kukatakan Jul membawa situasi ini layaknya sebuah drama, dia berpura-pura lagi menghindar dari adanya kesalahpahaman. Si gadis hening yang tak lain adalah adiknya itu terlihat sudah mengerti maksud dari kedipan mata dari sang kakak. Dari situasi itu kurasa Jul sering membawa masuk kekasihnya dalam berbagai drama kepura-puraan karena kurasa Jul terlihat mahir dalam melakukan hal itu.

"Bukannya kau tidak ingin_" Kekasih Jul itu belum sempat mengakhiri ucapannya, Hana langsung saja menerobos menjawab.

"Iya, aku tidak ingin berteman dengan siapapun dari dulu. Tapi kali ini aku terpaksa" Kata Hana yang dengan sikap acuhnya itu membuat Kekasih Jul makin bingung.

"Terpaksa maksudmu?"

"Sudahlah Jena nantiku jelaskan padamu. Kau tau adikku ini kan?! Dia bukan manusia. Dia tidak akan menjelaskan panjang lebar padamu" Ucap Jul yang kemudian menarik tangan kekasihnya itu lalu keluar kamar.

Drama itu berlangsung dalam beberapa menit. Aku menyaksikan sikap kepura-puraan itu dan hal itu cukup mengesankan. Aku merasa lega saat itu karena kekasih Jul sempat membuayarkan suasana kecanggungan yang sebelumnya tercipta dikamar itu.

"Jadi ucapanmu itu serius? kau tidak keberatan aku tinggal disini?" Kali ini aku bersuara agar setelah ini kecanggungan itu tidak berlanjut lagi. Aku bertanya lagi soal kepastian.

"Aku tidak ingin menjelaskan hal yang sudah ku katakan. Jadi berhentilah bertanya!" Katanya yang terdengar malas menjawab pertanyaanku. Sungguh sikap gadis ini benar-benar dingin, rasanya aku ingin membalas sikap dinginnya itu. Tapi apa daya, aku harus tinggal disini jadi aku harus membuat hubungan baik dengannya. Aku kemudian mengalihkan pembicaran dengan sekedar mengajukan pertanyaan asal.

"Jul dan kekasihnya tidak sedang bertengkar diluar rumahkan?"

"Tidak akan ada pertengkaran. Jul selalu menang dalam setiap permainannya" Katanya lagi yang kali ini kembali sibuk membuka lembaran buku.

Kurasa aku mulai mengerti kenapa Hana terlihat begitu hening. Firasatku mengatakan itu mungkin karena dia menyukai hal-hal yang tenang. Aku juga sebenarnya memiliki sikap acuh sepertinya tapi entah mengapa semenjak berada pada dimensi ini aku merasa diriku berubah. Bukan hanya bentuk dan rupaku yang berubah tapi juga sikapku.

"Pergilah keruang musik. Jul menunggumu disana" Kata Hana setelah ia membaca sebuah pesan yang muncul dibalik layar handphonenya.

"Jul menyuruhku kesana?!"

Dia menjawabku dengan anggukan kepala. Setelahnya aku segera keluar kamar lalu menuju ke ruang musik. Dari kejauhan terlihat disana mereka yang ku lihat waktu itu. Siapa lagi mereka kalau bukan anak lesnya Jul.

Aku menghampiri mereka lalu melayangkan senyum hangat yang ku punya. Mereka melirik ke arahku dan kemudian membalas dengan melayangkan senyum keheranan. Aku tau maksud dari senyum itu, mereka juga mungkin merasakan hal yang sama seperti yang terlihat pada Jena kekasih Jul itu beberapa menit yang lalu.

"Dia teman les baru kalian" Kata Jul.

"Teman les baru? Wah, dia cantik" Ucap seorang lelaki muda yang sedang duduk disamping Jul.

"Cantik?" Bisikku dalam hati. Setelah mendengar ucapannya itu aku langsung meneliti setiap bentuk dan rupaku lalu seketika itu juga aku tersadar. "Aishh. Menjijikkan!" Keluhku lagi dalam hati.

One Soul (END)Where stories live. Discover now