In the Night

159 24 9
                                    

Hari itu aku berlatih musik bersama mereka. Aku memainkan beberapa alat musik disana dan mereka terlihat cukup terkesan. Aku memang mengenal musik sejak kecil dan aku sudah terbiasa dengan hal itu.

"Kau terlihat bukan bagian dari anggota les, tapi malah terlihat seperti seorang pelatih" Kata Jul.

"Kecantikanmu tersalur pada semua nada yang kau mainkan" Goda Jae.

Mendengar pujian mereka aku mendadak malu. Dalam hatiku aku merasa senang karena mereka menerima kehadiranku diantara mereka. Untuk pertemuan pertama itu kami mulai akrab satu sama lain dan hal itu membuatku nyaman. Kami menghabiskan waktu selama berjam-jam dan aku merasa begitu puas menghabiskan waktu bersama mereka.

Tak terasa malam tiba dan mereka pun beranjak pulang. Setelah itu pikiranku mulai tak tenang lagi. Dan ku rasa Jul mengetahui apa yang aku pikirkan saat itu. Ia mengetahui apa yang kupikirkan setelah melihat raut wajahku yang mulai kusut.

"Kau tau kenapa aku memintamu tinggal disini? itu bukan saja karena aku tau kau menyukai musik tapi karena...." Jul bersuara sambil merapihkan ruangan musik.

"Maksudmu?" Tanyaku penasaran.

"Dia terlalu menutup diri, menjauhi setiap orang bahkan kadang kala aku menganggap diriku seperti orang asing baginya. Yah, ku harap dengan adanya kehadiranmu disini dia bisa berubah" Jelasnya.

Kali ini aku tidak bersuara. Tapi aku paham siapa yang ia maksudkan itu. Aku fokus menatap kesibukkannya yang sedang menata beberapa coretan kertas yang ia tulis saat latihan beberapa menit lalu. Dia juga merapihkan alat-alat musik dan meletakkan itu pada tempatnya.

"Setiap orang pernah mengalami masalalu yang buruk, dan hal itu dialaminya termasuk aku juga. Dan kau juga pasti pernah mengalaminya bukan?!" Kali ini Jul selesai merapihkan ruangan itu, namun dia tidak berhenti mengutarakan beberapa hal yang menyangkut kehidupan adikknya itu. Aku mengerti tapi entahlah aku tidak tau pasti maksudnya mengatakan hal itu padaku.

"Menghilangkan kenangan masa lalu yang buruk bukanlah hal yang mudah baginya. Dan hal yang sulit dihilangkan itu membuatnya seperti tidak ingin terlibat lagi dalam keadaan apapun yang menyangkut dengan masa lalu. Dia bahkan menghindari orang lain dan ingin melalui hidupnya seorang diri saja. Berulang kali aku mencoba membawa dirinya pada kehidupanku atau berinteraksi dengan orang lain, namun hasilnya nihil."

Aku mendengarnya sambil mengandai-andai masa lalu yang dialami Si gadis hening itu. Seperti yang dikatakannya, masa lalu itu sulit dilupakan apalagi jika yang tertinggal dibenak adalah suatu kenangan buruk. Seseorang pasti akan tetap terbelenggu dalam kenangan itu meski  dalam hati berniat untuk melupakannya.

"Tidak ada yang bisa menghilangkan setiap kenangan masa lalu dalam kehidupan seseorang. Hanya diri sendirilah yang mampu melupakannya. Mungkin sekarang dia masih tetap memikirkan kenangan buruk itu tapi suatu saat nanti dia akan tiba pada titik dimana ia akan merasa lelah, dan nantinya dia sendirilah yang akan berhenti memikirkan masalalu itu dan memulai kenangan baru dimasa depan" Kali ini aku bersuara dan memberikan sebuah anggapanku padanya.

"Aku sama sepertinya dan mungkin seperti yang lain juga. Aku melalui kenangan buruk di masa lalu, tapi aku sudah melawati titik itu jadi sekarang aku sedang memulai kenangan baru dan menjadikan kenangan buruk itu sebagai tolak ukur untuk menata kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Biarkan dia menyadarinya sendiri, kau hanya perlu mendukungnya itu saja" Jelasku lagi.

"Itulah yang aku maksudkan padamu. Kurasa kaulah bagian dari titik itu" Kata Jul yang sekarang hendak beranjak meninggalkan ruangan musik itu. Dia melewatiku dibalik pintu dan berhenti sejenak lalu bersuara lagi.

"Aku lega. Mungkin sebentar lagi Hana akan kembali menjadi seorang manusia" Ucapnya sambil menepuk bahuku lalu keluar ruangan.

Mendengar kata-katanya itu aku mematung beberapa saat sambil mencerna arti dari ungkapannya itu. "Kau maksud selama ini adikmu itu bukan manusia?" Bisikku dalam hati. Saat itu aku menengadah keatas dan mulai tersenyum sendiri setelah membayangkan sikap dari Si gadis hening itu.

One Soul (END)Where stories live. Discover now