J&M

106 16 9
                                    

"Aku kira kau ingin berwujud Kim selamanya?" Ucap Jino seraya mengacak-acak rambutku.

Aku tidak membalas ucapannya itu. Aku hanya menatapnya  lemas. Tatapan kosong itu melukiskan segala kerisauan hatiku saat itu.

"Sepertinya kau benar-benar tidak ingin pulang. Jika kau melakukan hal ini hanya karena terpaksa maka kembali saja, dan tetaplah menjadi Kim. Itu kan yang kau mau?!" Jino mulai mempersudutku dengan kata-kata yang memberatkan pikiranku.

"Mengapa aku harus menahan perasaan lagi? Aku muak dengan ini!!!" Kataku seraya memijat pelipisku yang tidak sakit.

Kali ini Jino yang menatapku lemah. Ia seakan ingin menyerangku dengan beribu kata tapi ia menahannya.

"Hah, entahlah!" Ucapnya kemudian lalu pergi menghilang begitu saja.

Aku menahan dadaku yang mulai terasa sesak. Ingin rasanya aku membelah kepala ini agar aku berhenti untuk memikirkannya.

"Hana, maafkan aku...maafkan aku...maafkan aku" Keluhku dalam hati berharap batin ini dapat menyampaikan kata maafku padanya.

~~

Enam bulan kemudian Def mulai terbiasa untuk menjalani hidupnya seperti biasanya. Namun yang berbeda kali ini, ia dan Jino benar-benar telah menyerahkan kalung milik ibu mereka pada Rudolf. Hanya saja Rudolf masih belum tau kalau Jino juga memiliki kalung yang sama seperti yang ia cari. Yang ia tau hanya Def yang memilikinya.

Rudolfpun makin berkuasa untuk mengendalikan apa saja yang Ia inginkan. Meskipun dalam hati kecil, Def masih mengharapkan ada kesempatan baginya untuk menghentikan tindakan Rudolf tapi Ia pasrah dan tetap berada dibawah permainan Rudolf karena Def menyadari bahwa ia tidak mampu lagi untuk melawannya.

~ Flashback

"Sudah kubilang kan serahkan benda ini dari awal. Hmm, kau terlalu membuang-buang waktuku" Kata Pria paruh baya itu sambil melayangkan senyum kemenangannya.

Def tidak menjawab ucapannya itu. Ia hanya menundukkan kepala dan sesekali menghela nafas panjang, menandakan dirinya pasrah dan sudah menyerah.

"Sudah lepaskan dia" Ucap Rudolf pada pengawalnya yang saat itu sedang menahan kuat kedua tangan Def karena Def berusaha untuk melawannya.

"Oh iya, ternyata keluargamu memiliki tiga kalung. Ayahmu satu, ibumu satu dan kau satu. Kalian sangat mengagumkam!" Katanya lagi yang kemudian mulai memecahkan tawanya.

"Jadi Mona_" Kali ini Def menyadari satu hal setelah mendengarlan ungkapannya itu.

"Iya..iya.. apa yang ada dipikiranmu itu benar!" Rudolf langsung saja membalas ucapan Def.

"Kalung yang waktu itu adalah milikmu, dan kalung ini pasti adalah milik ibumu. Iya kan?" Katanya lagi sambil melayangkan senyum kemenangannya.

"Kau......!" Teriak Def yang mulai meluapkan amarahnya.

"Sudahlah. Lihat dirimu, kau tidak bisa berbuat apa-apa. Oiya, satu hal lagi, kali ini kau benar-benar harus berhenti memainkan apapun. Jika saja ada suara nada yang berkumandang sampai ketelingaku maka tamatlah kau." Katanya memperingatkan dan kemudian segera menghilang begitu saja.

~~

Def mulai menjalani hari-hari yang begitu menyiksa dirinya.  Ia tidak bisa memainkan musik apapun lagi dan hal itu membuatnya serasa sudah kehilangan paruh hidupnya. Ditambah lagi ia mengingat sebuah perasaan yang masih membekas didalam hatinya. Batin Def benar-benar tersiksa.

Namun untunglah Rudolf tidak membuat hal buruk padanya. Rudolf menepati janjinya untuk tidak lagi menganggu Def dan juga Jino. Tapi hal itu sepertinya belum cukup untuk membuat dirinya merasa tenang. Def ingin merasakan kehidupan yang bebas seperti yang ia inginkan.

One Soul (END)Where stories live. Discover now