Kepergian Ranai

1.5K 36 15
                                    


"Sejak tadikah kamu menungguku?" Ucapnya saat melihat Hasan termenung memandangi foto Yuli dari ponselnya.

"Oh, tidak. Hmmm hari ini kita ke mana?"

"Sudah ikut saja. Nanti kamu akan tau, kita pergi ke mana," Ucapnya tersenyum kemudian berjalan, sementara Hasan mengikuti Ranai dari belakang.

Ranai mengajak Hasan menyusuri indahnya Sungai Thames. Mata pria itu berdecak kagum, dengan keindahan Sungai Thames. Sesekali wajahnya menadah ke langit, sambil mengucap Hamdallah. Sementara Ranai melirik ke belakang, kemudian tersenyum tipis.

"Indah ya Nai!"

"Tentu, aku tak mungkin mengajakmu ke tempat yang sembarangan," Ucapnya tersenyum, sambil tertawa kecil.

"Ku kira tak akan ada Sungai seindah Sungai Thames ini Nai."

"Jangan salah San, Dulu Sungai Thames adalah sungai kotor dan kumuh bahkan memiliki bau tak sedap, hingga terdengar kabar bahwa Sungai Thames penyebab tersebarnya wabah penyakit kolera pada tahun 1932 sehingga menimbulkan banyak korban jiwa. Nah pada tahun 1970 Pemerintah berusaha mengubah Sungai Thames dengan berbagai program untuk mengatasi pencemaran dengan nama "Thames River Clean Up" sehingga kini dapat dinikmati oleh banyak orang, dan merupakan salah satu tempat terindah yang wajib untuk di datangi."

"Wah ternyata kamu tau banyak tentang Negeri ini ya."

"Hahaha...karena aku sudah lebih lama tinggal di sini San. Oh ya, apa rencanamu selanjutnya setelah lulus kuliah?"

"Aku akan melanjutkan pekerjaanku dulu, sebagai Dokter. Sementara kamu?"

"Seorang wanita sepertiku dengan umur 27 tahun, sudah saatnya aku harus memikirkan masa depanku."

"Apakah kamu akan segera menikah setelah kembali dari sini?"

"Entahlah, hatiku masih terpaut dengan seseorang yang telah lama ku sukai, tapi sepertinya pria itu menyukai orang lain. Aku harus segera Move on," Ucapnya tersenyum tipis, namun terlihat guratan kekecewaan dari wajahnya.

"Percayalah, akan ada lelaki yang jauh lebih baik, yang akan memperjuangkanmu."

Ranai menoleh ke arah Hasan. Kemudian menatap sekilas, hatinya menangis ada rasa yang tak bisa ia utarakan. Mulutnya terkunci, sesaat ia terdiam berusaha menata hatinya agar tidak rapuh dihadapan Hasan.

"San, maaf tadi aku tak sengaja melihatmu, menatap foto wanita diponselmu. Apa itu..."

"Ya, itu Yuli. Gadis yang aku cintai, seharusnya aku sadar dan berhenti memikirkan wanita itu. Aku yang tidak tau diri, seharusnya aku melupakannya. Tujuanku mengambil bea siswa di sini, karena dia. Aku ingin menghapus semua tentangnya."

"Apakah segitu besarnya cintamu terhadapnya San?" Ucapnya dalam hati.

Ranai terdiam begitupun dengan Hasan. Keduanya tak ada yang mengeluarkan suara. Mereka saling membuang pandang, tak berapa lama Hasan mengeluarkan suara.

"Besok temani aku ke London Eye, aku ingin sekali bisa melihat sebuah kincir angin raksaksa. Kamu maukan?"

Ranai terdiam, "Jika aku harus bersama denganmu bagaimana aku bisa melupakanmu Hasan. Susah payah ku hapus rasa di hatiku terhadapmu, namun kamu datang kemudian merubuhkan kembali rasa yang pernah ada. Aku tak bisa seperti ini, aku harus melupakanmu."

"Nai, Ranai....kamu bisakan?" Ucapnya memastikan.

"Maaf San, aku tak bisa. Hari sudah sore, sepertinya kita harus pulang. Kamu tau jalankan? Aku duluan ya." Ucapnya pergi meninggalkan Hasan.

Muaro Cinta di Ranah Minang (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang