Lupus

1.4K 43 0
                                    


Setelah satu tahun lamanya usai batalnya perjodohan Lidar dan Hasan. Mereka berdua memilih melanjutkan hidup masing-masing. Hasan yang sibuk dengan tugas barunya sebagai seorang dokter di rumah sakit swasta, membuatnya tak pernah terpikir untuk kembali membuka hati kepada wanita lain.

Bahkan hingga detik ini, perasaannya terhadap Yuli masih tersimpan rapi, meski ia tau itu salah.

Tangan lelaki itu tak sengaja menjatuhkan file yang ada di atas mejanya. Ia kemudian membuka beberapa file data para pasien yang harus ia tangani. Seketika tangannya gemetar, saat nama Yulidar Chairani menghiasi salah satu daftar pasiennya.

"Tidak mungkin, nama Yulidar banyak," Ucapnya menenangkan hatinya.

Tak berapa lama terbayanglah dirinya akan Lidar, gadis yang pernah dijodohkan dengannya. Sesekali bibirnya tersenyum, saat tutur lembut Lidar terngiang di kepalanya. Ia memang masih memiliki perasaan terhadap Yuli, tapi mau sampai kapan ia dibayang-bayangi oleh cinta yang tak mungkin bisa bersamanya, sekalipun langit runtuh Yuli tetaplah menjadi kaka iparnya.

"Bisakah aku memulai kembali bersama dengannya, tapi bagaimana jika dia sudah menikah? Oh ya, aku bisa tanyakan pada Udin," Ucapnya menyakini hatinya.

Hasan berulang kali menguap, ketika rasa kantuk menyerangnya. Maka ia memilih untuk ke pantri membuat segelas kopi. Sudah dua hari ini selalu begadang, karena pasien yang semakin banyak. Belum lagi rumah sakit itu kekurangan Dokter. Saat ia berjalan ke pantri di ruang tunggu pasien, matanya mendapati Udin sedang menunggu sambil berharap-harap cemas.

Hasan mulai curiga dengan apa yang ia pikirkan, ia segera menghampiri Udin. Ke dua pria itu beradu pandang. Tubuh Udin melemah di depan sahabatnya, perlahan cairan bening menyelinap keluar dari sudut matanya. Sebelum ia menanyakan apa yang terjadi, Hasan membawanya ke ruang kerjanya.

"Udin apa yang terjadi?" Ucapnya tegang, sekaligus menyiapkan dirinya akan jawabanya yang tidak ingin ia dengar.

"Mungkin kamu sudah mendapati daftar pasien itu."

"Jangan bilang bahwa nama itu benar Lidar adik sepupunya?"

Udin hanya menganggukkan kepala. Matanya menatap ke arah Lidar yang sedang duduk di taman, di atas kursi roda. Hasan yang penasaran apa yang dilihat Udin, membuatnya mendadak kaku. Saat ini Hasan masih coba memahami situasi yang terjadi.

"Sejak kapan Lidar mengalami penyakit Lupus?"

"Dua bulan terakhir ini," Ucapnya dengan suara parau.

Hasan terdiam, kemudian berlari keluar untuk menemui Lidar, yang sejak tadi duduk di taman dengan kursi rodanya. Air mata Hasan menyelinap keluar, kemudian ia segera menyekatnya dan berdiri di belakang Lidar.

"Sakit?"

Lidar terkejut, kemudian menoleh ke belakang. Ia tersenyum tipis, kemudian menghembuskan napasnya dalam-dalam.

"Bang Hasan, kamu kerja di rumah sakit ini?" Ucapnya ceria, seakan menutupi rasa sakit yang dideritanya.

"Sekarang kamu adalah pasienku," Ucapnya sok tegar.

"Owh...Apakah ini kebetulan!" Ucapnya tertawa.

Hasan tersenyum, meski di hatinya ada rasa iba dengan kondisi yang terjadi pada Lidar. "Dalam kondisi seperti ini kamu masih terlihat tegar. Sebenarnya hatimu terbuat dari apa Dar?" Ucapnya dalam hati.

Kemudian Hasan mendorong kursi roda Lidar ke ruangannya. Udin yang menyaksikan dari kejauhan, menatapnya dengan tatapan penuh harap. Berharap keajaiban dalam hidup adik sepupunya.

Setelah mencoba memeriksa keadaan Lidar, Hasan langsung membawa gadis itu ke ruang inapnya. Perlu waktu bagi Lidar, memahami situasi yang terjadi kini. Namun setidaknya ia bersyukur bahwa penyakit itu masih bisa diatasi, meski kemungkinannya amatlah kecil.

Awalnya Lidar Shock dunianya seakan runtuh. Dua bulan lalu penyakit itu menyentuh tubuhnya, membuat pertahanan gadis itu berhenti seketika, satu bulan lamanya ia mengurung dirinya, membuat sekat-sekat pembatas antara dirinya dengan orang di sekitarnya.

Penyakit itu mengubah Lidar, gadis yang periang dan lincah berubah menjadi gadis yang tertutup dan pemurung. Saat system di dalam tubuhnya menyerang bagian kulit dan paru-parunya. Sebuah ujian yang harus ia terima karena Systemic Lupus Erythematosus menyerang tubuhnya.

Hasan tersenyum sekilas, saat ia berusaha memeriksa keadaan Lidar. Tak berapa lama, suara bassnya berhasil menyentakkan Lidar.

"Lucunya, dulu kita hampir menikah karena perjodohan itu, sekarang kita adalah Dokter dan pasien." Ucapnya tertawa.

"Iya." Ucapnya tersenyum.

Saat itu Lidar berusaha tersenyum, memperlihatkan ketegaran kepada lelaki yang kini ada dihadapannya. Ia tak ingin jika Hasan melihatnya dalam keadaan lemah dan tak berdaya.

Meski ia tau Hasan adalah dokter dan mengerti apa yang kini Lidar rasakan. Namun sejujurnya ia tidak ingin memperlihatkan titik-titik terlemah dalam dirinya, meski pertahananya semakin lama semakin melemah, tubuhnya tidak sekuat dulu lagi.

Systemic Lupus Erythematosus yang sangat sulit dideteksi. Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang muncul karena system kekebalan tubuh keliru dan justru melakukan penyerangan terhadap tubuh serta organ tubuh penderitanya.

Penyakit itu datang secara tiba-tiba menyerang tubuhnya. Tiba-tiba berkembang secara berlahan dan bisa kambuh kapan saja. Awalnya ia biasa saja, namun lama kelamaan ia merasakan sakit yang berlebihan disekujur tubuhnya.

Rasa panik berlebihan akibat nyeri dan lelah dalam waktu yang cukup lama, membuat kondisi Lidar semakin lemah. Sehingga berhasil merampas kebahagian hidupnya. Saat bayangan ketidak mungkinan akan sembuh, Hasan yang kini menjadi dokternya, berubah menjadi sosok malaikat tak bersayap untuknya. Ketika harapan itu, keluar dari mulut Hasan.

"Kamu akan baik-baik saja Dar. Selama kamu masih percaya keajaiban Allah. Kamu harus menghindari sinar matahari, minum obat Antiinflamasi non steroid yang aku berikan, dan yang pasti kamu harus banyak istirahat."

"Apakah penyakitku ini masih bisa disembuhkan."

"Lidar meski penyakit ini sulit disembuhkan. Tenanglah kamu tidak akan mati karenanya," Ucapnya menenangkan Lidar.

Lidar tersenyum. Hasan yang kini menjadi dokternya, setidaknya memberikannya ruang untuk bernapas, akan penyakit yang ia derita. Namun lupus, tak menghentikan langkahnya untuk tetap menjalani hidup layaknya orang normal lainnya, meski ia harus berpenampilan dengan tubuh yang tertutup agar terhindar dari paparan sinar matahari. Namun sekali lagi ia ingin kembali berdiri kokoh layaknya ksatria, yang berjuang melawan musuhnya. Dan kini Lidar sedang melawan penyakit yang merampas hidupnya.


bantu like dan komen yang teman-teman kritik dan saran sangat membantu penulis dalam berinovasi terima kasih :)

Muaro Cinta di Ranah Minang (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang