Balasan Surat Untuk Siti

2.5K 64 0
                                    


Selesai lah rangkaian kata yang ia susun rapi, untuk dikirim kepada siti, melalui Udin yang tempo dulu menemuinya di kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai lah rangkaian kata yang ia susun rapi, untuk dikirim kepada siti, melalui Udin yang tempo dulu menemuinya di kampus. Rumah Udin berdekatan dengan Siti, hanya beda Kampung. Mereka bertiga dulunya bersekolah di SMA yang sama.

"San...Hasan!" Panggil Amak dari bilik kamarnya.

"Iyo Mak, bentar," Ucapnya. Segera dilipatnya surat dari Siti dan diselipkan pada lemari pakaiannya.

"Apo Mak!"

"Bisuak kawananlah Amak ka rumah Ibu Asmi!"

"Ndak biso doh Mak. Hasan ka rumah sakik bisuak, ado jam jaga."

"Kalau baitu, sore ko kito pai, bisa ndak?"

"Memangnyo ado apo Amak ka situ! Suruah sajo Nel mengawanan Amak."

"Punyo anak laki-laki ciek, payahnyo minta ampun," Ucapnya merajuk sambil memilin-milin benang wol yang ia rangkai menjadi alas meja.

Hasan terdiam lama dari tempatnya berdiri, jika sudah membuat Amaknya tersurut susah untuk membuatnya kembali tersenyum, jika tidak menunggu waktu dalam sehari. Hati Amaknya terlalu lembut, ibaratnya kapas sedikit tersiram air ia akan basah dan lembab. Begitulah hati Amaknya. Lekas-lekas ia mengubah ucapannya dan mengiyakan permintaan Amaknya itu.

"Jadilah Mak. Jam 17.00 WIB Hasan kawanan Amak ka situ."

Tersenyumlah seketika wajah Amaknya, Hasan kemudian menggeleng-geleng karena sikap Amaknya yang seperti anak kecil. Ia kemudian langsung masuk ke dalam kamar, dan menyetel musik dari radio lamanya.

"Makci!" Panggil Fizi kamanakannya, sambil mengetuk pintu kamarnya.

"Ado Apo Zi?"

"Bang Udin, cari Makci. Inyo manunggu di Gubuk Lumbung padi."

Bergegaslah ia keluar dengan sepucuk surat yang ia lipat di saku celananya. Ia langsung menemui Udin yang menunggu di gubuk lumbung padi, sementara Udin asik terduduk menikmati semilir angin, gersangnya panas menghadap pematangan sawah.

"Sejak tadi kau menunggu Din!" Ucap Hasan mengatur napasnya, yang hampir habis berlarian.

"Lumayan. Ada apa kau menyuruhku ke mari San?"

"Ini titip aku, berikan kepada siti. Sebagai balasan surat yang kuterima darinya."

"Ah kau ini, masih zaman saja mengirim surat. Mengapa tidak melalui telepon, SMS, email dan sejenisnya."

"Ia mengirimku pesan melalui surat, maka baiknya ku balas pesannya juga dengan surat."

"Ya sudah akan kuberikan padanya," Ucapnya sambil tertawa.

Muaro Cinta di Ranah Minang (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang