Perjodohan Dibatalkan

1.5K 48 2
                                    


Dua minggu lamanya Lidar bermeditasi dengan dunianya. Akhir-akhir ini ia sangat khusyuk dalam ibadahnya, ia seakan lupa akan perjodohannya dengan Hasan, begitu pula cintanya kepada Surya. Sebab ia telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada sang Pencipta.

Ia yang baru saja selesai shalat dhuha kemudian duduk di ruang tamu dengan buku yang ia genggam di tangannya. Ibunya yang asik menganyam kemudian, menghentikan aktifitasnya dan mendekat ke arah Lidar.

"Macam ma hubungan Lidar jo Hasan?"

"Ibu bolehkah Lidar bertanya?"

"Silahkan Nak."

"Jikalau selama dalam berdoa dan bermeditasi dengan Allah, Ibu tak menemukan jawaban, hingga tak ada sinyal-sinyal serta rasa ketertarikan terhadapnya. Apakah Ibu masih tetap harus menjalankan proses ta'aruf itu?"

Ibunya hanya terdiam, wajahnya kecewa. Namun ia tau ini yang dinamakan keputusan mutlak. Bahwa sejak awal anaknya memang sudah menolak, untuk perjodohan ini. Jikalau sudah menyangkut hati, bagaimanapun, sehebat apapun tak akan ada yang bisa menentangnya.

"Kalau memang sudah seperti itu keputusanmu. Terserahmu saja, carilah lelaki yang menurutmu baik," Ucap Ibunya mengakhiri pembicaraan kemudian berjalan keluar.

"Ibu. Ini bukan keputusanku tapi Allah yang menetapkan hatiku Bu!" Ucapnya sedikit keras, agar Ibunya dapat mendengar ucapannya, yang sudah berjalan keluar.

Lidar terdiam cukup lama, hatinya hancur ketika seluruh keluarga kecewa dengan keputusan yang ia ambil. Termasuk Kuniang, Cuniang dan Ibunya. Tapi itulah yang terbaik, sebab ia hanya takut jika dilanjutkan masing-masing mereka akan sama-sama terluka.

Disisi lain, Hasanpun merasakan hal yang sama. Jikapun perjodohan ini terus dilanjutkan ia takut Lidar akan terluka dengan sikapnya yang masih belum bisa sepenuhnya membuka hati terhadap wanita lain. Rasa kepercayaan dirinya telah hilang, tak ada keinginan lagi mencoba menjalin hubungan yang serius dengan wanita lain. Sebab bayang-bayang kekecewaan selalu saja menghampiri, seakan membawa luka dan air mata.

Dengan berat hati Udin terpaksa harus mengatakan kebenaran yang terjadi. Akan perjodohan yang telah disimpulkan oleh Lidar, yang tak mungkin bisa dilanjutkan. Namun sesuai perjanjian dengan Adiknya, rasa cintanya kepada Surya biarlah menjadi rahasianya dengan Kuniang dan Cuniangnya. Ia berharap orang lain tak perlu tau, bahwa gadis itu telah jatuh hati kepada pria bernama Surya. Meski akan ada kesempatan untuknya melakukan proses ta'aruf dengan surya, tapi setan telah berhasil mengelabuinya. Bahwa wanita yang ia lihat adalah adiknya Surya, yang ia kira calon istrinya.

Udin mendekat ke arah Hasan yang sedang duduk di lepau Andenya yang sudah tak terpakai lagi. Lelaki itu selalu menyendiri, jikalau hatinya telah risau. Udin yang baru tiba, dibuatnya tak tega menyampaikan berita keputusan Lidar kepadanya. Ia tak ingin sahabatnya kembali hancur seperti dulu, luka lama yang perlahan tertutupi, akan terkelupas karena luka baru.

"San!" Panggil Udin.

"Kamu Din, duduklah!"

"Ada yang ingin kukatakan padamu," Ucapnya dengan mulut agak berat, Hasan paham dengan mimik wajah yang diperlihatkan Udin kepadanya, ia pun tertawa untuk mencairkan suasana.

"Aku paham dengan mimik wajahmu Din."

"Maksudmu!"

"Din, aku salah, Aku tak bisa membuka hati kepada wanita lain, termasuk adikmu. Jika pada akhirnya adikmu menolak untuk melanjutkan proses ta'aruf itu. Aku tak masalah, akulah yang salah masih berharap cinta pada seseorang, sementara aku sedang ta'aruf dengan wanita lain. Jikalau aku berada diposisi Lidar, akupun akan mengambil keputusan yang sama. Jika tetap dilanjutkan, aku ataupun Lidar pasti akan sama-sama menderita."

"Lantas, kamu tidak kecewa dengan keputusan itu?"

"Aku laki-laki, umurku baru 26 tahun. Aku ingin bangkit kembali menata hidupku Din. Dan doaku untuk Lidar, semoga kelak ia mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dariku," Ucapnya menepuk lembut punggung Udin.

Kali Ini Udin bisa bernapas lega, sebab tugasnya sebagai Abang juga sahabat telah selesai. Keduanya yang menginginkan itu, tanpa ada yang tersakiti. Setidaknya ia kini paham dan mengerti, bahwa cinta tidak harus dipaksakan. Jikalau memang jodoh pasti akan kembali dipertemukan, mungkin dengan cara berbeda. Jikalau tidak, akan ada pendamping yang lebih baik Allah siapkan untuk keduanya.

Jikalaulah cinta, sunyi senyap terasa ramai

Gelap kelam terasa terang

Sakit perih terasa sehat

Sebab cinta tak hanya menyoal hati

Tapi ikhlas berpasrah kepada-Nya

Sebab Dia lebih tau

Sementara kau tidak



bagaimana masih mau lanjut? jangan lupa like dan komen :)

Muaro Cinta di Ranah Minang (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang