Chapter 14

1.6K 203 25
                                    

Tiga laga setelah melawan Myanmar, semua mampu di menangkan oleh Indonesia, menjadi tim yang tidak terkalahkan di grup A piala AFF U-16 tahun 2018. Bahkan Amiruddin Bagus Kahfi mampu menjadi TopSkor sementara dengan mencetak gol dalam setiap laga.

Indonesia menang melawan Vietnam 4 : 2, melawan Timor Leste 3 : 0, dan melawan Kamboja memang telak 4 : 0. Dengan itu Indonesia sudah jelas bertemu dengan Malaysia di Semifinal, ya hari ini dan aku datang bersama skuad lengkap. Bahkan keluarga Ernando dari Semarang pun datang jauh-jauh ke Sidoarjo untuk melihat kebanggaannya bermain.

Di berbagai titik, poster Upin-Ipin dan Bagas-Bagus dibentangkan, dengan tulisan "Ayo Bagas-Bagus kalahkan Upin-Ipin" dan lain sebagainya. Anime masyakarat semakin tinggi, stadion sesak sekali. Bahkan untuk laga semifinal ini, kami harus memesan tiket jauh-jauh hari, kalau tidak tentu kita tidak akan kebagian.

Permainan ciamik si kembar di depan dan belakang memang sedang menjadi perhatian, overlapnya Bagas dan kepiawaian Bagus dalam melesakkan gol ke gawang lawan benar-benar menuai pujian, tetapi banyak yang masih menyoroti jika Timnas tanpa Supriadi, permainan masih bagus tapi seolah tak ada yang berbahaya dari sisi sayap.

Selain itu, penampilan Brylian dan David Maulana di tengah dalam mengatur serta menghentikan serangan tengah menjadi sorotan. Kedua orang itu disebut sebagai next Evan Dimas dan Zulfiandi, bermain apik pun bersih. Mengingatkan banyak orang ke tahun 2013, tahun dimana aku, Brylian dan Nando adalah anak kecil yang berteriak diantara puluhan ribu orang dengan girangnya tanpa lelah.

Penampilan Ernando dalam menepis serangan lawan, jatuh bangun dengan safe berharganya juga mendapat banyak pujian. Bahkan pengamat sepakbola mengatakan tim ini sulit untuk dikritik kecuali jika Supriadi tidak ada di sisi sayap, jika tak ada Supriadi, keseluruhan masih berjalan baik, yang kurang hanya kecepatan, itu selalu diulang oleh berbagai pengamat saking tidak banyaknya celah yang perlu mereka kritik.

Soal mental dan semangat, bahkan anak-anak seusiaku itu memiliki semangat dan mental lebih kuat dari para seniornya, benar-benar tanpa lelah memperjuangkan nama baik negara. Supriadi berulang kali menahan sakit karena tackling lawan, berulang kali dia jatuh bangun, meringis kesakitan, berulang kali pula seorang Brylian memegangi kakinya, mereka tidak pernah menyerah demi negaranya.

Seorang Bagas bahkan harus menerima sakit akibat tackling dan ditackling, tetap saja mereka kembali ke lapangan tanpa mengeluh kesakitan, mereka benar-benar bermain dengan mental baja dan semangat yang berapi-api. Berulang kali pula Bagus harus dilanggar tapi dia juga jatuh lantas bangun lagi. Komang Teguh, anak Bali itu pun tak mau kalah ketika menjaga pertahanan dari sisi tengah, dia lugas, semacam Hansamu Yama di tahun 2013.

"Tim macam apa ini, Kee?" Tanyaku pada Keemas yang duduk di sebelahku.

Keemas itu Adik kandungnya Brylian, dia dulu sering ikut kami bermain tapi lebih banyaknya ditinggal begitu saja sampai dia nangis dan kami dimarahi Tante Isnaini. Sekarang pas sudah besar, dia sudah menemukan teman bermainnya sendiri tapi terkadang juga ada di antara kami.

"Semangatnya itu lho, Kak Za, ngeri ya?"

"Iya, jatuh bangun lagi, mau berdarah pun tidak peduli."

"Ahhh, Mama nggak tega lihat yang jatuh-jatuh," seru Mama menutup matanya itu tepat saat Nando diserang lawan dengan cukup mematikan tapi mampu ditepis kan oleh jari-jemarinya. 

"Ahhhh, Sutar!" Teriakku membuat Om Sutarno menoleh lagi ke arahku.

"Ha ha ha. Mulut lu, Za. Masih sama saja!" Tegur Kak Kevin di depanku bersama dengan pacarnya yang rambut pirang itu.

"Ayo, ayo, Kak, serang lagi, Kak," teriak Keemas ketika Brylian membawa bola ke tengah menuju ke depan dan menyerahkan bola passing pada Bagus Kahfi.

TriangleWhere stories live. Discover now