17. Perlakuan Manis

1.3K 301 148
                                    

"Terkadang seseorang sedikit was-was menikmati hal manis jika akan membawanya kembali berujung tragis."
*****

Pagi, secercah bersinar cerah mentari telah memasuki celah jendela kamar. Membuat Neira mengerjap lalu membuka mata. Pendar silau itu telah membangunkan tidur lelapnya. Terbangun kembali seperti waktu subuh tadi.

Namun, kali ini ia tidak beranjak dari ranjang karena tubuhnya masih terasa lemas dan wajahnya kuyu berkeringat akibat demamnya belum juga turun. Ia tetap memilih berbaring. Meski kepalanya sudah tidak lagi terlalu pusing.

Tiba-tiba pandangan Neira teralihkan ketika mendengar sebuah pintu kamar berderik sedang dibuka oleh seseorang dari arah luar.

"Kau sudah bangun rupanya." Reyhan berjalan masuk seraya membawa sebuah nampan di tangan. Laki-laki itu terlihat segar dengan rambut belum keringnya. Masih berkaus pendek.

Ekor mata Neira memperhatikan tak percaya gerakan suaminya dan apa yang sedang dibawanya itu, semakin mendekat ke arahnya.

"Makanlah ini selagi hangat, lalu minum obatnya" ujarnya seraya meletakkan semangkuk bubur di atas nakas yang tampak uapnya masih mengepul dan juga beberapa tablet obat.

"Ayo, aku bantu kau ke kamar mandi terlebih dahulu," tambah Reyhan sementara Neira bergeming di tempatnya. Mengernyitkan kening tampak mencoba berpikir menerka-nerka isi kepala laki-laki itu.

Apakah dia sedang tidak sehat juga? Lagi-lagi Neira mendapati sikap tak biasa Reyhan.

"Mau kugendong lagi?" tawarnya, ketika masih tak mendapatkan respon dari Neira yang masih tertegun menatapnya.

Neira seketika mengerjapkan mata tersadar dari lamunannya saat tiba-tiba Reyhan mendekatinya untuk merengkuh tubuhnya di kedua lengan kekar suaminya itu.

"Tidak! Tidak usah, Rey. Aku bisa...cukup kau bantu aku berjalan saja," sergah Neira cepat.

Entah mengapa dia merasa ada hal yang berbeda saat tiba-tiba Reyhan di dekatnya. Seperti kikuk dan canggung atau perasaan lain yang tidak bisa dijelaskan terhadap perubahan sikap Reyhan.

Ternyata pagi dini hari tadi aku sedang tidak bermimpi. Neira menyimpulkan dalam hati tentang apa yang terjadi, sedang berlangsung masih dialami.

"Terima kasih, Rey" ucap Neira sesaat kemudian setelah Reyhan membantu memapah tubuhnya berjalan ke kamar mandi. Lalu dijawab sebuah anggukan kepala olehnya.


*****

"Sebelum sarapan minum dahulu obat maag itu." Reyhan berdiri sambil menunjuk obat dengan gerakan dagunya. Di antaranya obat demam, diare, maag dan antibiotik yang dapat dilihat oleh Neira dari jangkauan dekatnya.

"Iya, terima kasih," jawab Neira yang sedang duduk di sisi ranjang kemudian mengulurkan tangan mengambil air minum dalam gelas dan obat di atas nakas.

"Setelah makan baru minum obat sisanya," tambah Reyhan yang masih mengancingkan lengan kemejanya itu. Ya, dia bersiap untuk berangkat bekerja.

Tok tok tok!

Terdengar suara pintu kamar di ketuk dari luar. Reyhan bergegas lalu membukanya. Maka terlihatlah Ayah Lucas, Ibu Raniya dan Elladya berdiri di hadapannya.

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Onde as histórias ganham vida. Descobre agora