11. Fakta Baru

1.3K 355 141
                                    

"Seseorang akan lebih memilih menutup rapat masa lalu buruknya.

Kenangan menyakitkan yang bahkan menimbulkan trauma"

*****

Pagi telah menyingsing masih dengan suasana gelap meremang. Neira menggeliat pelan ketika ia ingin bergulingan di ranjang, masih menjadi kebiasaan, gerakannya tertahan oleh sebuah lengan kekar yang melingkar di pinggangnya. Apakah ia lupa jika kini ia telah menyandang status baru dan tidak lagi tidur sendiri?

Setelah sepersekian detik ia tersadar. Matanya memandang dengan terbelalak ke arah belakang.

Ternyata semalam Reyhan benar-benar memeluknya dan tertidur dengan posisi mendekapnya hingga pagi? Oh ya ampun. Betapa ia sangat membencinya.

Sesaat setelah ia menguasai keterkejutannya. Neira dengan cepat melepaskan rengkuhan tangan kejam itu. Ia lega setelah terbebas. Lalu berdiri di samping ranjang dan menatap emosi laki-laki yang masih betah terlelap itu.

"Penuh tipu daya dan kejam," Neira bersungut kesal lalu langkahnya bergerak pergi ke kamar mandi dan segera menunaikan ibadah di waktu subuh itu.

Sejujurnya Neira sangat muak dan kikuk harus berada dalam satu kamar dengan laki-laki yang kini menjadi suaminya itu.

Neira meneliti wajahnya di pantulan cermin. Matanya tampak sedikit lebih sembab dari yang semalam.

Ia memandangnya miris lalu dengan cepat ia menyelesaikan keperluannya di kamar mandi dan segera menunaikan beribadahnya. Dalam doanya ia berserah dan memohon pada-Nya agar diberi kekuatan dalam sabar dan tegar. Untuk menjalani ketetapan takdirnya.

Setelahnya Neira membaca Al-qur'an untuk kembali menemukan ketenangan bagi jiwanya yang terluka.

Pukul 06.30, Neira telah rapi dengan setelan baju yang dipadupadankannya dengan sangat pas. Ya, untuk kembali mengajar setelah cutinya beberapa hari lalu.

Ia berdiri membantu Bi Ratna untuk mempersiapkan sarapan itu di atas meja. Sempat ia dicegah oleh pengurus rumah itu. Namun, Neira membantahnya dengan halus, bahwa ia tak keberatan melakukannya.

"Wah, menantu Ibu ternyata sedang menyiapakan hidangan, bahkan sudah rapi dan cantik," decak kagum sang mertua dari arah belakang mengagetkannya.

Beruntung sup panas di tangannya itu tidak tumpah terjatuh. Ya, sup itu adalah sarapan wajib bagi Reyhan. Itulah satu fakta yang dikatakan Bi Ratna yang sukses membuatnya tak percaya dengan ketidakbiasaan itu.

Bagaimana tidak, apakah laki-laki itu tidak bosan jika sarapan sup setiap pagi?Meski ia bisa memakan makanan lain setelah sarapan sedikit saja dengan sup.

Namun, sup seakan adalah pelengkap paginya, dan menjadi hidangan wajib yang tidak bisa ditinggalkannya. Benar-benar aneh. Laki-laki itu menyimpan banyak kemisteriusan di balik sikap dingin, datar dan tidak berperasaannya. Itulah yang dipikirkan Neira setelah mendengar penjelasan wanita paruh baya itu.

"Kau tidak apa-apa, Nak? Ya ampun, maafkan Ibu sudah mengejutkanmu." Mertuanya itu meneliti dan memegang kedua tangan Neira dengan penuh kekhawatiran. Takut-takut jika menantunya itu tersiram sup panas.

Neira menyadari betapa wanita itu menyayanginya dalam raut kecemasannya, ia lalu tersenyum lembut "Neira, tidak apa-apa Bu," Ia menggenggam tangan itu.

"Kau yakin?" tambah sang mertua memastikan keadaannya.

Neira kembali tersenyum "Sungguh, Ibu,"

"Syukurlah, Sayang," ucap Ibu mertua lalu mengelus lembut pipinya.

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Where stories live. Discover now