05. Awal Takdir

1.6K 428 346
                                    

"Awal takdir yang getir, bahkan itu masih bermula belum sepenuhnya berakhir"

*****

Pagi yang cerah seketika berganti mendung pekat tampak bergelantung di bawah payung langit. Terdengar menggelegarnya guruh bagai hati seseorang yang runtuh, detik kemudian rintik-rintik deras luruh terjerembap lebat di permukaan bumi, dan jatuh berkali-kali. Hujan telah membasahi bumi, saatnya berlindung menepi.

Namun, tak ada beda bagi seorang wanita yang telah berlindung di bawah kokohnya bangunan itu. Ternyata hujan juga mendatanginya, basah tegah menggenang di pelupuk matanya, lalu mengalir deras jatuh di pipi indah dengan sentuhan riasan wajah itu.

Empat minggu setelah berlalunya acara pertunangan yang telah dihelat itu. Hari ini akan berlangsung pernikahan kedua orang karena sebuah perjodohan. Hal yang tak pernah mereka harapkan.

"Nak..!" Panggil bunda Nana yang tiba-tiba menepuk bahu Neira yang sedang duduk tertegun. Tidak mendengar derap langkah Bunda masuk ke kamar. Membuatnya terhenyak dari pandangan nanar menatap hujan yang lebat dari balik jendela kamar. Seolah hujan menemani tangisnya, gerimispun melanda hatinya.

Seketika disekanya air mata yang sedari tadi mengalir, menutupi tangisnya. Lalu berbalik dan berdiri menatap Bunda Nana dengan senyuman yang terkesan dipaksakan. Di sisi Bunda ternyata juga ada Ayah Daniel.

"Nak, kau begitu cantik. Reyhan nanti akan sulit berpaling untuk memandang yang lain."

Deg!

Benar. laki-laki arogan itu...akan segera menjadi suamiku. Bagai dihantam bongkahan batu, jantungnya berdetak cepat. Hatinya bagai diremas sesuatu yang menyesakkan dan sakit. Diremasnya ujung gaun berwarna putih yang indah di tubuhnya itu.

"Ijab kabul akan dimulai pukul 10.00, jadi persiapkan dirimu ya sayang?" Tambah Ayah Daniel sembari mengelus puncak kepalanya. Neira seketika memalingkan pandangan menyeka kasar air mata yang lolos tak terbendung.

"Baiklah...Bunda, Ayah," lirihnya kembali memandang mereka. Bunda Nana menatapnya sendu. Lalu dipeluknya penuh sayang Neira. Sedangkan Neira dengan susah payah menahan isak tangisnya.

"Nak, Bunda harap kau dapat bahagia dengannya," lirih Bunda, sedang matanya berkaca-kaca, lalu mencium kening Neira, memeluk cukup lama lalu melepaskannya. "Semoga hanya kebahagiaan yang menyertaimu sayang," ulang Bunda Nana, sembari menyeka air disudut kelopak matanya. Mengingat ia akan melapas puterinya untuk membina hidup baru dengan laki-laki yang diharapkan mampu membahagiakannya.

Ayah Daniel datang memeluknya. "Nak, setelah ini kau akan berbakti kepada suamimu. Dia laki-laki yang baik," terang Ayah Daniel penuh keseriusan yang tersirat di mata gelapnya. dilerainya pelukan mereka lalu mencium keningnya. Neira hanya mengangguk lemah mendengar penuturan itu. Andai Ayah tahu...

Neira menatap kepergian Bunda dan Ayahnya dengan pandangan nanar, menetes pasrah air matanya "Semua akan berjalan sesuai dengan yang Ayah dan Bunda inginkan..." gumam Neira lirih, sedangkan hatinya pedih mendengar ucapnya sendiri.

Pandangannya kembali dialihkan menyaksikan tetesan hujan yang baginya pagi ini berkesan. Sebab, hujan dengan setia menemani dukanya, larut di dalamnya. Pagi ini ia menyeka begitu banyak air mata kesedihan.

Terdengar derap langkah cepat seseorang memasuki kamar Neira, mendekatinya lalu melingkupi tubuh Neira dari belakang, memeluknya erat. Seketika Neira tersentak dengan cepat membalikkan badan. Setelah diketahuinya, lalu Neira membalas pelukannya yang tak kalah erat dan tangis itu seketika pecah di bahunya. Di bahu lelakinya.

Arkan yang memeluknya itu pun, tak kuasa menahan air matanya. Melihat tubuh Neira bergetar keras dalam pelukannya, membuat hatinya sakit seketika. Betapa takdir tengah mempermainkan Kakaknya. Biarlah mereka larut untuk sesaat, saling menopang, saling menguatkan, dengan hangat kasih sayang. Sedangkan hujan masih juga belum mereda, masih setia menemani seseorang yang sedang terluka, putus asa, dan kecewa akan takdir hidupnya.

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Where stories live. Discover now