[8] Futsal

433 68 5
                                    

“Hey, Bro.” Gue menyalami Gentong dan Yahya lalu membenturkan pundak kami sebagai tanda kedatangan.

“Dateng juga lo. Gue kira bakal absen lo kali ini.” Kata Yahya yang sedang berjongkok didepan rantai motor.

“Kagak lah. Seorang Ajishaka Putranto kagak bakalan absen kalo soal beginian.” Timpal gue sambil mulai mengerjakan bagian gue.

“Lo bawa cewek?”

“Gila lo. Baru kita omongin lo kemarin soal cewek, besoknya udah lo bawa aja.”

“Siap-siap bikin malu diri sendiri, Tong.” Ucap Yahya yang ditujukan kepada Gentong.

“Apaan sih, dia bukan cewek gue.” Gue menatap Sisil dan mendapati Sisil juga sedang menatap gue dengan muka lempengnya.

“Hai cantik. Namanya siapa?” Gentong mendekati Sisil dengan muka genitnya. Sedangkan Sisil hanya diam ditempat tanpa memberikan respon apapun.

“Sini duduk, Sil. Disitu ada bangku.” Tunjuk gue kesalah satu bangku yang berada tak jauh dari posisi gue. Sisil lalu berjalan kearah bangku yang ditunjuk.

“Kenalin ke kita dong, Shak.” Pinta Yahya. Gue hanya memutar bola mata gue malas. Dasar Yahya, lihat yang bening dikit kepalanya langsung muter 180 derajat. Katanya sih kalo cari cewek yang apa adanya. Tapi begitu lihat Sisil yang penampilannya cukup diatas rata-rata langsung digaet.

Gue mendekati Sisil yang sedang duduk diam tanpa suara. “Sil, kenalin mereka sohib-sohib gue sejak SMP. Ini Yahya,” Yahya hendak menyalami Sisil namun gue larang karena tangannya kotor habis kena oli.

“Dan ini Gentong,” gue pastika Gentong sebentar lagi melayangkan protes.

“Gue nama aslinya Juno, ya.” Kan? Gue tangkap wajah Gentong yang mendelik kearah gue.

“Alesha,” Sisil menyebutkan namanya.

“Udah kan? Sekarang kita lanjut kerja.” Pinta gue kepada mereka yang masih memandangi Sisil dengan tatapan takjub.

“Abis ini kita musti latihan,” Yahya yang sedang mengelap motor dengan kanebo itu berujar.

“Futsal?” Gue lihat dia mengiyakan.

“Yang lain udah lo kabarin?” Tanya Gentong.

“Udah.” Jawab Yahya.

“Kita musti sering latihan akhir-akhir ini, pertandingannya sebentar lagi,” ujar pemuda itu masih dengan tangannya yang memegang kanebo.

“Lo mau tanding futsal?” Alesha alias Sisil bersuara. Gue malah lupa masih ada tuh cewek disini.

“Iya.” Jawab gue singkat, padat, jelas, dan bermakna.

“Shaka itu anaknya aneh, Al,” nih Gentong mau ngomong apaan kira-kira?

“Maksud lo?” Tanya Sisil dengan nada datar. Gila tuh cewek, kagak pegel apa yak mukanya gitu terus?

“Ya aneh. Hobinya main futsal tapi sukanya nonton MotoGP. Gak ada hubungannya main futsal sama MotoGP.”

“Suka-suka gue lah.” Kata gue sewot.

“Kalem, Bro, kalem. Gak usah ngegas. Nanti kalo gas lo beneran keluar malah kita-kita yang bakal muntah.”

“Anjir.” Umpat gue paham apa yang Gentong ucapkan. Yahya malah sudah terbahak dan gue lirik Sisil sedikit mengangkat sudut bibirnya.

🔧🔧🔧

Gue berdiri didepan gerbang sekolah dan sudah siap dengan pakaian futsal. Hari ini hari gue tanding futsal yang ternyata melawan SMA Satu Bangsa. Gue agak kaget sih, soalnya kemampuan mereka lumayan. Tapi gue yakin kalau tim gue bisa mengalahkan si tuan rumah.

Loving TechniqueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang